PART 6

2096 Words
*** ~ London, UK,. Lima tahun yang lalu,. Flassback Alexander’s Corp,. Ruang CEO,. Seorang gadis berusia 23 tahun masuk kedalam ruangan dimana seorang pria tampan di sana tampak sangat sibuk dengan berbagai macam tumpukan berkas di depannya. Pria itu mendongak, tersenyum lalu melepaskan kacamata yang bertengger manis di pangkal hidung mancungnya. “Hei, Shell,.” sapanya ramah. “Apa aku mengganggumu,.?” Tanya gadis itu. “Tentu saja tidak, aku tidak pernah terganggu dengan kehadiran sahabat ku, Shell,.” Jawabnya santai dan tanpa ia sadari jika jawabannya barusan sukses membuat gadis itu merasakan nyeri di ulu hatinya. ‘Sahabat? Aku mencintaimu, Marchell. Bahkan jauh sebelum perasaanmu tumbuh untuk Kayla,.’ batin gadis itu. Yah, pria dan wanita itu adalah Marchell dan Shella. Shella datang menemui Marchell setiap harinya dengan alasan yang selalu tidak jelas. Marchell tidak keberatan karena pria itu memang sangat menyayangi Shella sebagai sahabatnya. Dimata Marchell, Shella sudah seperti adik kandungnya sendiri. Namun berbeda dengan Shella. Gadis berusia 23 tahun itu mencintai Marchell, bahkan perasaannya tumbuh untuk pria itu saat mereka masih kecil. Namun sangat disayangkan, Marchell tidak pernah mau melihat ke arahnya barang sedikitpun. Bahkan pria itu setiap harinya selalu mengatakan jika ia menganggap Shella sudah seperti adik perempuannya sendiri. Apa yang dia rasakan? Tentu saja sakit. Perasaan cintanya di patahkan begitu saja oleh pria yang sangat dicintainya. Cinta pertamanya. Dia selalu bersama Marchell sejak usia mereka masih sangat kecil. Itu karena orang tua mereka yang berteman baik, terlebih juga karena menjalin kerja sama antar perusahaan masing-masing. Shella sangat bahagia, karena Marchell yang selalu memberikan perhatian lebih kepadanya, sehingga membuat ia terjebak dalam rasa kagumnya terhadap Marchell. Dan seiring berjalannya waktu, akhirnya Shella jatuh cinta pada sosok Marchell yang tampan, baik dan juga cerdas. Tentu, Shella akan menganggap Marchell adalah pria yang lurus-lurus saja dan sangat baik hati. Tapi, mau sedekat apapun dia dengan pria itu, Shella tak akan pernah sadar jika Marchell adalah pria yang memiliki sisi gelap tanpa orang lain ketahui kecuali sang Daddy. Jasson Alexander’s. Sekali tersenggol maka tak akan pernah ada kata maaf atau pun kesempatan kedua untuk lawannya. Marchell mampu memanipulasi semua mata yang menatapnya kagum. Pria muda dan tampan, sukses dalam mengembangkan bisnis sang Daddy ketika usianya masih belasan tahun. Wajah tampan yang selalu tersenyum itu berubah menjadi dingin tak berekspresi ketika Takdir Tuhan menghantamnya begitu kuat. Sosok iblis yang selalu terselimut oleh parasnya yang tampan seketika muncul begitu saja. ... “Apa kau sangat sibuk sekali, Chell,.?” tanya Shella berbasa-basi. Marchell terlihat menghembuskan nafasnya sejenak. “Hemm. Seperti biasa, Shell. Aku akan seperti ini setiap harinya,.” Shella terlihat mengerucut bibirnya tanda ia sedikit kecewa. “Ada apa? Kau menginginkan sesuatu,.?” Tanya Marchell sedikit peka. “Tadinya, aku hanya ingin memintamu menemaniku berbelanja sebentar,.” Jawabnya dengan cengiran. Marchell menghela nafas. “Baiklah. Kau bisa menunggu sebentar lagi? Dua puluh menit, maybe,.?” Ujar Marchell karena tidak tega. Dan Shella pun sontak mengangguk antusias. “Bisa, aku akan menunggumu, Chell,.” Jawabnya semangat, Marchell mengangguk pelan dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Pria itu tidak tega saat melihat raut kecewa diwajah cantik sahabatnya. Menemaninya sebentar sepertinya bukanlah masalah, pikirnya. Sedangkan, Shella. Jangan tanyakan lagi bagaimana perasaannya saat ini. Gadis itu sangat bahagia sekali, andai saja di ruangan ini hanya ada dirinya seorang, sudah dipastikan jika ia pasti akan melompat-lompat demi menyalurkan rasa bahagianya. Dia yakin jika marchell pasti akan mengiyakan ajakannya. Pria itu tidak akan tega melihat wajah sedihnya karena keinginan tak tercapai. Namun keberuntungan seperti ini tidak selalu berpihak kepadanya dan itu karena satu nama, yaitu Kayla Angelina Smith. Yah, Kayla adalah kekasih pria yang sangat dicintainya, Marchell. Semenjak kehadiran Kayla, Shella merasa jika dia kehilangan sahabatnya. Marchell meninggalkannya dan juga menjauhinya karena gadis lain, yaitu Kayla. Bahkan di usia mereka yang masih 10 tahun, Marchell mulai berubah. Pria itu mulai jauh darinya, perhatian Marchell mulai terbagi dan Shella merasa itu karena kehadiran Kayla. Marchell memperhatikan gadis itu lebih banyak ketimbang dirinya. Dia dan Marchell sudah bersama sejak mereka masih bayi, tapi pria itu tidak pernah mau menciumnya seperti Marchell yang pernah mencium Kayla. Marchell hanya akan mengecup puncak kepalanya saja dan tidak pernah lebih dari itu. Sementara dengan Kayla, setelah satu tahun kembalinya gadis itu diantaranya dengan Marchell, Kayla mampu menarik Marchell lebih jauh. Sehingga suatu ketika, mereka sedang bermain di belakang taman mansion Alexander’s, Shella tidak sengaja melihat bagaimana Marchell yang mencium bibir Kayla untuk yang pertama kali pada saat mereka masih berusia 10 tahun. Lebih tepatnya dia dan Kayla berusia 10 tahun sedang kan Marchell, pria itu berusia 13 tahun. Hatinya sakit, dia menangis saat mendapati kenyataan jika Marchell-nya ternyata menyukai gadis lain. Dan gadis itu adalah temannya sendiri. Lebih tepatnya teman lama yang baru kembali bersamanya. Yah, mereka sudah berteman sejak kecil, namun ketika Kayla berusia 3 tahun, orang tuanya pindah ke Indonesia, menetap disana selama 7 tahun lamanya. Namun setelah itu, Kayla pun kembali ke London bersama kedua orang tuanya. Dan kembalinya Kayla membuat Shella kembali kehilang sosok sahabat yang dikaguminya. Rasa kagumnya terhadap Marchell berubah menjadi rasa suka dan akhirnya ia memilih mencintai pria itu dan melukai perasaannya sendiri. Setiap hari, Shella harus menyaksikan bagaimana Marchell yang selalu memperlakukan kayla dengan lembut. Sedangkan dirinya tidak mendapatkan perlakuan yang sama seperti Kayla. ... “Chell, kenapa kau menciumku?” tanya gadis kecil berusia 10 tahun itu. “Karena aku ingin, Kay. Aku sudah lama menunggunya,.” “Tapikan tidak boleh, Chell. Kalau Mama sama Papa tahu, mereka bisa marah. Aku kan masih kecil,.” Protes Kayla karena Marchell yang mencium bibirnya. Lebih tepatnya hanya mengecup singkat. “Aku sudah minta izin sama Mama, Kay. Dan dia mengizinkan aku. Tapi tidak dengan Papa,.” Ucap Marchell sendu. “Kamu izin sama Mama,.? Izin apa, Chell,.?” “Izin kalau usia ku nanti sudah 20 tahun, aku akan menjadikanmu istriku,.” “Mana bisa seperti itu,.” Protes Kayla tidak setuju. “Bisa, Kay. Mama akan membantuku membujuk Papa nantinya,.” “Tapi, Kay. Aku hanya mendapat dukungan dari Mama dan Mommy saja. Sedangkan Papa dan Daddy, kedua pria menyebalkan itu menentangku, kay,.” “Huustt, tidak sopan, Chell. Papa sama Daddy tidak setuju, pasti karena kita masih kecil, belum besar, Chell,.” “Tapikan aku minta izin nanti setelah aku besar, Kay. Aku tidak memintanya sekarang,.” Balas Marchell membela dirinya sendiri. Sedangkan di balik pohon yang sangat rindang, gadis lain yang juga berusia 10 tahun menangis dalam diam. Menekan kuat dadanya yang sesak setelah mendengar percakapan kedua sahabatnya. Dia adalah Shella Dalle James. ... Hampir dua puluh menit berlalu, Shella yang sejak tadi duduk dengan nyaman di atas sofa disana kembali menghela nafasnya pelan. Bukan karena merasa bosan menunggu pria yang akan menemaninya berbelanja. Shella menghela nafas, saat kembali mengingat kepingan kenangan menyakitkan beberapa tahun yang lalu. namun begitu, gadis berusia 23 tahun itu memilih bertahan diantara Kayla dan Marchell sampai detik ini. Tokk... tokk.. tokk Marchell mendongak saat mendengar suara ketukan pintu di ruangannya. Begitu pun dengan Shella, ketukan tersebut juga menarik perhatiannya. Namun ia berpikir mungkin saja itu adalah Jack, sang asisten Marchell, pikirnya. “Masuk,.” Ceklek! “Selamat siang, sayang,.” sapa gadis cantik itu dengan riang. “Siang, Baby,.” Marchell beranjak dari kursinya, pria menyambut hangat gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Kayla Angelina Smith. Sedangkan Shella, gadis yang malang itu menatap terluka pemandangan di depannya. Dia melihat sendiri bagaimana Marchell menyambut hangat Kayla. Memeluk, mengecup kening dan hendak mencium bibir gadis itu. Namun Kayla menahannya. “Kenapa,.?” Protes Marchell yang tidak terima saat mendapatkan penolakan dari kekasihnya. “hay, Shell,.” Sapa Kayla ramah tanpa memperdulikan protes kekasihnya, Marchell. “Hay, Kay,.” Balas Shella pura-pura ramah. Kayla melangkah mendekat kearah Shella. Mulai bercipika cipiki dengan sahabatnya yang terasa sangat jauh dengannya. Kayla memeluk hangat, kemudian mengurai dan tersenyum. “Sudah sejak tadi, kah,.?” Tanya kayla dengan senyum lembut. “Ah, tidak juga, Kay. Baru 20 menit,.” Jawab Shella sedikit kikuk. “Baby, Shella memintaku menemaninya berbelanja sebentar,.” Pungkas Marchell tiba-tiba. “Ah, begitu,.? Lalu kenapa belum pergi?” tanya Kayla kembali. “Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan ku, Baby. Tapi, bukankah kau datang kemari karena memang ada tujuan, hemm? Kau ingin berbicara denganku, Baby? Atau mungkin ingin mengajakku pergi? Aku bisa menemani Shella lain waktu,.” Ucap Marchell tanpa ia sadari sudah sangat menyakiti perasaan Shella. Jantungnya bagaikan diremas kuat. Gadis itu ingin sekali menangis, namun ia tidak mungkin mengeluarkan air matanya di depan Marchell dan juga Kayla. Sedangkan Kayla, dia memang tipe gadis yang sangat cerdas dan peka sekali. Kayla menangkap gurat kekecewaan diwajah sahabatnya, Shella. Kayla tidak mungkin tega, sementara gadis itu sudah rela menunggu kekasihnya hanya untuk ditemani belanja. “Ah, tidak sayang. Aku hanya iseng saja kemari. Ingin melihatmu, tentu saja. Aku tidak ingin kemana-mana,.” Jelas kayla berbohong. “Kalian pergi saja. Pekerjaanmu sudah beres bukan,.?” Tanya kayla tetap dengan senyum manis dibibirnya. Dddrrttt... drrttt... ddrrttt Mommy is calling,... Marchell menatap layar ponselnya yang berdering, disana terpampang jelas nama sang Mommy yang kini sedang menghubunginya. Tanpa menunggu lama, pria itu mulai menggeser tombol berwarna hijau disana dan panggilan pun terhubung. “Hallo, Mom,.” “Sayang? Apa Princess sudah sampai,.” Marchell mengerutkan kening. “Princess mu sudah disini, Mom. Ada apa,.?” Tanya Marchell penasaran. “Sayang, designer sudah menunggu kalian di tempat Mama Mia. Mommy akan menyusul, hmm. Sebaiknya kalian pulang sekarang, sayang. Jangan sampai Mama Mia menunggu terlalu lama,.” Marchell melempar tatapan kesal pada kekasihnya. “Baik, Mom. Aku akan segera kembali,.” Balas marchell dengan tetap menatap tajam kearah kekasihnya. Seketika Kayla susah meneguk salivanya saat mendapati tatapan tajam Marchell untuknya. Hal itu tidak luput dari pengamatan Shella. Gadis itu sudah dapat menebak jika Marchell pasti akan kembali mencampakkannya dan lebih memilih Kayla. “Segera ya sayang,.?” “Okay, Mom,.” Tuuttt... tuuttt... tuuttt Panggilan telepon dengan sang Mommy berakhir, Marchell tak melepaskan pandangannya pada Kayla yang saat ini mencoba untuk mengulas senyum. “Kenapa kau berbohong? Kau datang kemari untuk mengajakku pulang dan bertemu dengan designer, bukan?,.” tanya Marchell dengan nada yang mulai berubah. “Sayang, aku_,.” “Kita pulang sekarang. Mama sudah lama menunggu, Baby,.” Potong Marchell cepat lalu beralih menatap sahabatnya. “Shell, maaf kali ini aku tidak bisa menemanimu. Ada hal yang lebih penting yang harus aku urus hari ini. Lain kali aku akan menemanimu,.” ujar Marchell tanpa dosa. ‘Hal lebih penting? Itu artinya aku tidak lebih penting untukmu, Chell,.?’ Batin Shella kecewa. “Yeah, tidak mengapa, Chell. Pergilah. Aku bisa kesana sendiri,.” Jawab Shella berusaha tegar. Sedangkan Kayla, gadis itu menatap tak enak hati pada sahabatnya, Shella. Gadis itu pasti sangat kecewa, pikirnya. Shella sudah rela menunggu Marchell namun gadis itu kembali ditinggalkan. “Ayo, Baby. Kita pulang sekarang,.” Marchell merengkuh posesif pinggang ramping kekasihnya, lalu membawanya pergi dari sana. Shella berdiri mematung disana, menatap hancur punggung pria yang sangat dicintainya. Menit berlalu, akhirnya Shella pun menitikan air matanya. Gadis itu menangis. Menangisi perasaan cintanya yang tak pernah terbalas. ... Mansion Dalle James,. Seorang pria paruh baya, duduk dengan nyaman diatas sofanya yang mahal dengan menatap fokus majalah bisnis di kedua tangannya. Dia adalah Petter Dalle James. “Da-ddy,.” Pria paruh baya itu mendongak dan mendapati putri satu-satunya berdiri di depannya dengan wajah yang sudah sangat sembab. “Sayang,.?!” Melihat sang Daddy yang beranjak, berdiri di depannya, Shella pun langsung berhambur dalam pelukan hangat pria yang selama ini merawatnya setelah kematian sang Mommy. Shella menumpahkan tangis dan sesak di dadanya dalam pelukan sang Daddy. Sementara, Petter, pria paruh baya itu merengkuh tubuh ramping putrinya. “Apa yang terjadi, hmm,.?” Tanya Petter setelah mengurai pelukannya. “Kenapa Marchell tidak pernah mau melihatku, Dad,.? Apa aku kurang menarik di matanya,.? Sehingga dia lebih memilih Kayla dibanding ku,.?” tanya Shella sesegukan sehingga membuat sang Daddy tertegun mendengarnya. ‘Jadi putriku menangis karena Marchell? Dan penyebabnya adalah Kayla? Lagi?’ ‘Setelah Ibu-nya membuatku terluka, kina anak-nya yang membuat luka dihati putriku,.?’ ‘Baiklah. Kamu akan melihat bagaimana cara aku bekerja, Dominic,.’ Petter membatin penuh ancaman ketika melihat air mata putri satu-satunya. Buah cintanya dari wanita yang telah meninggalkannya saat Petter baru menyadari perasaan cintanya. “Kau benar-benar menginginkan Marchell, sayang,.?” Tanya Petter. Shella mengangguk “Bersabarlah. Sebentar lagi kau akan mendapatkannya. Dad berjanji,.” Petter menatap manik putrinya penuh keyakinan. Ia mulai menyusun siasat dalam pikirannya. Keinginan untuk menghancurkan keluarga Smith kini kembali bangkit setelah melihat air mata putrinya. ‘Maafkan aku, Anna. Kali ini aku sudah tidak bisa menahan diriku. Putri kita terluka dan aku terpaksa mengingkari janjiku terhadapmu. Maafkan aku,.’ ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD