Dunia Lain

2013 Words
Han Min menyandarkan kepala Linda di bahunya. Deru nafas Linda tampak tidak teratur. Han Min mengeluarkan minyak angin dari kantong celananya. Lalu mengoleskannya pada dahi Linda. Supir Han Min bertanya “ Kita kembali ke hotel Borobudur atau ke mana Pak?” Han Min berpikir, tidak mungkin dia menurunkan Linda di hotel dalam keadaan pingsan seperti ini. Itu berarti Han Min harus memopongnya sampai ke kamarnya dan itu akan tidak elok terlihat. Han Min lalu mengambil keputusan. “ Kita kembali ke rumah saja Pak. Biar Ibu Linda bisa beristirahat dulu. Setelah beliau sadar, baru kita antar kembali ke hotelnya untuk mengambil barang dan check out. Pesawat Bu Linda menuju Sydney jam 12 malam, jadi masih cukup lama untuk membiarkannya beristirahat dulu” Kata Han Min. “ Baik Pak !” Mobil memasuki pekarangan rumah Han Min yang sangat luas. Rumah Han Min terletak di Kawasan elite Ancol Timur, tepatnya di Jalan Pasir Putih. Seluruh rumah di cluster perumahan ini berhalaman luas lengkap dengan kolam renang yang menghadap langsung ke laut. Han Min, mamanya dan Dimei anaknya baru pindah ke rumah mewah ini tiga tahun lalu dari rumah lama peninggalan papanya di Kawasan Tanjung Duren Barat. Seorang satpam membuka pintu dan memberi hormat. Han Min turun dari mobil dan memopong tubuh Linda yang masih tetap pingsan . Mama Han Min yang sedang duduk mengupas bawang di meja makan, terkejut ketika melihat Han Min masuk dengan memopong tubuh seorang wanita yang pingsan. “ Apa yang terjadi, Min? Siapa wanita ini? Kenapa dia pingsan?” Tanya mamanya sambil bergegas membuka pintu kamar tamu yang terletak di depan ruang keluarga. Han Min hanya menggeleng-gelengkan kepalanya untuk memberi kode supaya mamanya jangan bersuara. Mamanya Han Min lalu membantu Han Min membuka sepatu Bally Linda dan mengatur bantalnya, agar Linda bisa tidur dengan nyaman. Mama Han Min melihat wajah wanita ini dengan seksama. Wanita ini sangat cantik tapi dalam tidurnya saja Mama Han Min bisa melihat ada banyak penderitaan dalam wajah wanita ini. Sudut-sudut matanya tampak berair dan mama Han Min terharu ketika melihat anak cowoknya menghapus air yang mengalir dari sudut mata itu dengan lembut. Sudah lama mama Han Min tidak melihat sorot mata penuh kelembutan di anak lelaki satu-satunya. Sorot mata penuh kelembutan Han Min telah dikubur bersama almarhum istrinya Lie Phin yang meninggal satu bulan setelah melahirkan Dimei, cucu satu-satunya. Sudah lama mamanya Han Min tidak melihat sinar mata penuh kekhawatiran dari anaknya terhadap seorang wanita selain kekhawatiran bagi dirinya sebagai seorang ibu dan kekhawatiran untuk Dimei cucunya. Han Min tidak pernah menunjukkan ketertarikan kepada seorang wanita padahal dia sudah hampir dua puluh tahun hidup menduda. Setiap ditanya kenapa tidak menikah kembali , pasti. Han Min akan menjawab, belum ketemu yang pas di hati. Tapi melihat perlakuan Han Min kepada wanita yang sedang pingsan ini, setitik harapan muncul di hati mama Han Min. Dalam hati ia berdoa,semoga di usianya yang ke 70 tahun depan, dia bisa melihat Han Min menikah dan mengakhiri kesendiriannya. Han Min mengambil bangku dan duduk di samping tempat tidur memandangi wajah Linda yang tetap menutup matanya,nafasnya sudah semakin teratur, tanda emosinya sudah lebih stabil. Han Min kembali mengeluarkan minyak anginnya dan mengoleskannya di kening Linda dengan penuh kelembutan.Mama Han Min yang berdiri di pintu melihat anaknya dengan secerah harapan besar, pasti anaknya lagi jatuh cinta. Cara dia memperlakukan wanita ini sama dengan saat dia memperlakukan Lie Phin istrinya dulu. Begitu penuh cinta dan begitu lembut. Linda sudah tersadar dan membuka matanya pelan, dia terkejut melihat Han Min yang duduk di sampingnya dan sedang mengoleskan minyak angin ke keningnya.Mata Linda menatap Han Min dengan tatapan kosong. Dia tidak berbicara sedikitpun , dia hanya menatap Han Min seperti orang linglung. “ Kamu baik kah Bu Linda? Sekarang ini kita ada di rumah ku. Karena aku tidak mungkin memopongmu turun dalam keadaan pingsan dan masuk ke hotel.Jadi aku memutuskan untuk membawamu pulang ke rumahku sampai kamu pulih”. Kata Han Min menjelaskan. Han Min hanya melihat tatapan kosong melompong di mata Linda. Han Min sangat khawatir, Apakah trauma Linda sedemikian dalam dan membuatnya langsung menutup diri dari dunia luar tanpa mau berbicara dan hanya menatap Han Min ibarat tak berjiwa. “ Linda.. Kamu baik-baik saja kah? Apa yang kamu rasakan? Ayo ungkapkan saja! Jangan dipendam, Kamu hanya akan kesakitan , otakmu sudah tidak bisa menyembunyikan semua lukamu itu.” Kata Han Min dengan ilmu psikologinya. Han Min tahu kemampuan otak Linda pasti telah menolak saat Linda ingin menekan lagi memori terkelamnya dalam-dalam. Linda lalu menangis tersedu-sedu sampai dia merasa sesak dan nafasnya berhenti. Linda sampai memegang da-danya karena sakit yang dirasakannya. Jiwa raganya terasa melayang dan dia tidak bisa merasakan apa-apa selain kesakitan di dadanya. Han Min menatapnya dengan rasa sakit yang sama. Han Min sangat ingin memeluk Linda, untuk memberikannya kekuatan, tapi tidak berani dia lakukan karena Han Min tidak ingin membuat Linda semakin tidak nyaman mengingat rasa trauma mendalamnya. Linda masih menangis tersedu-sedu lalu suaranya lirih terdengar “Mengapa mereka sanggup melakukan kekejaman seperti itu? Mengapa mereka tidak ada yang menolongku saat aku meraung menjerit minta tolong? Mengapa para polisi itu tidak percaya padaku bahwa keluargaku…. Keluargku telah dibunuh dengan keji. Mengapa para aparat berseragam itu membunuh dan memperkosa adik dan ibuku, menyiksa ayahku dan membakar rumah kami? Kenapa mereka tidak langsung datang memberikan pertolongan ketika aku melapor? Kalau mereka percaya padaku, tentu papa, mama dan adikku masih hidup. Aku sungguh tidak bisa melupakan kejadian itu. Kejadian itu terus berputar-putar di kepalaku. Aku ingin ikut mati saja bersama mama , papa dan adikku. Aku tidak mau hidup lagi! Tolong aku.. Tolong Aku.. Bantu aku !” Raung Linda sampai suaranya tidak lagi terdengar dan dia kembali pingsan. “ Ya Tuhan ,Han Min. Apa yang terjadi dengan temanmu ini? Apa yang menyebabkan dia begitu terluka?” Tanya mama Han Min, sambil menghapus air matanya, Mamanya ikutan sedih melihat penderitaan Linda. Han Min hanya menaruh tangannya ke bibirnya dan memberi kode akan menjawabnya di luar ruangan. Mama Han Min mengangguk mengerti. Han Min memeriksa nadi Linda dan sepertinya dia mulai tenang, sekarang Linda masuk fase bertanya dan penyangkalan. Itu biasa pada orang-orang yang mengalami trauma. Han Min akan membiarkan Linda tidur sebentar untuk menenangkan dirinya. Han Min menggambil tas tangan Hermes Linda dan membukanya untuk memeriksa apakah ada obat yang bisa membuat Linda tenang. Han Min yakin,pasti Linda memiliki psikiater di Australia , melihat gejala traumanya yang sampai bisa membuat Linda pingsan berulang. Dan ternyata dugaan Han Min benar, di tas tangan Hermes Linda ada dua botol obat yang Han Min tau adalah obat penenang dan anti depresi. Han Min mengeluarkan kedua botol obat itu dan menaruhnya di nakas samping tempat tidur lalu keluar dari ruangan untuk mengambil segelas air. Agar saat Linda bangun nanti dia bisa langsung mengkonsumsi obat tersebut untuk membuatnya lebih tenang. Mama Han Min masih duduk diam di meja makan dengan perasaan yang sedih. Kasihan sekali wanita itu, mama Han Min bisa melihat kesakitan yang dalam pada diri wanita tersebut. “Ma.. Itu teman saya, pengacara dari Sydney. Saya juga belum tahu pasti, mengapa dia bisa begitu menderita. Tapi yang saya kira-kira dari semua kejadian, saat aku bertemu dengannya pertama kali, Dia itu mungkin satu-satunya saksi yang menyaksikan keluarganya dibunuh dengan kejam yang saya juga tidak tahu oleh siapa dan mengapa” Kata Han Min sambil menuang segelas air. “ Ya Tuhan. Sungguh kasihan dia.. Berarti saat itu dia masih muda sekali saat kejadian itu. Mama liat, wanita ini umurnya sekitar 30 an. Mungkin saat kejadian dia baru umur belasan. Pasti dia trauma kalau dia menyaksikan secara langsung bagaimana orangtua dan adiknya dibunuh seperti katanya tadi” Kata mama kembali mengeluarkan aira mata. “Iya Ma, Moga-moga dia bisa segera tenang, soalnya penerbangannya untuk kembali ke Sydney malam ini jam 12 tengah malam nanti. Kalau dia tidak tenang, dan histeris seperti tadi , pasti pihak airlines tidak akan mengijinkannya terbang” Kata Han Min . “ Kamu mau kasih dia obat. Min?” Tanya mama “ Iya, ada obat di tasnya. Semoga setelah minum obat dia bisa tenang agar jadwal terbangnya tidak terganggu” Kata Han Min. Han Min kembali berjalan masuk ke kamar tamu. Di kamar, Han Min melihat Linda sudah membuka matanya, dan tetap menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong tak berjiwa. Linda juga tidak memalingkan wajahnya ketika melihat Han Min masuk. Pandangannya tetap saja di langit-langit kamar. Ini proses Linda memproteksi dirinya, dia membuat lingkaran besar seperti bubble untuk melindungi dirinya dari semua kejadian luar, agar dia tidak merasa sakit. Begitu ilmu yang Han Min pelajari saat kuliah Psikologi. Han Min memutuskan untuk membiarkan Linda melalui fase itu. Linda tidak menatap Han Min yang kembali duduk di sampingnya sedikitpun. Pandangannya tetap lurus memandang langit-langit kamar. Dering telephone dalam tas Linda berbunyi. Tapi Linda seakan tidak mendengar. Han Min memutuskan untuk mengambil handphone Linda dari dalam tas dan menyodorkannya ke Linda. Tapi Linda sama sekali tidak bergeming. Dia seakan berada di dunia yang lain. Terbaca di layar handphone nama si penelepon Dr. Meyer. Itu pasti Psikiaternya Linda. Han Min memutuskan untuk menjawab telepon tersebut “ Hello’ Sapa Han Min ‘Hello, is this Linda’s phone ? ” Tanya suara di seberang yang pasti keheranan karena yang menjawab telepon adalah suara laki-laki. “ Yes, this is her phone. But I think she cannot answer the phone. Are you her doctor? I am Han Min, her friends” Kata Han Min memperkenalkan diri. “ Ok . Bagaimana kamu bisa bertemu Linda? Setau saya dia tidak mempunyai teman lagi di Indonesia” Tanya sang dokter curiga. Menurut Han Min sang dokter pantas curiga karena tiba-tiba saja , handphone Linda diangkat oleh seorang pria yang mengaku sebagai temannya. Lalu Han Min bercerita tentang pertemuan mereka di pesawat dan Linda kalut karena melihat ajudannya yang memakai seragam lengkap kepolisian. “ Oh kamu adalah lelaki yang bersedia pindah duduk dengan Linda di pesawat agar dia tidak duduk sebangku dengan orang berseragam itu.Linda ada menceritakan kepada saya saat dia konsul kemarin. Apakah Linda baik-baik saja? Saya menelepon untuk menanyakan hal ini” Kata dokter Meyer. “ Linda tidak baik-baik saja dokter” Jawab Han Min lalu menceritakan seluruh kejadian dan melaporkan keadaan Linda sekarang yang sedap memasuki fase proteksi diri . “ Apakah anda seorang dokter?Mengapa anda tahu fase-fase dalam psikologi? ” Tanya dokter Meyer pada Han Min ‘Saya lulusan psikologi. Jadi saya sedikit tahu tentang healing dari orang yang memiliki trauma berat seperti Ibu Linda” Jawab Han Min. “ Iya, dan biasanya ibu Linda memerlukan waktu seminggu dengan berdiam diri dan menarik diri dari dunia di sekelilingnya . Dia akan diam saja tanpa bicara sambil menatap dinding. Hanya bangun untuk makan, minum dan buang air, setelah itu dia akan kembali diam tanpa suara meskipun ada gangguan sedahsyat apapun tidak akan mempengaruhinya. Hal Ini sudah dia alami saat dia melihat sesuatu yang membuatnya trauma di Belanda. Terpaksa papanya Mister Smith yang membawa dia kembali dari Den Haag ke Australia. Karena tidak ada siapapun di Den Haag yang bisa merawatnya”. “ Apakah saya perlu menelepon Tuan Smith untuk mengabarkan hal ini?” Tanya Han Min “ Iya saya saja yang akan mengabarkan kepada beliau, nanti biar beliau yang menelepon anda kembali di nomor Linda, agar bisa diambil keputusan bagaimana membawa Linda kembali ke Australia dalam kondisinya ini, padahal Linda sudah menyuruh saya untuk tidak melaporkannya pada papanya. Saat itu, saya tidak pernah berpikiran bahwa dia akan kembali ke titik terendahnya. Saya pikir dia pasti bisa menghadapinya dan kuat kembali ke Sydney sesuai jadwalnya jam 12 malam ini. Tapi kalau melihat keadaannya sekarang. Saya tidak yakin airlines akan mengijinkannya terbang sendirian. Dia butuh pendamping. Makanya saya akan melaporkan dulu ke Mister Smith. Harap anda menunggu telepon dari beliau” Kata dokter Meyer dan langsung mengucapkan salam untuk menutup pembicaraannya dan Han Min. Han Min lalu memutuskan untuk kembali duduk sambil menunggu telepon dari Tuan Smith. Han Min duduk dan memandang wajah Linda yang masih saja menatap langit -langit kamar dan tak peduli meskipun Han Min berbicara keras dengan dokter Meyer. Linda benar-benar seperti berada di dunia lain. Dunia yang dibuatnya sendiri yang hanya berisi dirinya sendiri untuk melindungi dirinya agar tidak lagi merasakan penderitaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD