Bab 4. Pernikahan

1233 Words
“Saya terima nikah dan kawinnya Kyara Cinta bin Bapak Anton Bambang outra dengan mas kawin tersebut tunai!” Suara dingin dan tegas menyeruak masuk ke seluruh ruangan. Diikuti ucapan kata 'sah' membuat tubuh Kyara semakin bergetar, mencium tangan Samudra dengan segan kemudian diakhiri dengan Samudra yang mencium keningnya. Mendengar suara tegas Samudra saja Kyara sudah ketakutan, apalagi menjalani hidup bersama pria ini nanti. Kyara tidak bisa membayangkannya. "Demi ayah, Kyara!" gumam Kyara menguatkan dirinya sendiri. Samudra memang menepati ucapannya, menanggung seluruh biaya pengobatan Anton hingga pria itu sembuh dan menjamin seluruh hidupnya. Samudra juga berbaik hati memasukkan Tiara kembali ke sekolah dan menjamin seluruh admininstrasinya. Pria dewasa bertubuh atletis itu bahkan memberikan sebuah rumah sedang untuk keluarganya. Entah apa tujuan pria itu melakukannya, Kyara hanya berharap kehidupannya lebih baik setelah pernikahan ini. "Lebih baik? Haha, kau pura-pura amnesia ya, Kya. Sudah jelas dia akan menjadikanmu babu halal, bukan istri," batin Kyara menertawakan dirinya sendiri. "Tidak! Ini terlalu berlebihan, Tuan," tolak Anton saat Samudra memberikan rumah dan segepok uang padanya. Anton menolak dengan sangat halus, tidak enak pada menantunya tersebut. "Tidak, Pak. Anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih saya kepada bapak karena bapak telah menjaga dan membesarkan Kyara," tutur Samudra seraya merangkul pundak Kyara lembut. Padahal ada cengkraman kuat di dalamnya. Kyara meringis, tapi sekuat tenaga ia tahan. Berusaha tetap tersenyum demi meyakinkan ayahnya. Anton tersenyum ramah. "Baiklah, Tuan. Terima kasih banyak," putus Anton akhirnya. Awalnya Anton tidak mengizinkan Kyara menikah dengan mantan sahabatnya sendiri. Apalagi Anton tahu Kyara ikut andil atas kematian Indah. Anton takut, Samudra menyakiti putrinya. Namun melihat kebaikan Samudra dan perlakuan pria itu pada Kyara, akhirnya Anton setuju. Sedang Samudra hanya diam, pria itu memang selalu terlihat tenang dengan tatapannya yang tajam. Untung Ayah Kyara tidak mengetahui gugatan dirinya pada Kyara di pengadilan kemarin. Membuat Samudra lebih mudah membujuk pria tua itu agar menyerahkan putrinya untuk di nikahi. Tidak! Untuk disiksa dan dijadikan bahan pelampiasan balas dendam lebih tepatnya. Awalnya, Samudra bahkan menawarkan pernikahan mewah. Namun dengan sangat memohon Kyara menolak. Kyara tidak ingin terus membebani dan merepotkan pria itu. Kyara juga tidak ingin memiliki banyak hutang pada pria itu. Sedangkan Anton, pria berusia 45 tahun itu menyerahkan semuanya pada putrinya. Hingga akhirnya, terjadilah pernikahan yang sangat sederhana. Tanpa hiasan apalagi undangan. Di salah satu rumahnya, Samudra meminang Kyara di depan para saksi dan penghulu. “Ikut aku!” Setelah kepergian semua orang. Samudra langsung menyeret tubuh Kyara dan mendorongnya ke ranjang. “Tuan, jangan!” Kyara ketakutan melihat Samudra membuka baju. Naik pitam mendapat penolakan. Samudra mencengkram rambut Kyara dan menariknya. "Kau berani menolakku, hah?" katanya dengan gigi tercekat. Kyata tak menjawab, rasa sakit di kepalanya membuat ia tak sanggup bicara kecuali menangis. Namun, tidak hanya sampai di situ. Tidak mendappat jawaban apa pun dari Kyara, Samudra menarik kembali rambut itu dan menyeretnya ke kamar mandi. “Sepertinya kau harus diberi hukuman agar mau melayaniku!” “Tuan, ampun!” Kyara kembali meneteskan air matanya. Padahal baru beberapa menit ia menjadi istri Samudra. Ah, tidak. b***k hina maksudnya. Ia sudah merasakan dendam itu. "Cepat!" Samudra tak peduli, terus menyeret Kyara ke kemar mandi dan mendorongnya ke dalam bath up. “Tuan, apa yang ingin kau lakukan?” pekik Kyara saat Samudra tiba-tiba menumpahkan banyak shampoo ke kepalanya. “Basuh!” “Tapi, Tuan?” “Basuh kubilang!” sentak Samudra langsung membuat Kyara menurut. Membasuh kepalanya sendiri yang dipenuhi shampo hingga banyak busa. Tak lama Kyara meringis perih, shampoo yang ditumpahkan Samudra terlalu banyak hingga membuat matanya perih. “Tuan, air,” pinta Kyara lirih. “Basuh lagi!” “Tapi, Tuan,” “Basuh, gadis bodoh!” sentak Samudra seraya memutar rambut Kyara kasar. Kyara menahan tangis, dia tidak mau terlihat lemah di depan Samudra. “Apa tadi kau bilang? Perih? Ini belum seberapa, gadis bodoh!” Mengambil shower dan mengarahkannya pada wajah Kyara. "Auw! Panas, Tuan! Sakit." Kyara sudah tidak mampu menahan tangisnya lagi. Shampo yang membuat matanya perih dan air panas yang membuat kulitnya melepuh itu cukup membuat Kyara tersiksa. Gadis itu menangis kesakitan. "Apa? Panas? Sakit?" Mengapit wajah Kyara kasar. "Ucapkan lagi!" "Panas, Tuan!" sekuat tenaga Kyara menahan tangisnya. Tangan Samudra yang mengapit wajahnya menimbulkan sakit di kulitnya akibat air panas tadi. Sudah sakit akibat air panas, Samudra memberi kesakitan lebih dengan menekan pipinya. "Ini belum seberapa dari rasa sakitku, Bodoh!" Melempar wajah Kyara dan kembali mengarahkan shower tadi ke wajah Kyara. Semakin Kyara menangis, semakin Samudra tertawa lebar. Pria itu sudah seperti kerasukan setan bahagia melihat orang tersiksa. Puas dengan aktifitasnya, Samudra melempar shower yang sejak tadi ia genggam itu kemudian pergi dari sana. "Ayah...." Kyara menjatuhkan tubuhnya di bath up dan kembali menangis. Ini baru permulaan, tapi Kyara sudah tidak tahan. Bisakah ia memutar waktu? Merelakan tubuhnya untuk di tabrak saja dan membiarkan Indah yang hidup. *** Keesokan harinya. Setelah selamalaman tidur di dalam kamar mandi, kini Kyara sudah duduk di kursi mobil Samudra. Pria itu mengatakan akan membawanya ke rumah utama. Kyara takut, mengingat omanya Samudra sangat membencinya karena kepergian Indah. Namun, lagi, Samudra tidak menghiraukan ketakutan Kyara. Memangnya siapa dia, justru semakin Kyara ketakutan, semakin bahagia Samudra melihatnya. Mobil sport hitam sudah berhenti. Samudra keluar, masuk lebih dulu ke dalam rumah dan meninggalkan Kyara di dalam mobil. Tak ingin ketinggalan, Kyara mengikuti jejak suaminya. Meremas jari, sebelum akhirnya benar-benar masuk ke dalam rumah mewah di hadapannya. "APA?" Baru saja Kyara masuk. Suara Lita memenuhi pendengarannya. "Ngga! Kamu gila, ya! Pelihara pembunuh di rumah kita. Pokoknya oma ngga setuju!" teriak Lita tak terima. "Terserah! Dia akan tetap disini, dengan atau tanpa persetujuan oma," jawab Samudra tidak peduli. "Samudra! Kembali! Oma belum selesai bicara!" teriak Oma yang diakhiri dengan batuk karena suaranya habis. "Oma...." Alexa yang saat itu sedang mendorong kursi roda mencoba menenangkan mertuanya. Sedangkan Lita melirik Alexa sekejap, menghembuskan nafas jengah kemudian melotot pada Kyara yang baru saja tiba. "Sini kamu!" Kan. Kyara sudah ketakutan. Dengan tubuh bergetar, Kyara menghampiri wanita itu. "Assalamualaikum, Oma!" tutur Kyara seraya mengulurkan tangan hendak menyalaminya. Namun, bukannya memberikan tangan, Lita malah menarik tangan Kyara dengan kasar, membuat gadis itu terjatuh hingga berjongkok di depannya. "Dasar penjahat! Pembunuh! Setelah kau bunuh mantuku, kau mencoba menggoda cucu kesayanganku hah!" Mencengkram rambut Kyara dan mencengkramnya. "Oma!" Alexa terkejut. Berusaha menolong tapi malah di dorong. "Auw! Sakit Oma. Kumohon maafkan Kyara. Sungguh, Kyara tidak sengaja melakukannya," pinta Kyara seraya menahan sakit di kepalanya. Masih sakit kepalanya akibat cengkraman Samudra, kini di tambah lagi oleh Lita. "Ah, Tuhan! Untung rambutku kuat, hatinya saja yang lemah." cibir Kyara dalam hati "Apa kamu bilang? Oma? Cih! Aku ngga sudi punya cucu mantu pembunuh sepertimu!" Melepaskan rambut Kyara dan menatapnya tajam. "PERGI KAMU DARI RUMAHKU!" Mendorong Kyara hingga membuat gadis itu terjungkal. "Oma!" Alexa lagi-lagi terkejut. Lari dan membantu Kyara bangun. "KYARA! Apa kamu tuli, hah!" teriakan Samudra menghentikan keributan yang terjadi di lantai dasar. Samudra tidak peduli dengan apa yang dilakukan Lita pada gadis cupu itu. Turun ke bawah dan menyeretnya kasar. Melihat cucunya menyentuh wanita lain, Lita meradang, "Arghhh! Oma bisa gila lama-lama" Mendorong kursi rodanya sendiri dan pergi dari sana. Sedang Alexa menghembuskan nafas lelah. Ini adalah hari libur, tapi sudah seperti lembur. Lelah sekali. "Mah! Ada apa?" Tiba-tiba Arya mengejutkan istrinya. "Astaga papah! Ngagetin aja, deh!" "Ada apa? Papah denger keributan dari dalam tadi!" "Ada konser dadakan!" jawab Alexa ketus kemudian melenggang pergi. Arya mengangkat pundak tak mengerti. Kemudian kembali ke luar untuk melanjutkan kegiatan olahraganya. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD