Bab 15. Kecelakaan

1103 Words
"Ke kantor? Mau apa? Tidak salah?" "CEPAT, KYARA!" "Eh, iya-iya, Tuan, sebentar. Saya ganti baju dulu." "Tidak usah! Sebagus apa pun kamu pakai baju, hasilnya pasti akan tetap sama. Jelek!" ucap Samudra sangat menusuk ke hati. Kyara tertunduk seraya mengikuti langkah samudra menuju mobil. Rasanya sakit sekali mendengar hinaan itu. Padahal Kyara sudah biasa mendapatkan hinaan seperti itu. Tapi entah kenapa hari ini berbeda, atau mungkin karena sikap Samudra yang juga berubah lebih lembut? Entahlah. Kyara hanya berharap dia mampu bertahan. Tidak ada obrolah atau pembicaraan apapun selama perjalanan. Hanya keheningan dan hembusan nafas yang sangat pelan mengiringi mereka. Samudra yang diam-diam memperhatikan sedikit melirik. Apa dia terlalu jahat? Apa ucapannya tadi telah melukai hatinya? Tidak bisa terus menahan rasa penasarannya, Samudra melipirkan mobilnya kemudian menghentikannya sebentar. "Kenapa kamu?" tanya Samudra dengan sedikit menyentak kesal. Kyara terlonjak, menatap Samudra sebentar kemudian kembali tertunduk. "Tidak apa-apa, Tuan," tuturnya pelan. Samudra menjadi tambah kesal. Ingin bertanya lebih tapi gengsi, Samudra memilih kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menghiraukan ketakutan Kyara akibat perbuatannya. Semakin lama semakin sepi. Samudra maupun kyara, tidak ada satupun yang mau bicara lebih dulu. Sedang di rumah utama. Aron yang baru saja selesai dengan urusannya, berputar-putar mencari keberadaan Kyara. Ia khawatir Samudra melukainya lagi. Tapi sejak kapan dia peduli? Entahlah, tapi yang jelas tatapan sendu Kyara membuat Aron ingin memilikinya, menikahinya kemudia membuatnya wanita paling bahagia di dunia ini. Apalagi saat daddy mendesaknya untuk menikah, sudah Sam tetapkan jika Kyaralah calonnya. "Daddy ngga mau tau, kamu harus pulang membawa calonmu. Kalau tidak, maka bersiaplah kamu akan menikah dengan gadis pilihan daddy!" Arggh! Mengingat itu Aron tambah pusing saja. Tak lama Aron bertemu dengan Oma yang sedang berjemur. "Apa Oma melihat Kyara?" "Gadis cupu itu?" Sedikit tidak suka tapi Aron mencoba menahan ketidak sukaannya. "Benar." "Oh. itu. Samudra membawanya tadi." "Kemana?" sambar Aron sampai membuat Oma terlonjak. Aron yang sadar berdehem sebentar untuk menetralisir kecanggungannya. "Hm, Aron ada perlu dan sudah buat janji dengannya hari ini. Jadi kaget saja kalau si Sam membawanya," tutur Aron sedikit berbohong, membuat Oma membulatkan mulut. Sebenarnya ia tidak peduli dengan sikap Aron, karena yang ia inginkan hanyalah kepergian gadis itu. "Oh, iya. Oma tidak tahu kenapa Sam membawanya. Tapi yang jelas gadis bodoh itu ikut dengan Sam ke kantor." Tanpa menunggu jawaban Oma Aron langsung lari masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Namun baru saja Aron keluar dari gerbang, seorang gadis kecil mencegat mobilnya. Merentangkan tangan seraya berteriak. "BERHENTI!" Aron mengerutkan kening, "Siapa dia?" Tak ingin membuang waktu, Aron melipir dan hendak kembali melaju. Namun, gadis itu kembali mencegat dan berteriak lagi padanya. Arghhh f**k! Kesal terus diganggu, mau tak mau Aron keluar dan menghampiri gadis itu. "ADA APA?" katanya dengan nada tinggi. Namun, tidak seperti gadis pada umumnya yang klepek-klepek melihat penampilan Aron, gadis itu malah menatap balik Aron dengan tajam. "Bapak siapa keluar dari rumah itu?" tanyanya membuat Aron mengerutkan dahi. Tidak penting! Berbalik hendak kembali masuk. "TUNGGU!" "Apalagi, Bocil!" Aron kesal. Dia sedang buru-buru, tapi malah di ganggu. Oleh bocil tak jelas pula. "Kumohon tolong aku hiks. Kakakku dikurung di sana. Tolong kembali dan bantu aku mengeluarkan dia." Mendengar nama kakak Aron menatap gadis kecil itu lekat, "Siapa kamu?" "Perkenalkan, Aku Sasya. Sasya Syaqila. Kakakku menikah dengan pria kejam dan tinggal di sana. Bapak baru aja keluar dari rumah itu, jadi Sasya yakin bapak tahu dan bisa bantu Sasya keluarin kakak Sasya dari sana!" jelas gadis itu panjang lebar. Seketika Aron mengingat sesuatu, "Kyara?" "Nah, iya!" teriak Sasya mengejutkan Aron. Dan tanpa pikir panjang Aron menarik tangan sasya dan membawanya masuk ke dalam mobil. Sementara di dalam mobil. "Tuan, saya mau pipis!" Seperti anak kecil yang merengek, Kyara meminta dengan memohon. Ia sudah tidak dapat menahannya lagi. Sedang Samudra hanya menatap sebentar kemudian kembali fokus. "Pipis saja di situ!" jawab Samudra dengan ketus. Kyara kembali tertunduk. Dia yang hina dan hanya dijadikan b***k mana peduli tuanmu dengan bebanmu. Mencoba kembali menahan seraya memandang luar. Namun, Kyara sangat terkejut ketika ternyata mereka sudah tiba di rest area. Sebenarnya, Samudra sudah menyadari jika ada yang salah dari Kyara. Terlihat ketika gadis itu gelisah dan terus menekan tangannya sendiri. Dan benar saja, saat gadis itu mencoba mengutarakan bebannya Samudra pura-pura acuh. Padahal ia sedang mencaro rest area terdekat di sini. Dan untung saja ada rest area sangat dekat meski sedikit kumuh dan ramai. "Pergi sana! Saya ngga mau baumu mengotori mobilku." Tidak peduli hinaan samudra kali ini, Indah tersenyum seraya berkata. "Siap, Tuanku yang tampan dan baik hati. Terima kasih!" Melihat gadis itu lari kocar-kacir, Samudra tersenyum tipis. Tapi tunggu-tunggu, si cupu baru saja menggodanya? Tanpa sadar senyum Samudra semakin lebar, membuat salah satu pengemis mengejutkannya. "Lagi kasmaran ya, mas. Jangan dibiarin lari, kejar. Kalau sudah kabur nanti nyesel, lho!" katanya dengan gigi ompong. Samudra melihat pak tua itu sebentar, kemudian melihat sedikit tersenyum seraya memberikan uang beberapa lembar padanya. "Terima kasih, Tuan. Semoga anda selalu sehat!" Samudra tak menjawab, hanya tersenyum sebentar kemudian melajukan mobilnya mendekati posisi Kyara saat ini, Samudra sengaja melakukan hal itu agar Kyara berjalan tidak terlalu jauh. Namun, tak lama suara klakson terdengar nyaring, Samudra yang sedang fokus mengobrol dengan seseorang di telpon tidak melihat maupun mendengarkan. Dan tak lama sebuah mobil pengangkut besar menghantam mobil sport Samudra dari belakang, membuat pria itu terpental hingga terjungkal di atas aspal. Kyara yang baru saja keluar harus kembali melihat kejadian naas di depannya. Tidak, melihat orang yang di sayangnya kecelakaan. Sadar Samudra tidak mungkin baik-baik saja, Kyara berteriak sambil lari menghampiri pria itu. Meraih kepalanya dan memeluknya. "Tuan!" "Tuan, kumohon bangun. Bagaimana ini bisa terjadi. Tolong jangan tinggalkan saya!" Kyara sudah menangis. Kehilangan adalah salah satu ketakutan terbesar bagi Kyara. Apalgi setelah kepergian Indah beberapa waktu lalu. "Mobil Ambulance! Panggil mobil ambulance cepat!" Seseorang dari belakang berteriak. Kyara menatap orang itu. Aron bersama dengan Sasya adiknya sedang menghalangi orang-orang yang ingin mendekat. Tak lama kemudian Sasya lari menghampirinya. "Kakak! Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?" tanya Sasya panik. Sedang Aron masih sibuk menghungi Ambulance. Melihat itu Kyara semakin menangis, Aron melihatnya dan begitu panik. Lalu bagaimana reaksi keluarga Samudra jika mereka tahu. Apa yang harus ia katakan dan jelaskan? "Kakak! Apa yang terjadi?" Sasya kembali menyadarkan. Kyara hanya menggeleng, kemudian kembali memeluk tubuh Samudra dengan erat. "Tuan, kumohon jangan tinggalkan aku. Kumohon bawa aku bersamamu!" tuturnya dengan air mata yang sudah mengalir. Melihat itu Sasya tersentak. Dia sudah salah faham, dia juga telah dzolim pada kakak iparnya sendiri. Bisa Sasya lihat betapa kakaknya mencintai suaminya. Begitu juga dengan Samudra yang mencintai kakaknya. Terbukti saat petugas Ambulance mengangkatnya tapi tangan Samudra terus memegang erat tangan Kyara, tidak ingin dipisahkan. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD