Berita tentang bencana besar yang terjadi di salah satu pulau Negeri Eilidh pun terdengar sampai di telinga Raja Adeesh malam harinya, dan setelah melakukan pertemuan dengan petinggi istana Aldeesh memutuskan untuk pergi ke pulau kecil itu keesokan paginya tanpa sepengetahuan Alpha yang masih sibuk dengan kelemahannya itu.
Keesokan paginya beberapa kapal kerajaan pun langsung bergegas menuju pulau Sanuye, termasuk salah satu kapal yang membawa serta sang raja negeri Pierre itu.
"Maaf tuan muda, sepertinya ada seseorang di sana!" ucap seorang kru kapal yang sedang memantau keadaan laut disekitarnya melalui teropong panjangnya.
Pria dengan tubuh tinggi dengan wajah rupawan itu langsung mendekati kru tersebut dan mengambil alih melihat ke arah yang di maksud. Memang benar terlihat sosok tubuh yang tengah mengapung di sana.
"Percepat laju kapal ini!" titah sang lelaki berparas tampan yang kini berdiri tegak itu.
Tak butuh waktu lama kapal patroli itu berhasil mendekat. Benar sekali ada tubuh lemah yang ditemukan mengambang bersama bongkahan kayu.
"Saya yang akan menyelamatkannya!" ujar lelaki tampan tadi, pakaian yang ia kenakan serta gaya bicaranya sangat berwibawa. Seperti seorang raja saja.
"Baik tuan muda." Ucap para anak buahnya.
Bentuk tubuh macho nya selalu menjadi idaman para wanita, ditambah wajah tampannya yang mempesona membuat dirinya begitu sempurna di hadapan kaum hawa yang melihatnya.
Tubuh Barsya yang masih terombang-ambing di lautan lepas itu, dengan kesadaran yang semakin menurun. Ada sedikit harapan untuknya, sayup-sayup wanita itu mendengar sebuah suara bising dari kejauhan dilanjutkan suara teriakan samar seseorang yang begitu cepat menghilang diterkam angin laut.
Kapal patroli itu kini berhenti tepat pada jarak beberapa meter saja dari tubuh manusia malang itu. Tak perlu menunggu perintah dari siapa pun karena setiap ucapannya adalah titah untuk rakyatnya, dengan indahnya tubuh lelaki bernama Adeesh itu melompat ke dalam laut. Dia termasuk perenang dan penyelam handal dalam segala situasi.
Dengan mudahnya ia meraih tubuh wanita yang tadi terus diperhatikannya dari teropong milik anak buahnya. Dari pakaian wanita yang dilihatnya tadi, Adeesh sudah menyimpulkan kalau si wanita malang itu bukan wanita biasa terlihat jelas dari pakaian yang ia kenakan.
Dan benar saja apa yang Adeesh temukan sekarang. Lengan kekarnya berhasil merangkul tubuh wanita itu. Untuk sekejap wajah tampan itu berubah pias melihat wajah wanita yang ditolongnya.
"Dia." gumam Adeesh tak percaya masih dengan wajah terkejutnya.
"Cepat turunkan tali dan pelampungnya!" titahnya lagi dengan cepat begitu ia sadar dari lamunannya.
Dua anak buahnya sudah siap menarik tali pelampung yang tadi mereka jatuhkan. Adeesh meraih pelampung itu dengan cekatan memasukkan tubuh wanita itu ke dalam cincin besar itu. Tubuh mereka kini sudah terangkat perlahan dari permukaan air.
"Jangan ada yang menyentuhnya!" perintahnya tegas ketika seorang kru lelakinya akan membantu melepaskan pelampung itu dari tubuh Barsya. Anak buahnya langsung menunduk.
"Baik tuan muda," ucapnya lalu bangkit dan mundur beberapa langkah.
Adeesh yang melepaskan pelampung itu sendiri dan menggendong tubuh Barsya ala bridal style itu ke dalam sebuah ruangan dengan pakaian basah mereka. Terlihat senyum tipis di wajahnya ketika menatap wajah Barsya yang kini dalam gendongannya.
Sepertinya ada benih-benih cinta pada pandangan pertama. Ketika tadi Adeesh meraih tubuh Barsya, lelaki itu begitu terkejut tak percaya sekaligus terpesona dan memandang wajah itu lumayan lama sebelum dia memerintahkan anak buahnya. Entah perasaan apa yang kini menjalar di hatinya. Setelah sekian lama dirinya bisa merasakan kembali hatinya bergetar hebat hanya dengan memandang wajah orang yang bahkan tidak di kenalnya. Sepasang bola mata coklat yang tadi sempat terbuka dan memandang wajahnya dalam hitungan detik membuat dirinya makin terpana.
"Bersihkan tubuhnya dan gantikan pakaiannya!" titahnya kembali pada seorang pelayan wanita yang kini sudah berada di ruangan khusus di kapal patroli itu.
"Baik tuan muda!" pelayan itu langsung melaksanakan perintah tuannya setelah Adeesh keluar dari ruangan itu.
Begitulah para pelayan dan yang lainnya menjawab tanpa berani mengeluarkan kata-kata panjang mereka. Hanya ada iya dan tidak.
*****
Barsya kembali merasakan dejavu ketika tubuhnya serasa ditarik sesuatu. Tuhan mendengarkan doa yang terus ia panjatkan selama berjam-jam terombang-ambing di permukaan air laut itu.
"Bo!" lirihnya hampir tak bersuara, hanya bibir ranumnya yang sudah berubah warna menjadi ungu bergetar pelan.
Barsya yang malang berusaha membuka matanya, dilihatnya wajah seseorang dengan pandangan yang sudah mulai kabur. Ingatannya tentang masa kecilnya kembali melintas bersamaan dengan matanya yang terpejam. Kesadarannya sudah benar-benar hilang.
"Bo, terimakasih sudah menolong ku!" lirih gadis kecil yang kini sedang melingkarkan tangannya di leher sahabatnya itu karena takut tubuhnya akan jatuh dari gendongan anak itu.
"Bisakah kamu berhenti memanggilku dengan sebutan itu!" protes Cavan, tidak terima Barsya selalu memanggilnya dengan nama anak yang ingusan itu, "aku sudah menolong mu bahkan menggendong tubuh mu yang berat ini, tapi nama ku saja kamu ganti seenak jidat mu!" lanjutnya lagi.
Sudah dua tahun berlalu Cavan tinggal di panti asuhan Kasih Ibu, melewati hari-harinya bersama Barsya yang kini menjadi sahabat baiknya. Tentu saja dengan beragam kejahilan Barsya terhadapnya, waktu yang mereka habiskan lebih sering diisi dengan pertengkaran dan keributan. Sampai-sampai ibu Suri sang pengelola panti harus menambahkan kadar ekstra kadar sabarnya menghadapi kelakuan mereka.
"Aku akan tetap memanggil mu seperti itu!" Barsya menjulurkan lidahnya menolak permintaan sahabatnya.
"Cih kamu benar-benar menyebalkan, kalau saja ibu Suri tidak memintaku untuk menjaga mu sudah aku biarkan kamu hanyut di sungai tadi!"
"Kamu tidak akan pernah melalukan itu Bo, meskipun tanpa perintah dari ibu!" Barsya memperbaiki posisi lengannya yang masih melingkar di leher Cavan.
Ketika menjahili Cavan yang sedang memancing di sungai tadi, kaki Barsya terkilir karena tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya yang hendak melompat dari sebuah batu ke batu yang lain. Barsya kualat karena terus mengganggu Cavan yang memancing dengan melempari batu-batu kecil ke arah pancingan Cavan. Sudah kaki terkilir hampir saja ia hanyut juga karena tidak berenang, namun si Cavan yang selalu sabar dan baik hati segera menolong sahabatnya itu. Alhasil bukan ikan yang mereka dapat, kini malah mereka yang pulang dengan pakaian basah kuyup.
*****
"Tuan saya menemukan ini di leher nona itu!" Pelayan itu menyerahkan sebuah kalung berwarna perak dengan lempengan pipih berbentuk kotak menempel di sana.
"Kamu bisa pergi dari sini!" Adeesh mengambil kalung itu.
Pelayan tadi tidak mengatakan apa-apa lagi setelah menyerahkan benda yang ditemukannya lalu keluar dari ruangan tersebut meninggalkan sang raja dan wanita asing tadi.
Dengan langkah hati-hati Adeesh mendekati wanita yang ditolongnya yang kini tengah berbaring di atas ranjang dan masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Adeesh duduk di seberang ranjang Barsya, dia tidak berani terlalu dekat dengan wanita itu. Karena jika kulitnya saja bersentuhan dengan kulit Barsya maka perasaan aneh dalam dirinya akan tidak terkendali.
"Sepertinya kamu salah satu korban gempa pulau itu, tidak heran kamu bisa bertahan hampir dua harian di tengah lautan mengingat dirimu seorang prajurit khusus. Fisik mu pasti sangatlah kuat." Batin Adeesh. Satu rahasia tentang kerajaan Pierre, waktu di kerajaan itu lebih lambat dari waktu di luar sana.
Dilihatnya kembali kalung yang diterimanya tadi itu adalah dog tag milik Barsya. Dibacanya satu persatu huruf dan angka yang tercetak pada lempengan pipih baja itu.
"Aku akan menyimpan ini untuk mu sang prajurit!" gumam Adeesh hampir tanpa suara lalu memasukkan kalung tersebut ke dalam saku coat panjang berwarna khaki yang dikenakannya.
Tinggal menunggu kapal sampai pelabuhan sebentar lagi, sebenarnya bisa saja Adeesh memerintahkan sebuah helikopter untuk menjemput mereka. Tapi dirinya sadar keadaan tidak akan mendukungnya, di luar sana pasti sedang ada pencarian besar-besaran untuk wanita itu. Melihat ia bukan seorang prajurit biasa, jadi Aldeesh tetap membuatnya terlihat natural tanpa harus meninggalkan kecurigaan dan kekacauan. Toh juga pelabuhan tidak akan sejauh itu untuk ditempuh dengan kapal penyelamatan cepat yang di milikinya.
Niat hati akan membantu pulau kecil itu tertunda sementara waktu, dirinya akan kembali ke istana membawa Barsya terlebih dahulu. Barulah misi bantuannya akan dilanjutkan kembali oleh anak buahnya nanti.