Aku masuk ke kamarku di Hotel Borobudur, membuka blazerku dan menghempaskan diriku ke tempat tidur. Aku harus menenangkan diriku sebentar. Sepanjang perjalanan dari Bandara ke Hotel Borobudur ini, seluruh kejadian yang menimpa keluargaku dulu, silih berganti berputar di otakku. Ketika melewati jalan tol keluar dari bandara, aku gemetar ketakutan. Teringat dulu aku gemetar ketakutan bersama papa Smith sewaktu menuju Bandara untuk terbang ke Australia. Perempuan berambut pendek yang duduk di samping supir tidak mengetahui badanku yang gemetar. Tidak etis kalau aku memberitahunya. Ini adalah masalahku sendiri.
Traumaku yang harus aku hadapi sendiri. Hanya diriku yang bisa mengatasinya. Itu pesan dr. Meyer berulang kali padaku.
“ Linda, Kamu harus kuat dan mengatasi sendiri semua trauma dalam hatimu. Kamu harus berjuang. Jangan pernah menyerah. Aku yakin kamu wanita yang kuat . Kamu pasti bisa menghadapinya. Kamu sudah berhasil sejauh ini, aku yakin kamu bisa mengatasi semua trauma mu, bila kamu kembali ke Indonesia. Hadapi dan challenge dirimu untuk tidak takut. Bila badanmu gemetar. Tutup matamu dan tarik nafas panjang. Lalu tenangkan dirimu, itu cara paling cepat agar kamu segera pulih dan tidak gemetaran” Kata-Kata dr. Meyer tergiang di telingaku. Jadi sepanjang jalan tadi, aku segera menutup mataku. Tidak mau lagi melihat keadaan pemandangan kota Jakarta yang sudah dua puluh tahun aku tinggalkan. Badanku memang sudah tidak gemetar tapi hatiku masih berdebar keras sampai saat aku masuk ke kamar ini dan menghempaskan tubuhku di kasur besar di hotel Borobudur yang akan aku tinggali selama aku di Jakarta.
Setelah memejamkan mata beberapa saat untuk menenangkan diriku . Aku memutuskan untuk menelepon dr. Meyer di sambungan pribadinya. Sekarang berarti sudah jam 8 malam Di Sydney. Dokter Meyer sudah kuberitahu bahwa aku akan tiba di Jakarta hari ini dan dia sudah bersedia membantuku memberikan konsultasi via telepon kalau aku mengalami kesulitan seperti sekarang akibat trauma mendalamku. Telepon berbunyi dan tidak sampai dering kedua sudah diangkat oleh dokter Meyer. Suara lembut seorang wanita paruh baya memenuhi rongga I- phone 12 Pro Max ku. Mendengar suara dokter Meyer selalu membuatku merasa nyaman. Aku sungguh sangat beruntung, papa Smith memilihnya sebagai psikiaterku. Dr, Meyer adalah dokter yang keibuan dan selalu siap membantuku menghadapi masa-masa tersulit akibat traumaku yang tak berkesudahan.
“ Hello. Linda. Are you OK ?” Itu sapaannya langsung ketika menjawab teleponku
“ Aku tidak baik dokter” Aku berkata sambil menagis tersedu-sedu . Air mataku jatuh tak tertahankan. Lalu aku mulai bercerita kepadanya bagaimana badanku gemetar dan aku seakan tak bisa bernafas ketika aku harus duduk di sebelah orang yang berpakaian seragam kepolisian Indonesia. Begitu juga saat aku harus mencap paspor, aku pingsan karena tidak bisa bernafas dan gemetaran. Dan begitu juga ketika aku melewati jalan tol keluar dari bandara. Seluruh kejadian yang menimpa keluargaku seakan berputar bagai film di otakku. Aku menangis sejadi-jadinya sekarang. Menumpahkan semua perasaan tidak nyamanku pada dokter Meyer. Aku mengatakan aku menyesal kembali ke Indonesia.Dokter Meyer membiarkanku mengeluarkan semua ganjalan di hatiku. Dia membiarkanku menangis meraung-raung. Membiarkanku marah-marah dan berteriak dengan kencang.
“ Keluarkan-keluarkan semua perasaanmu. Ini kali pertama kamu pulang ke titik asal traumamu bermula. Pasti kamu akan merasa kesakitan yang amat sangat. Otakmu pasti akan mengeluarkan semua memori tentang itu karena selama ini kamu mencoba menyimpannya dalam-dalam bahkan kamu mencoba menyingkirkannya. Marah! Berteriaklah! Tidak apa-apa. Aku akan mendengarkannya” Kata Dr Meyer dengan sangat lembut.
“ I can’t do it anymore Doctor. I really want to go back now. I can’t handle my feeling now. I feel so lost” Kataku sambil menangis sejadi-jafinya.Air mataku jatuh bagaikan air bah.
“ Sekarang ayo, pikirkan lebih jauh. Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri. Pikirkan klien-klienmu dan orang-orang yang menyayangimu di sini seperti papa dan mama Smith mu. Kamu pulang ke Indonesia dalam rangka apa?”
“ Aku menerima undangan dari kementrian Hukum untuk memberikan symposium tentang kasus hak merek dengan tuntutan terbesar sepanjang sejarah yang aku menangkan antara pemilik hak merek perusahaan Indonesia dengan perusahaan Italia” Kataku pelan.
“ Klienmu yang perusahaan Indonesia ini tentu sangat senang, karena kamu berhasil memenangkan kasus itu. Aku menggangguk pelan. Tapi segera tersadar kalau dokter Meyer tidak mungkin melihat anggukanku jadi aku langsung menjawabnya
“ Iya, setelah bertahun- tahun perjuangan kami. Kali ini , aku berhasil. Perusahaan yang aku wakili sangat gembira ketika tahu kalau aku berhasil memenangkan tuntutan kami dan memenangkan ganti rugi yang sangat besar. Biasanya merek Indonesia pasti akan kalah di pengadilan karena orang selalu beranggapan yang jadi pemegang merek asli adalah perusahaan dari luar negri. Tidak ada yang menyangka kalau merek itu sebenarnya merek asli Indonesia”. Aku menghela nafas lalu melanjutkan keluh kesahku ke dr. Meyer
“Aku sebenarnya sangat senang bisa memenangkan kasus itu tapi aku masih tidak bisa kembali ke Indonesia karena traumaku kehilangan ayah, ibu dan adikku karena kekejaman orang-orang yang membunuh dan memperkosaa mereka. Mengapa segerombolan orang-orang jahat itu, sampai hati menyuruh oknum-oknum bayaran berseragam untuk membunuh ayahku dan memperkosa adik dan ibuku hanya karena persaingan bisnis? Ayahku bisnis dengan jujur dan selalu mentaati peraturan. Mengapa mereka sanggup melakukan hal keji itu?
Mengapa saat aku berlari melapor ke kantor polisi, tidak ada seorangpun polisi yang menanggapiku? Mengapa mereka pikir aku bohong karena aku masih anak-anak? dan ketika aku kembali ke rumah, rumahku sudah dibakar oleh penjahat-penjahat itu. Kemana nurani mereka?? Mengapa semua orang tidak ada yang membantuku saat itu? Mengapa mereka membiarkan aku meraung-raung menangis dan tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa karena menyaksikan semua yang aku sayangi pergi meninggalkanku dengan tragis?
Mengapa mereka membuat hidupku bagai neraka??? Mengapa mereka sampai hati membuatku kehilangan segalanya ??? ” Kataku menjerit histeris tak bisa lagi melanjukan semua ingatan tentang penderitaan yang aku hadapi dulu. Tangisku meledak tanpa bisa kutahan lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala kesakitan dalam hatiku.
Dokter Meyer membiarkanku menjerit meraung-raung. Pasti dia sudah hapal dengan semua yang aku ucapkan itu, setiap aku sampai di titik terendah menghadapi traumaku pasti pertanyaan-pertanyaan itu yang akan ku ulang-ulang. Kenapa? Kenapa? Mengapa? mengapa? Sejuta kenapa dan sejuta mengapa selalu itu yang aku tanyakan berulang kepada dokter Meyer yang tentu saja ,tidak pernah bisa menjawabku.
Dokter Meyer membiarkanku tetap dalam tangisanku.
Aku menarik nafas panjang.
“ Sepertinya harapan dokter supaya aku bisa menghadapi traumaku dengan pulang ke Indonesia. Tidak akan berhasil. Aku semakin terpuruk, bukan semakin sembuh. Semua kejadian itu berputar-putar terus di otakku. Dan sepertinya aku tidak sanggup keluar dari kamar ini besok untuk menghadapi acaranya. Aku akan pulang saja besok, biar aku tidak perlu lagi menghadapi penderitaan ini. ” Kataku setelah berhasil menenangkan diriku.
“ Apakah kamu siap menghadapi kekecewaan clientmu yang tentunya bangga dan sangat berterimakasih kepadamu karena kamu berhasil memenangkan kasus yang demikian besar untuk mereka dan telah memakan begitu banyak waktu untuk perjuangan selama bertahun-tahun. Aku tidak akan memaksamu. Karena bagaimanapun kamu yang menghadapinya sendiri. Kamu yang paling tahu bagaimana perasaanmu, luka hatimu dan traumamu. Sebagai doktermu aku yakin kamu bisa. Mr. Smith akan sangat bangga padamu kalau kamu bisa menghadapi semuanya besok”. Kata dokter Meyer tetap dengan suaranya yang lembut keibuan.
“Jadi menurut dokter, aku harus tetap menghadiri acara itu besok? Aku tidak boleh pulang saja?” Kataku seperti meminta persetujuan pada ibuku.
“ Semua harus kamu yang tentukan sendiri. Karena ini lukamu, tragedimu dan traumamu. Aku sebagai doktermu benar-benar berharap kalau dengan kamu kembali ke Jakarta , proses healingmu akan lebih cepat berhasil. Kamu sekarang ini hanya menyembunyikan traumamu jauh di dasar hatimu karena kamu pergi jauh meninggalkan tempat awal terjadinya trauma. Tapi saat kamu menghadapinya dan melihat apa-apa yang ingin kamu lupakan. Tubuhmu memberontak sampai tidak bisa bernafas, seperti saat kamu melihat orang berseragam kepolisian Indonesia. Itu respon tubuhmu karena selama ini kamu sembunyikan trauma itu. Hadapi dan biasakan. Otakmu akan meresponnya dengan baik . Aku yakin kamu bisa. Karena kamu wanita yang kuat”. Kata dokter Meyer tetap dengan kelembutan yang sama
“ Baiklah dokter. Aku akan memikirkannya malam ini. Aku akan mencari cara untuk menenangkan diriku dan bagaimana menghadapi acara besok. Aku pasti akan memikirkan kepentingan clientku yang tentu saja sangat menantikan aku di Jakarta untuk memberikan penghargaan tertinggi kepada law firm kami. Mereka sudah menggantungkan harapan yang begitu besar kepadaku.dengan mengatur acara di Kementrian Hukum Republik Indonesia. Jangan kasih tahu Papa Smith ya dokter. Aku tidak mau dia khawatir.Di usianya yang sudah 75 tahun ini, aku ingin dia menikmati hari tuanya dengan santai di rumah bersama mama . Kalau dokter telepon dia, bisa-bisa sekarang ini dia langsung cari tiket untuk terbang ke Indonesia”Kataku.
“Iya. Aku mengerti. Kamu sangat beruntung mempunyai ayah sebaik Mister Smith” Kata dokter Meyer.
“ Selamat malam dokter. Terimakasih’ Kataku menutup teleponku.
Aku kembali menghempaskan tubuhku di tempat tidur. Emosi yang naik turun dari pagi membuatku sangat capek. Aku kembali memejamkan mataku dan memutar otakku untuk menemukan cara terbaik agar aku besok bisa dengan tenang menghadiri acara symposium dan penghargaan untuk Law firm Smith & Associates tanpa membuat drama, misalnya aku pingsan atau tubuhku gemetar tak berhenti.
Aku harus kuat dan menemukan cara agar aku bisa aman dan dengan tenang menghadapi semua acara besok, demi Law Firm Smith & Associates kepunyaan papa angkatku. Aku juga ingin membuat orangtuaku itu bangga padaku. Anak angkat mereka yang mereka sayangi dengan sepenuh hati.
Aku menarik nafas panjang dan tiba-tiba handphoneku berdering. Tertera di layarnya +6281XXXX, +62 adalah nomor dari Indonesia. Siapa yang meneleponku? Apakah perempuan berambut pendek dari Kementrian Hukum Indonesia yang tadi menjemputku? Nomor ini tidak ada di save kontakku berarti bukan nomor wanita itu, karena tadi aku sudah menyimpan nomornya di kontak handphoneku. Ini nomor yang tidak ku kenal. Apakah aku harus menjawabnya? Sepertinya telepon ini harus kujawab, takutnya orang dari kementrian lainnya yang meneleponku atau karyawan dari klient Indonesia yang aku wakili dan akupun langsung swept left layar teleponku.
“ Hallo” Sapaku.
“ Hallo, Linda. Aku Lim Han Min yang tadi duduk di sampingmu di pesawat. Maaf aku meneleponmu malam-malam. Apakah kamu sudah tidur?” Tanya suara baritone itu lembut dengan bahasa inggris yang sangat lancar. Dia pasti tahu kalau aku orang Indonesia dari namaku, tapi dia tidak mengajakku berbicara dengan bahasa Indonesia karena tadi aku hanya menggeleng saja ketika dia bertanya apakah aku orang Indonesia. Jadi aku tetap akan menjawabnya dengan bahasa Inggris.
“ Oh ya. Mister Lim. Apa yang bisa kubantu? ” Tanyaku , teringat dengan laki-laki bermata teduh dan wajah di hiasi lesung pipi yang tadi menolongku di pesawat untuk bertukar tempat duduk dan menolongku kembali saat aku pingsan di bandara. Dia pasti mengetahui nomor teleponku karena tadi kami saling bertukar kartu nama.
“ Kamu besok ada acara di kementrian hukum ya? Aku juga ditugasi untuk menghadiri acara tersebut oleh atasanku sebagai perwakilan dari Kepolisian Republik Indonesia. Tadi di susunan acaranya aku melihat namamu. Makanya aku telepon untuk menanyakan sesuatu. Maaf kalau aku lancang. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Karena kamu terlihat tidak nyaman bertemu seseorang yang memakai seragam lengkap kepolisian seperti ajudanku tadi. Kalau kamu tidak nyaman, besok aku tidak akan memakai seragamku. Aku akan menukarnya dengan jas dan hanya menyematkan lambang polri di dadaku”. Katanya to the point .
Mengapa Lim Han Min sangat baik? Pasti instingnya sebagai seorang polisi yang membuat dia tahu kondisiku, dan dia begitu baik meneleponku untuk mengatakan kalau dia bersedia tidak memakai seragamnya besok. Laki-laki yang sangat penuh pengertian.
“ Hello. Are you still there?” Katanya memecah kesunyian karena aku tidak menjawabnya setelah sekian lama.
“ Yes! I hear you”. Kataku dan mengatur nafasku. Sepertinya kalau aku mau baik-baik saja besok dan tidak ada drama yang terjadi. Aku harus menerima bantuan darinya, keliatannya dia orang yang baik . Aku harus mencoba membuka diriku untuk tidak ketakutan pada laki-laki yang belum aku kenal. Bagaimanapun acara besok itu sangat penting dan harus aku selesaikan dengan baik untuk nama baik law firm ku dan untuk diriku sendiri. Mungkin ini satu-satunya cara yang harus aku lakukan yaitu dengan meminta pertolongan dari Lim Han Min.
“ Hello. Apakah kamu serius dengan tawaran mu untuk tidak memakai seragam pada acara besok?”
“Iya. Aku serius. Aku tidak ingin melihatmu pingsan lagi” Katanya santai.
“ Tidak apa-apakah kamu tidak memakai seragam besok? Kamu kan mewakili kepolisian” Kataku.
“ Tidak apa. Aku boleh tidak memakai seragam, hanya menyematkan lambang polri saja” Katanya.
“ Baiklah, terimakasih sekali atas pengertianmu. Aku sudah takut besok aku akan jadi bahan tontonan kalau gemetaran dan pingsan lagi” Kataku jujur lalu ntah apa yang merasuki otakku ketika aku berkata kepadanya.
“ Apakah kamu keberatan untuk sarapan bersamaku di hotel sebelum berangkat. Biar kita bisa berangkat bareng saja ke tempat acara” Dan akupun terkejut tapi kata-kata itu sudah terucap dan tak bisa lagi kutarik kembali. Aku menunggu jawabannya dengan hati berdebar. Apakah dia akan menerimanya?
“ Ok. Aku akan ke hotelmu jam 8 pagi untuk menemanimu sarapan. Kamu tinggal di hotel apa?” Tanyanya ringan.
“ Borobudur” Jawabku Singkat.
“ Wah! Kamu melafalkan Borobudur dengan baik seperti orang Indonesia asli. Biasanya orang Australia sangat susah melafalkan huruf R” Katanya dengan pancingan ala polisi berpengalaman dan aku terperangkap pancingannya dan harus mengatakan yang sebenarnya karena aku sudah menawarinya sarapan bareng dan aku berterimakasih untuk pertolongannya. Setelah menghela nafas aku menjawabnya dengan bahasa Indonesia
“ Aku lahir dan tinggal di Indonesia sampai usiaku 17 tahun baru pindah ke Australia. Jadi, aku masih sangat fasih berbicara bahasa Indonesia”
“ Sudah kuduga” Balasnya juga dengan bahasa Indonesia.
“ Baiklah selamat malam Linda. Good night and sweet dream. Sampai jumpa besok jam 8 pagi” Katanya
“ Good night Mr. Lim and Thank you “ Kataku menutup pembicaraan.
Aku menjadi tenang sekarang ini. Hatiku tidak lagi berdebar. Aku seperti menemukan kekuatanku untuk menghadapi acara besok dan itu berkat telepon dari Lim Han Min. Seorang pria yang baik yang bersedia membantuku.