Han Min menutup telepon dengan rasa penasaran yang meledak-ledak di kepalanya. Han Min tidak menyangka, Linda akan menawarinya sarapan bareng? Apakah Linda sekedar ingin berterimakasih kepada Han Min yang telah bersedia untuk tidak memakai seragam besok pada acara di Kementrian Hukum atau Apakah Linda juga ingin mengenal Han Min lebih dekat seperti keinginan Han Min untuk mengenalnya?
Linda benar-benar cewek yang tidak bisa diprediksi. Dia dingin tapi rapuh ibarat es serut yang di taruh di atas es doger. Rasa penasaran Han Min kepadanya semakin memuncak. Han Min semakin ingin tahu segala sesuatu tentang Linda. Apa yang menyebabkan Linda trauma bila melihat orang-orang yang berseragam? Apa yang menyebabkannya hanya diam ketika aku bertanya kepadanya apakah dia berasal dari Indonesia? Mengapa baru tadi dia mengaku kalau memang dia pernah tinggal di Indonesia selama 17 tahun sebelum pindah ke Australia? Apakah dia pindah ke Australia karena kuliah di sana dan setelah itu tidak pulang kembali ke Indonesia karena menikah? Tapi saat dia pingsan di pelukan Han Min di bandara dan Han Min memopongnya masuk ke ruang imigrasi, Han Min tidak melihat ada cincin di jari manis Linda. Wanita ini benar-benar penuh misteri yang harus dipecahkan. Untuk mengurai misteri itu , langkah pertama yang harus Han Min lakukan adalah bertemu Linda untuk sarapan besok pagi. Ada rasa senang di hati Han Min bisa bertemu kembali dengan Linda dalam suasana yang lebih akrab karena tentu hanya ada mereka berdua untuk sarapan bareng,jadi Han Min bisa lebih mengenal sosok seorang Linda. Tiba-tiba Han Min teringat kalau dia harus menelepon Budi, supaya tidak usah menjemputnya besok pagi.
“ Hallo. Bud” Kata Han Min langsung menyapa ketika Budi mengangkat handphonenya.
“ Ada apa Bos, Malam-malam telepon. Aku uda tau tugasku besok pagi. Kita akan menghadiri acara di Kementrian Hukum dan HAM. Aku akan menjemput Boss jam 9 pagi di rumah karena acaranya jam 10 pagi. Mau minta di beliin nasi uduk kebun kacang?” Tanya Budi karena dia tahu kesukaan Han Min.
“ Nggak usah. Aku malah mau bilang, kita ketemuan langsung di kementrian aja jam 10. Nanti aku berangkat sendiri’Kata Han Min.
“ Loh, Kok nggak mau ku jemput?” Tanya Budi keheranan. Karena memang biasanya untuk urusan tugas, Budi akan selalu mendampingiku dan menjemput Han Min di rumah, baru mereka berangkat bareng ke tempat acara.
“ Aku pakai mobil dan supir pribadiku saja . Nanti kita ketemuan langsung di depan gerbang utama gedung Kementrian” Kata Han Min .
Han Min tahu jawaban itu tidak akan memuaskan Budi. Budi pasti akan bertanya lagi sampai dia menemukan jawaban mengapa Han Min tidak mau dijemputnya. Dan dugaan Han Min benar. Budi langsung nyerocos dengan berbagai pertanyaan.
“ Boss mau kemana? Ada janji ya sama Bu Famina, mau breakfast bareng dia dulu sebelum berangkat?” Katanya menyebutkan nama seorang janda yang tinggal di sebelah rumahku yang selalu mama dan Budi jodoh-jodohkan dengan aku. Bukan salah mereka juga sih, suka menjodohkan aku dengan Bu Famina. Bu Famina itu terlalu keliatan kalau dia menyukai aku. Sepertinya ada seminggu tiga kali dia ke rumahku dan membawa berbagai kreasi masakannya atau kue buatannya sendiri untuk kami nikmati sekeluarga,saat itu dia juga akan berlama-lama mengobrol dengan mama untuk menarik perhatianku.
“ Aku memang ada janji breakfast bareng tapi bukan dengan Famina” Kataku akhirnya, supaya Budi tidak banyak bertanya. Tapi Budi masih belum puas.
“ Kalau bukan dengan Famina, Dengan siapa? Dengan Pak Boy?” Tanyanya menyebutkan sahabatku, Boy Tobing yang satu kantor denganku dan menjabat sebagai kepala Divisi Humas Mabes Polri.
“ Bukan, Budi…. Masak aku harus lapor kepadamu, aku janjian sarapan dengan siapa? Emang kamu bapakku?” Kataku pura-pura kesal.
“ Ya, Aku harus tahu dong, Atasanku kemana? Nanti kalau ada keadaan darurat aku tahu harus menghubungi mu kemana?”
“ Aku sarapannya bukan di BULAN. Jadi kamu tetap bisa hubungi aku di handphoneku” Kataku sengaja menggodanya. Han Min tahu sikap Budi yang tak akan menyerah sampai dia mendapatkan jawaban yang memuaskannya.
“ Please deh, emang sarapan sama siapa dan di mana? Tidak ada temanmu yang tidak aku kenal” Tanya Budi keukeh untuk meminta jawaban Boss nya.
Han Min menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tahu percuma kalau tidak menjawab Budi, karena Budi pasti tidak akan menutup teleponnya sampai dia mendapatkan jawaban yang membuatnya puas.
“ Besok aku ada janji sarapan dengan Ibu Linda Wijaya Smith di Hotel Borobudur. Puas??” Tanya Han Min.
“ Siapa??? Linda Wijaya Smith?? Siapa dia?? Kok aku belum mengenal nama itu? Gebetan baru yang mau dijodohkan kepadamu oleh mamamu? Atau Pak Boy yang mau menjodohkannya denganmu ? ” Tanya Budi.
Budi memang tidak tahu nama Linda karena saat Han Min dan Linda bertukar kartu nama . Budi tidak ada di ruang kepala imigrasi dan Budi sama sekali tidak tahu kalau wanita yang minta tukaran tempat duduk dengannya di pesawat bernama Linda. Han Min sangat senang berhasil membuat Budi penasaran.
“ Bukan…. Linda itu cewek yang tukaran tempat duduk denganmu di pesawat Qantas tadi saat kita balik dari Aussie” Kata Han Min , supaya tidak perlu lagi menjawab pertanyaan yang tiada henti dari Budi.
“ Ohh.. Hebat banget Boss ku. Gerak cepat kali ini. Aku sudah tahu dari tadi, boss ku ini pasti lagi jatuh cinta. Nggak biasanya tuh mau tukaran tempat duduk sama cewek. Biasanya cuek kek bebek kalau melihat cewek-cewek cantik seperti si Miss Linda itu. Tapi kali ini, mata boss tidak berhenti menatapnya sejak dari business louge, sampai naik pesawat sampai turun di imigrasi juga mengekorinya dan berkorban untuk antri , tidak lewat jalur diplomatic. Jatuh cinta memang bisa merubah laki-laki cuek jadi laki-laki romantis” Kata Budi panjang lebar.
“ Siapa yang jatuh cinta? Aku hanya penasaran saja”. Jawab Han Min.
“ Justru penasaran itu awal dari cinta. ” Kata Budi ibarat pakar percintaan, padahal dia sendiri masih jomblo kelas kakap.
“ Iya. Iya, terserah kamu aja”Jawab Han Min karena dia tahu percuma berdebat sama Budi yang selalu ingin Han Min menikah kembali setelah dua puluh tahun menduda .
“ Ok deh Boss. Selamat pacaran ya. Aku doain supaya lancar PDKT nya. Boss jangan pakai seragam! Nanti pingsan lagi Miss, Linda nya. Atau boleh juga deh modus pake seragam, kalau Miss.Linda pingsan, Boss bisa pelukan lagi” Kata Budi menggodaku.
“ Dasar ajudan kurang ajar !” Kata Han Min pura-pura marah.
“ Tapi besok aku memang tidak pake seragam kok, tadi uda janji sama Linda” Kataku.
“ Cie.. Cie… Cie. Bossku udah main janji-janjian dan uda panggil namanya dengan mesra LINDA.. Linda-Linda Wo ai Ni” .Budi pun langsung menyanyi sebuah lagu mandarin yang terkenal zaman dulu untuk menggoda Han Min.
“ Uda-uda! Aku nggak mau ngomong panjang lebar lagi denganmu. Selamat malam. Sampai jumpa besok pagi di Kementrian Hukum ” Kata Han Min langsung menutup teleponnya.
Han Min menghela nafas panjang. Kalau diladeni nggak akan ada habisnya, Budi menggodanya. Lebih baik cepat-cepat teleponnya ditutup saja. Han Min lalu bersiap-siap untuk tidur di tempat tidurnya yang besar dan nyaman. Tempat tidur besar yang selalu dia tidurin sendirian sejak berpuluh tahun lalu.
++++
Tepat jam 7.30 Pagi, Han Min sudah tiba di Hotel Borobudur. Ntah kenapa dari berangkat , hatinya berdebar kencang seperti mau kencan pertama. Han Min tersenyum simpul, mencoba menepis rasa berdebarnya yang seharusnya tidak dia rasakan lagi , mengingat usianya sudah beranjak 48 tahun. Han Min bukan remaja lagi dan tidak cocok untuk pria seusianya bisa merasakan debaran seperti sekarang ini.
Memakai jas three piece dengan lambang Polri di dadanya. Han Min berjalan gagah menuju Café Bogor yang terletak di area belakang lobby Hotel Borobudur. Café Bogor adalah restaurant tempat Han Min dan Linda janjian untuk sarapan pagi ini. Pasti Linda belum ada di Café Bogor karena masih ada setengah jam lagi dari waktu yang dijanjikan. Han Min akan menunggu Linda saja sambil menikmati secangkir kopi. Tapi belum sampai dia di depan Café, tepat di depan pintu lift yang terbuka. Ada sosok Linda dengan blazer merah menyala yang berada di dalam Lift. Mata mereka bertatapan . Keduanya tersenyum.
“ Good Morning” Sapa Han Min hangat melihat Linda yang tampak binggung mulanya ,tapi Linda segera tersenyum dan membalas sapaanya
‘ Selamat pagi Pak Han Min. Ternyata Bapak juga lebih cepat sampainya. Tadi saya pikir, saya akan menunggu Bapak di depan dulu supaya Bapak tidak terlanjur masuk dan membayar sarapannya. Toh kamar saya include breakfast untuk dua orang” Kata Linda sambil berjalan menuju Café Bogor tanpa menunggu Han Min yang langsung berlari kecil mengikuti langkah kaki Linda.
“ Saya bayar sendiri juga tidak apa-apa”Kata Han Min. Gengsinya sebagai lelaki terusik, masak pertemuan pertama dia memakai fasilitas free breakfast dari kamar Linda. Apa Linda mengajaknya sarapan supaya tidak mubazir free breakfastnya? Emang Linda beranggapan gajinya tidak cukup untuk membayar breakfast di hotel mewah ini?.
“ Sayang toh Pak. Toh kamar saya sudah includebreakfast, Kenapa harus bayar lagi” Kata Linda dengan tenang.
Han Min yang tidak tenang. Emang dia pikir, saya nggak kuat bayar? Gajinya sebagai seorang polisi itu cukup tinggi, apalagi Han Min diwariskan banyak tanah, property dan saham-saham oleh kakeknya yang pengusaha sukses. Han Min akhirnya hanya diam dan mengikuti saja semua kemauan Linda, dia takut membuat Linda merasa tidak nyaman lagi.
Mereka berdua berhenti di pintu Café Bogor. Lalu Linda menyebutkan no kamarnya kepada petugas yang menjaga di depannya.
“ Oh.. Ibu dari Suite Room. Ibu boleh pake ruangan private di sebelah kanan untuk sarapan nya bersama Bapak”. Kata petugasnya ramah
“ Baik saya pakai ruangan private saja”Kata Linda. Han Min hanya diam dan mengikuti semua kemauannya. Linda pasti sedang menghindari bertemu tamu-tamu yang lain kalau dia makan bukan di Private room. Linda pasti takut akan bertemu dengan orang yang memakai seragam. Lalu Linda berpaling pada Han Min.
“ Tidak apa-apa kan Pak , kita memakai ruangan private?” Tanyanya
“ Iya .Tidak apa-apa. Aku ikut saja, asal buat Bu Linda nyaman”Kataku.
“ Terimakasih Pak Han Min. Anda sungguh sangat baik dan pengertian” Katanya sambil tersenyum tulus.
Senyumnya itu semakin membuat jantung Han Min berdebar ‘Jangan gila, Han Min! Linda itu uda ada suaminya. Seseorang yang bernama Smith. Hatimu harus kamu kelola supaya jangan berdebar terus seperti perjaka’ Bisik suara hati Han Min untuk meredakan debarannya.
Mereka berdua memasuki ruangan private dan dilayani oleh seorang pelayan pria. Linda hanya meminum secangkir kopi dan minta dibawakan salad dan setangkup roti. Han Min juga minta kopi dan minta sop buntut dan sepiring nasi. Sop Buntut Café Bogor sudah terkenal seantero Indonesia karena kelezatannya.
“ Pak Han Min, biasa makan nasi untuk sarapan ya? Tipikal orang Indonesia banget” Katanya Linda sambil menyesap kopinya.
“ Iya. Saya kalau nggak ada nasi nggak bisa hidup. Sarapan saya tiap hari , tidak beranjak jauh dari nasi uduk, nasi kuning, atau nasi goreng” Kataku .
“ Mirip papaku dulu” Katanya dan Han Min melihat mata Linda mulai berkaca-kaca.
“ Memang kebanyakan orang Indonesia ya begitu. Kalau tidak aneka nasi, pasti mie atau ketupat sayur. Pokoknya makanan yang berat. Tidak seperti di barat yang bisa makan roti dan salad seperti Bu Linda. Bu Linda pasti uda sangat terbiasa ya dengan kehidupan di sana ? ” Kata Han Min mulai mengeluarkan jurus detektifnya.
“ Saya uda dua puluh tahunan , hidup di luar negeri, otamatis harus menyesuaikan diri Pak. Ada pepatah Indonesia yang saya ingat. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Benar nggak Pak?”
“Benar. Hebat ! Ibu masih bisa ingat pelajaran SMP. Ibu berarti sampai SMA nya masih di Indonesia, ya? ” Han Min mulai lagi dengan pertanyaan ala detektifnya.
“ Iya. Aku sampai pas selesai ujian akhir di bulan Mei” Jawab Linda pelan sekali dan tertunduk sedih. Han Min tahu dia harus stop pertanyaannya sampai di sana bila tidak mau Linda kembali diam seribu bahasa. Padahal pembicaraan mereka mulai lancar. Sebagai polisi yang berpengalaman , Han Min sangat bisa membaca mimik lawan bicaranya. Jadi Han Min memutuskan untuk ngobrol yang ringan-ringan saja.
“ Sampai kapan , rencana Ibu tinggal di Jakarta?”
“ Besok saya kembali, setelah acara di kementrian. Pesawat saya tengah malam, tepat jam 12 malam , jadi lusa pagi saya sudah ada di Sydney”
“ Pak Han Min kenapa bisa jadi polisi. Maaf ya, biasa orang Chinese Indonesia jarang yang berprofesi jadi polisi” Tanya Linda, gantian menyelidiki Han Min.
“ Terakhir yang jadi pengusaha di keluarga kami itu adalah kakek saya. Setelah itu papa saya jadi dokter yang kemudian papa mendaftar menjadi dokter di kepolisian dengan pangkat terakhir Brigjen. Papa malah yang mendorong saya mendaftar menjadi polisi setelah saya menamatkan kuliah di Amerika melalui jalur SIPSS ( Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana) . Tapi dari awal kuliah saya juga sudah berniat untuk mendafar di kepolisian. Makanya saya ambil kuliah jurusan Psychologi dengan specialisnya ke Criminal Behaviour” Jelasku panjang lebar.
Linda hanya manggut-manggut. Lalu aku yang bertanya sambil menyeruput sop buntutku.
“ Kalau Bu Linda kenapa bisa jadi pengacara” .
“ Papa dan mama angkat saya di Australia punya law firm , mereka yang mendorong saya untuk kuliah hukum dan menjadi pengacara International. Smith and Associates tempat ku bekerja sekarang kepunyaan papaku” Katanya.
Dan Han Min langsung melonjak kegirangan. Ternyata dia belum menikah. Smith itu nama papa angkatnya. Dan dia pasti memakai nama belakang papa angkatnya. Sekarang Han Min tersenyum bahagia dan Linda melihatnya dengan kebinggungan di matanya.