***
~
Lima tahun yang lalu,. Masih Flashback,.
London, UK,.
Mansion Dominic Smith,.
Satu bulan kemudian,.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, kini semua orang nampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Lebih tepatnya, disibukan oleh acara besar yang satu minggu lagi akan berlangsung. Yaitu pernikahan Marchell dan juga Kayla.
Yah, sesuai perjanjian dengan sang Daddy dan juga Papa-nya, Marchell baru akan diperbolehkan menikahi Kayla setelah usianya 25 tahun. Kini pria tampan itu sudah menginjak usia yang ke 26 tahun.
Maka dari itu, Dominic dan Jasson pun memberi restu kepadanya untuk menjaga Kayla sepenuhnya. Jasson Alexander’s memang Ayah kandungnya, namun pria berusia 54 tahun itu, begitu sangat menyayangi Kayla.
Jasson justru sangat overprotektif terhadap Kayla dibandingkan dengan Dominic selaku Ayah kandung Kayla. Bukan karena tidak menyayangi putrinya. Namun entah kenapa, kedua pria yang sudah bersahabat sejak kecil itu seakan bertukaran.
Dimana Jasson yang sangat dekat dengan Kayla, begitupun dengan Dominic yang sangat menyayangi Marchell. Entah, mereka sungguh pria paruh baya yang aneh.
“Satu minggu lagi, Chell,.?” Marchell menghela nafas saat mendengar penuturan pria yang kini duduk disampingnya. Dominic.
“Haahh. Itu sangat lama sekali menurutku, Pa. Tidak bisakah besok saja aku menikahinya,.?” Dominic terkekeh namun tidak dengan pria yang satunya. Jasson.
“Tentu saja tidak bisa. Mudah sekali perjalananmu jika kau akan menikahi Princess ku besok,.” Sarkas Jasson, Marchell mendengus.
“Dad, aku ini putramu, seharusnya kau mendukungku. Bukan malah seperti ini,.” Protes Marchell dan Jasson tidak peduli.
“Apa-apaan dia, Pa,.” Aduh nya pada Dominic.
Tanpa bisa menahan lebih lama, Dominic pun sontak melepaskan gelak tawanya saat melihat aksi debat antara Anak dan Ayah itu. Mereka sungguh lucu sekali, menurutnya.
“Tidak usah terlalu buru-buru. Belum tentu kau bisa menepati janjimu untuk menjaganya dengan baik,.” Ucap Jasson penuh makna.
“Aku bahkan sudah menjaganya sedari kecil, Dad. Aku menjaga dengan baik, asal Dad tahu,.” Ketusnya. Jasson menghela nafas dengan perasaan yang sedikit berdebar. Seakan pria paruh baya itu sedang mengkhawatirkan suatu hal.
“Haahh, sudah-sudah. Kalian ini kenapa selalu ribut jika sudah membahas tentang Kayla, hmm?,.” sela Dominic.
“Chell? Dengarkan Papa, Nak,.” Dominic terlihat serius dan Marchell mulai membenarkan posisi duduknya.
“Entah ini yang keberapa kalinya Papa mengatakan ini kepadamu. Tapi, sekali lagi. Tolong, apapun yang terjadi, berikan rasa kepercayaanmu terhadap Kayla. Kau harus bisa mempercayainya, mau bagaimanapun orang lain yang berusaha mengusik kalian, kau hanya cukup mempercayainya saja,.” ujar Dominic dengan menatap dalam manik Marchell.
Perasaan Marchell mendadak berdebar kala mendengar ucapan penuh makna dari pria paruh baya itu. Pria yang sudah ia anggap seperti ayah kandungnya sendiri. Pria yang selalu membelanya ketika ia mendapat amukkan dari sang Daddy, Jasson.
“Berjanjilah, Nak,.” Pinta Dominic.
“Aku berjanji, Pa. Aku akan selalu mempercayainya,.” Ia menatap dalam manik kelam pria yang sebentar lagi akan menjadi Papa mertua nya.
“Apapun yang terjadi,.” Sambungnya dengan nada yang begitu yakin.
Dominic, pria paruh baya itu sontak menarik kedua sudut bibirnya, menciptakan senyum lebar lalu merengkuh tubuh atletis pria yang sangat ia sayangi itu. Sementara Jasson, ia hanya bungkam. Bungkam dan terus menatap sang putra yang saat ini berada dalam pelukan sahabatnya, Dominic.
‘Maafkan Dad, Son. Tapi Dad tidak mempercayaimu,.’ Jasson membatin.
...
Empat hari kemudian,.
Garden Plaza Hotel,.
Malam hari,.
Seorang pria melangkah lebar penuh amarah. Wajah tampan yang selama ini terlihat, kini berubah menjadi bengis dan mengerikan. Dia adalah Marchell Alexander’s.
Pria itu fokus menatap lurus ke arah depan. Pendengarannya seolah senyap namun tidak dengan detak jantungnya. d**a bidang itu berdebar, bukan karena perasaan membahagiakan, namun itu adalah debaran ketakutan.
Ketakutan akan kenyataan yang sebentar lagi akan membuatnya hancur. Dalam langkahnya, sedikit terbesit di lubuk hatinya yanh paling dalam semoga saja ia salah, dan ini bukanlah kenyataannya.
Menit telah berlalu, kini ia pun berdiri pasti didepan pintu yang menjulang tinggi di hadapannya. Ia mengangkat tangannya, menempelkan sesuatu di sana agar pintu tersebut dapat terbuka. Marchell memejamkan matanya kuat lalu menekan handle pintu itu dan mendorongnya kuat.
Braaakkkk
Pria yang saat ini bergelung dibawah selimut tebal disana pun terkejut saat pintu kamar hotel tempat ia menginap dibuka kasar oleh orang tak ia kenal.
Marchell berdiri, tubuhnya bergetar, dadanya sesak ia seakan kehilangan nyawanya saat kedua mata elangnya menatap wanita yang saat ini nampak terlelap begitu nyenyak di samping pria asing disana.
Rambut panjang yang selalu dibelainya terlihat begitu berantakan, baju dan pakaian dalam kini berserakan diatas lantai begitu saja. Sehingga tak ada lagi harapan untuknya jika ini hanyalah sebuah mimpi.
“Hey,.! Apa yang kau lakukan, bung,.! Kau meng_,.”
Buuhhgg
“Oh s**t,.” rutuk pria itu.
Marchell menghantam kuat kuat wajah pria yang kini sudah tersungkur di hadapannya tanpa sehelai benang pun. Saat ini, Marchell ingin sekali membunuhnya, namun urung karena kini pandangannya beralih menatap wanita yang nampak terbangun dari tidur nyenyaknya.
“C-Chel,.” Sapanya terbata.
Yah, wanita yang saat ini Marchell temui adalah Kayla Angelina Smith. Wanita yang dicintainya, wanita yang tiga hari lagi akan resmi menyandang status sebagai istrinya. Namun sangat disayangkan, wanita itu ternyata baru saja menghabiskan malam panasnya bersama pria lain.
“Jangan pernah menyentuhku,.” Ucap Marchell tajam ketika kayla hendak menyentuh lengannya.
“C-Chell, a-ku,.”
“Diam,.!! Aku tidak ingin mendengar suara menjijikanmu, b***h,.!” ujar Marchell dan Kayla tertegun kala mendengar kalimat terakhir pria iti
“Ternyata seperti ini? Kau selalu melarang ku ketika aku ingin menyentuhmu, itu karena kau memang sudah melakukannya dengan banyak pria,.?” sarkas Marchell mulai berasumsi yang bukan-bukan.
“Sejak kapan kau merangkap menjadi wanita pemuas nafsu, huh,.? Jadi selama ini kau membodohiku? Kau mau menjadi istriku setelah kau menjual tubuhmu,.?”
“Marchell, aku_,.”
Plaaakkkk
"Aakhhh"
Wajah cantik itu terbuang ke samping akibat tamparan kuat dari tangan besar pria yang sangat ia cintai. Kayla tak mampu membendung air matanya, bukan karena sakit di pipinya. Namun sakit karena pria-nya bahkan tak ingin mendengar penjelasannya barang sedikit pun.
“Dengar, b***h. Tidak akan pernah ada pernikahan diantara kita. Aku tidak sudi menikahi seorang p*****r sepertimu,.” Ucap Marchell tajam.
Setelah mengucapkan kalimat hinaannya, pria itu memutar tubuhnya lalu keluar meninggalkan Kayla yang kini hanya bisa menangis pilu.
“A-ku tidak melakukannya, Chell. Aku tidak melakukannya,.” Isak Kayla pilu.
Sementara Marchell, pria itu melangkah, pandangannya kosong, ingin sekali ia mengeraskan wajahnya, namun air matanya membuat wajah bringasnya menjadi lemah. Pria itu menangis seiring dengan langkah kakinya.
‘Kenapa kau melakukan ini, Kay? Bukankah kau berjanji jika kau tidak akan pernah menyakiti perasaanku? Lalu apa ini, Kay. Kau menghancurkan ku. Kau merusak semua mimpi yang sudah kita rencanakan, Kay,.’
‘Papa, kenapa ini rasanya sakit sekali,.’
Yah, batinnya pilu. Tangan besarnya meremat kuat dadanya yang sesak. Bukan nama Jasson Alexander’s yang ia sebut saat mengadukan rasa sakitnya, namun sang Papa, Dominic Smith. Hanya pria paruh baya itu yang ada di ingatannya.
...
Suasana menegang, dua orang wanita paruh baya disana hanya bisa menangis saat melihat pria yang kini sedang mengamuk. Ia menghancurkan apa saja yang bisa dijangkaunya. Bahkan tak ada satu orang pun yang dapat menghentikan aksi gilanya. Dia adalah Marchell Alexander’s.
Yah, saat ini, tepatnya di mansion Alexander’s semua orang berkumpul termasuk Kayla dan juga kedua orang tuanya. Saat ini Kayla hanya bisa pasrah dengan keadaan karena tak ada satupun orang yang mau mendengarkan penjelasannya, termasuk Marchell.
“Kalian lihat sendiri, jadi inilah yang dilakukan oleh w************n ini dibelakangku. Dia menjual tubuhnya. Aku tidak tahu, dia menjual atau dia memang menikmatinya,.” Semua orang diam saat mendengarkan ucapan tajam penuh hinaan Marchell terhadap Kayla. Hati Dominic hancur saat mendengar kalimat hinaan Marchell untuk putrinya.
“Cukup, Marchell,.!” Jasson membuka suara.
“Kenapa, Dad. Bukankah yang aku katakan benar,.?” Mata elangnya beralih menatap wajah Kayla yang saat ini sedang menatapnya sendu.
“Aku tidak melakukannya, Chell,.” Bela Kayla pada diri sendiri.
“Dengan mendapati tubuh telanjangmu, lalu aku harus percaya,.?!” Ujar Marchell tajam saat menatap manik Kayla.
“Kau benar-benar p*****r tidak tahu malu, Kay,.” Kayla memejamkan matanya, hati dan perasaannya hancur kala terus mendengar kalimat rendahan Marchell untuk dirinya. Sedangkan Jasson, pria paruh baya itu bahkan sudah mengepalkan tangannya kuat.
“Ku ingatkan sekali lagi, jangan pernah menampakan tampang murahanmu itu lagi dihadapanku,.”
Plaaakkkkkk
“Jasson,.” seru Dominic melangkah lalu meraih bahu sang sahabat yang saat ini telah menampar kuat wajah pria yang sangat dia sayangi itu.
"Kau benar-benar kurang ajar, Marchell. Sekali lagi kau mengatainya, aku akan benar-benar merobek mulutmu,.!!" ujar Jasson dengan wajah merah padamnya.
“Lepaskan aku, Dom,.” Desis Jasson tidak suka karena Dominic menghalanginya.
Sementara yang lainnya hanya diam dalam tangis mereka. Jangan tanyakan lagi bagaimana keadaan dua wanita paruh baya itu. Keduanya hanya mampu menangis. Mia, yah, Mia Sasmita yang tak lain adalah Ibu kandung Kayla hanya mampu menangis.
Wanita paruh baya itu syok sekaligus malu saat ia menerima semua lembaran foto yang diberikan Marchell untuknya. Sedangkan Lorna, wanita itu sangat kecewa sekali dengan gadis yang sudah dianggapnya seperti putri kandungnya sendiri. Kayla.
“Tidak perlu menyakitinya, Jo,.” ujar Dominic parau.
“Saat ini, di matanya putriku sudah membuat kesalahan yang fatal. Aku memakluminya,.” Marchell diam menatap sendu wajah sang Papa. Dominic.
“Dia sudah tidak menginginkan putriku lagi. Dia lebih memilih mempercayai apa yang sudah dilihatnya tanpa mencari tahu terlebih dahulu bagaimana prosesnya, aku memahaminya, Jo,.” Marchell mengusap kasar airmatanya kala mendengar ucapan sang Papa.
“Sekarang, biarkan kami pergi. Aku tahu dia membenci putriku. Maka dari itu, aku akan membawanya pergi,.” Ucap Dominic tenang.
“Papa, a-ku tidak bersalah.,.” ujar Kayla di sela isak tangisnya.
Jasson menatap Kayla iba, pria paruh baya itu melangkah ke arahnya, berdiri lalu mengulurkan kedua tangan besarnya menangkup penuh wajah basah karena air mata itu.
“D-Daddy, aku tidak me-lakukannya,.” Adunya pada pria yang kini menatapnya dengan mata memerah.
"Dad, tahu,."
“Dad, mempercayaimu. Sekarang, pergilah, Nak. Kau harus percaya satu hal, waktu yang akan menjawab semuanya. Suatu saat nanti, waktu akan membuktikan jika kau memang tidak pernah bersalah,.”
“Ketika waktu itu tiba, ingat satu hal, jangan pernah memaafkan orang yang telah mencampakkanmu karena hal ini,.!” Ucap Jasson serak seiring dengan jatuhnya air matanya. Dia menangis.
Marchell tertegun, degup jantungnya kian kencang saat mendengar penuturan tajam penuh makna sang Daddy. Entah kenapa, keyakinannya mulai goyah, namun emosi begitu kuat menguasainya sehingga ia tak menyadari jika hatinya menginginkan gadisnya, Kayla.
“Pergilah. Daddy menyayangimu, Nak. Sangat,” Jasson mengecup lembut kening Kayla.
Setelahnya, Dominic hendak membawa pergi putri dan sang istri dari kediaman Jasson, namun langkahnya terhenti kala ia mendapati Marchell yang sedang menatapnya hancur.
“Janjimu sudah selesai, Nak. Setelah ini, Papa doakan semoga kau bisa mendapatkan wanita yang dapat kau percayai,.” Ucap Dominic penuh arti.
“Pa-pa, dia mengkhianatiku. Aku_,.”
“Papa tahu, maka dari itu, Papa akan membawanya pergi,.”
"Atas namanya, Papa meminta maaf,."
“Jaga dirimu baik-baik. Kau akan tetap menjadi putra kebanggan Papa, diluar masalah ini,.” ujar Dominic. Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Dominic pun melangkah dengan membawa kedua wanita yang sangat ia sayangi itu.
“Pa-pa,.” Panggil Marchell lirih saat melihat punggung lebar itu mulai menghilang di pandangannya. Pria berusia 26 tahun itu, tak menyadari jika dirinya telah melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Kesalahan yang suatu hari nanti akan sangat ia sesali.
Tanpa sepengetahuan mereka, seorang pria paruh baya kini sedang merayakan keberhasilannya. Dia berhasil mengacaukan kebahagiaan mereka. Kebahagiaan yang menurutnya sungguh memuakkan.
Flashback End
***