Sang Raja
“Argh,” teriak seorang pria dengan tubuh kekarnya berdiri di samping pria lain yang sangat tampan dengan rahang tegasnya. Ia menjambak rambutnya dengan kasar, menyalurkan kekesalannya setelah melihat foto seorang wanita yang tengah merangkul pria lain dengan senyuman kebahagian terukir lebar di kedua sudut bibir mungilnya itu.
“Lihat lah, mereka bisa begitu bahagia di atas penderitaanku!” rancaunya setelah menenggak segelas wine termahal di tangan kanannya. Kembali ia layangkan sebuah pukulan pada pagar besi pembatas balkon di lantai paling atas bangunan megah dan mewah itu. Ia lah sang pedang dan perisai abadi sang raja, Alpha.
“Tambah, titahnya sembari menyodorkan gelas wine yang telah kosong pada pelayan wanita yang ada di belakang mereka. Dengan cepat pelayan itu menuangkan cairan berwarna ungu pekat itu ke gelas Alpha.
“Sudahlah.” Adheesh seraya menepuk bahu sang panglima tinggi kerajaannya itu yang tak lain juga adalah saudara tirinya, Raja Adheesh memberikan sedikit kekuatan. “Mereka saja sudah bahagia, kenapa kau tak berusaha seperti itu juga?" nasihat Adheesh pada saudara tirinya sekaligus sahabatnya itu. Alpha memang merangkap jadi siapa pun yang sangat berharga untuk Raja Adheesh.
Setiap tahun di akhir bulan Desember, Alpha akan selalu memperingati hari yang tak pernah ia lupakan. Hari dimana menjadi awal dia berubah sifat sebagai seorang pria yang arogan. Dan Adheesh sebagai sahabat, selalu menemaninya.
Alpha harus berpisah dengan kekasihnya karena keegoisan orang tua sang kekasih yang menginginkan menantunya seorang raja. Tapi apalah daya, penerus raja lama yang merupakan ayahnya sendiri adalah saudaranya dari istri muda sang ayah, yaitu Adheesh Cullen, pria yang jauh lebih arogan dan sangat dingin melebihi suhu di kutub Utara.
Bahkan orang tua mantan kekasihnya rela melamar Raja Adheesh untuk putrinya, yang langsung di tolak mentah-mentah oleh raja dingin itu. Bahkan Adheesh membalaskan sedikit rasa kecewa Alpha dengan mengusir semua anggota keluarga wanita itu dari istananya secara tidak terhormat. Bukan hanya itu alasan Adheesh menolak lamaran untuknya, raja dingin itu memang tak pernah tertarik pada wanita apaalgi soal cinta.
“Bahagia?” Alpha tertawa nyaring hingga keluar bulir bening dari ekor matanya karena terlalu geli dengan ucapan sahabatnya. Bukan tawa bahagia, tapi tawa kesedihan. "Apa orang sepertiku berhak bahagia?” gumam Alpha yang kini sudah melempar gelas winenya. Ia menundukkan kepalanya, memejamkan mata sebentar. Kepalanya sudah mulai pusing akibat terlalu banyak meminum wine. Sementara Adheesh tak pernah sedikit pun menyentuh minuman menyakitkan itu.
Adheesh kembali menepuk pundak Alpha. “Setiap orang berhak bahagia, termasuk kamu! Jangan sampai terlihat oleh orang lain kelemahanmu ini, karena aku lah yang akan sangat rugi. Nyawaku jadi taruhannya." Pesan Adheesh dengan suara tegasnya yang tenang.
Alpha membuka matanya, tapi tak berniat mengangkat kepalanya. “Bahagiaku hanya bersamanya, tapi keluarganya merenggut kebahagiaanku, dan kamu tidak perlu khawatir tentang tanggungjawab ku pada mu. Tentu saja keselamatanmu adalah yang paling utama." desah Alpha. “Tapi biarkan aku menikmati mati ini sejenak. Sekarang dia bahagia bersama orang lain, apa itu adil?"
“Sadarlah, kau pikir hanya dia saja yang bisa menjadi pendamping hidupmu!" kesal Adheesh. la tak senang dengan Alpha yang selalu menganggap kebahagiaan hanya dari mantan kekasih yang sudah hampir satu dekade berakhir itu.
“Ya, wanita yang mau menerimaku dan menemaniku apa adanya, hanya dia!” balas Alpha.
“Lihatlah diri mu yang lemah saat ini, itulah kenapa aku sangat membenci wanita dan cinta." Ucap Adheesh penuh penekanan. "Dia bukan orang yang memperjuangkan mu! Jika dia memperjuangkan cintanya, pasti kau dan dia tetap akan bersama, sebesar apa pun rintangannya,” ujar Adheesh seraya memberikan isyarat pada pelayannya untuk membawakan botol wine, setelah menerima botol itu Adheesh lalu membuka tutup botolnya. Sepertinya sore ini akan panjang untuk mereka habiskan di bawah langit senja yang sangat indah di ujung barat sana. Entah itu sudah botol keberapa yang Alpha habiskan, namun sang raja masih setia menemaninya.
Alpha mengangkat kepalanya dan membuang kasar nafasnya. “Bukan dia yang tak memperjuangkan, tapi aku yang tak memiliki kekuatan apa pun saat ini.” Alpha langsung menyambar gelas winenya dan menghabiskan dalam sekali tegukan.
“Sekarang kau sudah memiliki kekuasaan bahkan seluruh wilayah kerajaan ini pun sangat takut pada kekuatanmu, apa kau mau memperjuangkan cintamu yang sudah lama berakhir itu?" tanya Adheesh penasaran. Namun dalam hatinya menginginkan Alpha untuk mencari wanita lain.
Alpha mengangkat bahunya. “Entah.”
"Kalau kamu ragu, tinggalkan saja masa lalu mu itu. Lagi pula kalau kau kembali padanya, itu sama saja kau merendahkan diriku sebagai rajamu." Titah Adheesh dengan tegasnya.
"Seharusnya aku tak melibatkan mu lagi dalam membahas cinta dan wanita." gerutu Alpha.
Adheesh Cullen, anak ke tiga dari istri kedua Raja Richard Cullen. Adheesh pria yang berusia tiga puluh lima tahun yang hidup dalam tanggungjawab besar di bahunya. Pengabdiannya sebagai seorang raja muda dengan paras tampannya yang memimpin kerajaan Pierre, sebuah kerajaan yang sangat kaya raya karena hasil batu alamnya bernilai sangat fantastis di mata dunia. Di usianya yang baru sembilan tahun ia sudah harus menggantikan tahta raja sebelumnya yang tak lain adalah ayahnya sendiri yang gugur karena di bunuh oleh istri pertamanya karena memutuskan kalau anak dari istri keduanya lah yang menjadi putra mahkota dan akan menggantikan tahtanya nanti. Sejak kejadian itu lah rasa benci Adheesh terhadap wanita tumbuh semakin besar.
Hanya ada dua orang yang ada disisinya kala itu, sang ibu dan juga kakak tirinya, Alpha. Alpha memanglah anak dari sang pengkhianat namun ia selalu memihak pada sang raja. Tak pernah ada rasa iri sedikit pun jika tahta kerajaan tidak ia dapatkan. Sementara sang ibu tiri yang kabur membawa bayi perempuan bersamanya.
Adheesh berjuang mati-matian untuk membangun bisnis kerajaan yang perlahan lenyap setelah kepergian sang ayah. Dia yang masih sangat muda berjuang sendiri dengan bantuan dan dukungan dari sang ibu dan juga saudara tirinya. Sampai akhirnya bisnis batu mulia kerajaan semakin berkembang dengan pesat. Tak hanya bisnisnya, kerajaannya pun begitu dihormati di mata dunia. Dengan ketangguhan dan kekuatan yang dimiliki Alpha membuat siapa pun akan tunduk pada kerajaan itu.
Adheesh yang hidup dalam rasa dendam masa lalu membuatnya jadi raja yang begitu dingin. Ditambah dengan kepergian ibunya ketika ia berusia dua puluh lima tahun membuatnya sangat tertutup pada wanita dan juga begitu terpuruk. Namun hal itu tak lantas membuat Adheesh tutup mata dengan penderitaan dan kesakitan orang lain. Ia hanya dendam dan membenci kaum wanita yang mencoba mendekatinya saja.
"Aku harus pergi. Kembali lah esok dengan sosokmu yang biasa. Aku sangat tak suka dengan dirimu yang sekarang." Pesan Adheesh seraya membalikkan tubuhnya, namun baru selangkah saja ia berjalan. Sebuah getaran hebat dan suara dentuman yang begitu keras terdengar jelas. Membuat tubuh pria kekar itu hampir saja tersungkur ke lantai. Alpha yang berdiri di belakangnya sudah jelas tumbang terkapar di lantai. Sementara para pelayannya pun sudah berjongkok memegangi kaki meja dan ada juga yang berpegangan pada pagar besi di sana.
"Apa yang sedang terjadi." Gumam Adheesh yang masih berusaha menahan keseimbangannya agar tidak terjatuh.