Bab 14. Salah tingkah

1101 Words
Apa yang akan kau lakukan jika tersidak tidak pakai sehelai benang pun oleh orang yang paling kau segani? Lari? Atau pura-pura tidak peduli? Ah entahlah, Kyara hanya ingin mati saja kali ini. Apalagi saat mata tajam Samudra mulai menghunus kornea matanya. "Tuan? Ini tidak seperti yang kau lihat. Tolong, tolong maafkan aku. Aku tidak tahu kenapa aku bisa ada di sini dengan keadaan seperti ini." Dengan tubuh yang gemetar Kyara mencoba menjelaskan. Tapi yang ada di hadapan hanya diam. Dengan wajah dingin dan tatapan yang masih tajam. Melihat itu Kyara menelan saliva kasar, mungkinkah kesabaran Samudra sudah habis dan akan menghabisinya kali ini? "Ah, Tuhan. Aku sudah pasrah," batin Kyara harap-harap cemas, kemudian menggerakkan pipi ke samping saat Samudra mengangkat tangan. Ia kira Samudra akan menamparnya, tapi ternyata sangat diluar dugaan. "Kau sudah sadar, hm?" tanyanya sambil mengelus pipi Kyara dengan lembut. Kyara menatap Samudra tak percaya, "Tuan?" "Sepertinya kamu sudah benar-benar sadar." Duduk di bangku yang berada tepat di hadapan Kyara kemudian mengangkat satu kaki. "Jadi bisa melihat hal satu ini," lanjutnya membuat Kyara menatap Samudra tak mengerti, "Maksudnya, Tuan?" tanya Kyara yang tidak dipedulikan oleh Samudra. Mengambil sesuatu kemudian menekannya. Tak lama kemudian sebuah layar lebar menyala terang, sangat terang apalagi di ruang kerja Samudra yang memang sedang gelap gulita. Entah mati atau memang sengaja dimatikan Kyara tidak tahu. Yang pasti, mata Kyara seperti hendak keluar saat ini. Bagaimana tidak, layar lebar seluas sawah itu menampilkan sisi gelap Kyara. Menyerang Samudra dengan ganas hingga memaksa pria itu melayaninya. "Arghhh gila! Pertunjukan apa ini, memalukan," batin Kyara menjerit. Wanita itu menutupi seluruh wajahnya karena malu. Sedang Samudra tersenyum smirk, untung dia sudah memotong bagian depannya. Bagian di mana Samudra menggoda dan memancing Kyara hingga bisa seperti itu. Tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi, buru-buru Kyara mematikan layar sialan itu kemudian turun dan bersimpuh di hadapan samudra, "Tuan, ini tidak seperti yang kau li–" "Heh, bodoh! Kau mau menggodaku, ya!" Samudra beranjak, membuat Kyara yang ada di hadapannya terjungkal. "Apa, sih. aku kan hanya ingin bersimpuh dan meminta maaf padanya. Tapi kenapa jadi malah menggoda. Huh, dasar kingkong tua! m***m aja pikirannya" maki Kyara yang tentu saja ia ucapkan dalam hati. Berbeda dengan asli, Kyara bertanya dengan sangat lembut dan sopan. "Maksudnya, Tuan?" "Maksad, maksud. Maksad, maksud. Pakai bajumu, Bodoh!" sentak Samudra seraya memejamkan mata. Ia tidak tahan melihat Kyara telanjang, apalagi dengan posisi sepetti itu. Dan jika terus di biarkan, bisa-bisa ia khilaf dan menyerangnya. Sementara Kyara yang baru sadar langsung melotot melihat tubuhnya sendiri, kemudian lari memunguti bajunya dan memakainya. "Kyara. Bodoh! Bisa-bisanya sih lupa hal sebesar ini." Menggrutu seraya memakai baju. "Lagipupa bagaimana bisa juga kau telanjang, sih! Di ruang kerja singa ini pula," batin Kyara terus menggrutu. "Cepat, Bodoh!" "Iya, iya, Tuan. Sebentar!" Seperti gadis pecicilan Kyara memakai bajunya tanpa arah. Kyara juga terus berfikir bagaimana bisa ia ada di ruang kerja Samudra. Namun, sekuat apa pun Kyara mengingat ia tidak ingat apa pun kecuali mengejar pria itu ke ruang kantornya. Kemudian mengetuk pintunya sampai tengah malam. Lalu di lanjut dengan pintu yang tiba-tiba terbuka, Samudra mencekiknya seraya memancing alibinya kemudian terjadilah hal itu. Ya, benar. Itulah yang terjadi! Kyara hanya korban di sini. dipancing oleh Samudra kemudian menyerang pria itu. Tak terima disalahkan, Kyara buru-buru melempar kembali baju yang hendak di pakainya kemudian melotot pada Samudra. "ADA APA!" Buset! Belum juga ngomong! Kyara kembali menciut saat Samudra menyentak dan balik memelototinya lebih tajam. "Ngga ada apa-apa, Tuan," jawab Kyara lirih. "Sok-sok an mau melawan, Bodoh. Punya nyali sebesar biji kacang juga!" kembali memunguti bajunya kemudian memakainya. "Untung saya baik hati, jadi saya sebarkan sisi gelapmu itu," cibir Samudra seraya menyalakan rokoknya. Kyara berdecih, "Itu, kan salah Tuan sendiri. Siapa suruh memancingku. Jadi sisi gelapku keluar, kan," kata Kyara santai. Tapi di detik kemudian ia melotot dan menutup mulutnya sendiri. "Arghh Kyara, bodoh! Bisa-bisanya sih ngomong begitu. Mau di gorok sama kingkong tua itu, ya. Lagipula sejak kapan kau jadi berani begini, sih!" Kyara pusing sendiri. Sedang Samudra menyunggingkan senyum. Ingatan gadis ini masih kuat ternyata. Tapi tidak, Ia lebih tertarik dengan Kyara yang pembangkang dan membantah seperti sekarang ini. Membuang rokoknya kemudian berjalan menghampiri Kyara. "Kamu menyalahkan saya?" tanya Samudra sambil menarik Bra yang hampir mengait itu hingga kembali lepas. Sesaat Kyara terlonjak, tapi setelah tahu yang melakukan itu adalah Samudra, ia kembali tertunduk. "Tidak-tidak, Tuan. Ini bukan kesalahan anda." "Lalu siapa yang salah?" "Saya," jawab Kyara lirih. Sedang Samudra kembali tersenyum. Ia sedikit terhibur dengan sikap bodoh gadis cupu ini. "Kamu mau saya memaafkanmu, hm?" Meniup kulit punggung Kyara hingga bercucuk geli. "Bagaimana caranya?" "Begini!" Mencium kulit yang sejak tadi menggodanya itu hingga menyedotnya. sampai merah. Kyara merinding kegelian, "Tuan...." "Ada apa? Kau ingin yang seperti semalam, hm?" "Iya!" terdiam sebentar. "Eh, tidak!" "Boleh!" "Arghh mati sajalah mulut!" Tapi bukannya menyerang, Samudra malah menghentikan gerakannya. Dan bodohnya, Kyara malah menunggunya dan malah bertanya. "Kok tidak jadi, Tuan?" Mendengar itu Samudra tersenyum. "Ternyata kau benar-benar menginginkannya, ya. Baiklah jika kau maksa." "Eh tidak-tidak. lagipula siapa yang maksa, sih!" Kyara semakin berani. "Kamu tadi maksa saya." "Mana ada, Kyara kan hanya tanya," "Tanya atau memang mau, hm?" mendekat dan meniup telinga Kyara. Kesal dengan sikap Samudra yang selalu menggodanya, Kyara membanting bajunya. "Tau, ah. Gimana Tuan aja." "Lah, kok saya di salahin." "Memang salah kok!" Samudra tersenyum lucu. "Salah saya apa memangnya?" "Tuan menyalahkanku karena hal semalam. Tapi kan nyatanya Tuan sendiri yang menggodaku hingga aku menyerang Tuan dan memaksa Tuan," jelas Kyara dengan pipi gempul kesal. Samudra kembali tersenyum. Entah sejak kapan ia suka mengerjai gadis ini. "Ya sudah saya harus gimana sekarang." "Lanjutin yang tadilah!" Ops! "Baiklah kalau begitu. Dengan senang hati saya akan melakukannya." "Tidak!" teriak Kyara seraya pontang panting memakai baju yang belum selesai. "Gadis bodoh!" maki Samudra tapi dengan bibir yang masih mengembang. Sedang di luar ruangan, semua orang terkejut mendengar teriakan Kyara. Terutama Lita yang sangat membenci Kyara. "Ada apa, sih. Pagi-pagi udah ribut aja!" Menyentak Kyara yang baru saja tiba di luar. "Kenapa juga itu bajumu ngga beres begitu?" Kyara hanya diam, meremas bajunya. "Dasar cupu! Sudah jelek ngga pandai berias pula." Melempar baju Kyara jijik "Sudah, buatkan saya teh sana." "Baik, Om—" Belum selesai Kyara menjawab perintah Oma suara Samudra kembali memanggilnya. "KYARA!" Kyara melirik Oma sebentar, ia tidak enak harus meninggalkan oma dan pergi menghampiri Samudra. Tidak, selebihnya dia takut menghadapi pria itu. Sedang Oma mendengus kesal. "Sudah pergi sana! Kalau sudah selesai balik lagi ke sini." "Baik, Oma." Tapi baru saja berbalik, suara itu sudah ada di belakangnya. Menatapnya dengan tajam. "Ikut saya ke kantor!" ujarnya membuat Kyara dan Oma melotot. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD