Bagian 6

1063 Words
Seorang perempuan penggoda gundik suamiku itu datang memperkenalkan dirinya padaku dengan angkuhnya. Dialah ibu kandung dari Rianti dan suamiku Santon ayah kandung dari Rianti. Aku terkejut, sangat terkejut hingga tak tau harus berkata apa lagi.... **** Saat perempuan itu memperkenalkan dirinya, aku tak langsung percaya padanya. "Tidak mungkin suamiku tega mengkhianatiku aku tidak percaya padamu. aku tidak mengenalmu. Pergi dari rumahku, jangan ganggu rumah tangga kami" kataku dengan tenang. Dia tertawa melangkah masuk, seolah olah barusan aku sedang membuat lelucon yang sangat menggelitik baginya. "Sepercaya itukah kamu pada suamimu itu? jelas jelas suamimu itu menghianatimu dalam tujuh tahun belakangan ini." "Dia hanya membutuhkan tenagamu untuk melayaninya dan mengurus anak anaknya, tapi tidak untuk diranjang. Karena saat dia menginginkan kehangatan diatas ranjang maka dia akan datang padaku." ucapnya lagi. "Terserah kamu mau berkata apa, aku tidak akan langsung mempercayaimu. Pergi dari rumahku. Aku tidak ingin melihatmu lagi disini" Lagi, dia tertawa terbahak mendengar kata kataku, sekaligus membuat darahku semakin mendidih melihatnya "Lucu sekali kamu Stella, aku baru tau ternyata selain lugu kau juga wanita yang sangat bodoh" "Apa selama ini kau tidak menaruh curiga pada suamimu itu,, dia sering pulang malam alasannya karena lembur, sering keluar kota sampai berminggu Minggu alasan ada pekerjaan hahaha.." Lagi lagi dia tertawa membuatku sangat muak "Apa kau ingin tau kebenarannya Stella ? baiklah, akan kuberi tau, sebenarnya saat dia mengatakan tak bisa bersamamu karena ada pekerjaan, itu artinya dia sedang bersamaku. Apa kau ingin mendengarnya langsung dari suamimu ? baiklah" Dia mengeluarkan ponselnya dari tas kecil yang ditenteng sejak tadi. "Diamlah dan dengar bagaimana dia berbicara begitu manja kepadaku" Sepertinya dia tengah menelpon mas Santon, dan benar saja hanya beberapa detik saja panggilan terhubung, sudah terdengar jelas suara suamiku itu di seberang sana. "Yaa sayang ada apa, tumben kamu nelpon jam segini. tidak jadi belanjakah" "Kayaknya gak jadi deh mas, aku malas kalo harus keliling mall sendirian, maunya ditemanin sama kamu" "Ihh, manjanya ini loh yang bikin mas makin kangen, hehe" Nyesss,,, seperti ada yang meremas d**a ini, sakittt..... !!! tak terasa air mata ini jatuh bercucuran. Semuanya benar, suami yang aku cintai, aku hormati ternyata menghianatiku tanpa rasa kasihan. "Sayang,, kalau kangen datang dong temui aku kerumah. Aku juga udah kangen sekali" "Iya sayang iya, tapi aku harus ijin dulu nanti malam sama Stella, mudah mudahan dia tak curiga kalo aku tidak pulang malam ini" Tak tahan lagi mendengar semuanya, aku langsung merampas ponsel perempuan jalang didepanku ini. "Tidak perlu ijin lagi mas, aku mengikhlaskanmu untuk tidak usah kembali lagi kerumah ini" ucapku Yang diseberang telepon terdengar panik "Halo.. halo... apa ini kamu Sella ? halo Sella, kamu masih mendengarkan ? Dia terdengar sibuk memanggil namaku diseberang telepon. PraAAnghh..... Aku membanting ponsel itu ke dinding rumah dengan sekuat tenaga. Seketika ponsel mahal itu berubah jadi rongsokan. "Apa yang kamu lakukan, ponselku..." Perempuan itu memunguti serpihan ponselnya dilantai "Berani sekali kamu !!! apa kamu tau berapa harga ponsel ini, haa !!!" Bentaknya padaku. "Aku tidak tau seberapa mahal ponselmu itu, yang aku tau benda itu tidak halal. Bukankah kau membelinya memakai uang hasil dari kau menjual diri pada suamiku " "Kurang ajar sekali kamu, kau berani menghinaku perempuan bodoh" Seketika dia berlari menghampiriku, mendorongku Kedinding hingga kepalaku terbentur, lagi karena kejadiannya begitu cepat, aku belum siap mengelak. Dia menamparku berkali kali Plaakk... plakkk.... pipi ini terasa panas. "Jangan pernah berani merendahkan ku, kau belum tau berhadapan dengan siapa saat ini" ancamnya. Tapi anehnya, ancaman itu sama sekali tidak membuatku merasa takut, aku hanya senyum mengejek padanya, yang membuat dia terlihat semakin murka. Saat dia mencoba menamparku lagi, dengan cepat kuarahkan lututku kearah perutnya, sangat kuat hingga dia terlihat membungkukkan badannya dan mundur beberapa langkah. Kesempatan baik itu tidak langsung kusia siakan. Bugh.. bugh.. bugh... Hentakan tangan sekuat tenaga melayang kepipi mulusnya, bukan tamparan yang kulayangkan, melainkan tumbukan. Aku melihat ada darah segar keluar dari hidungnya, mungkin pukulanku tadi mengenai tulang hidungnya aku tidak tau, dan itu membuatku sedikit puas. Dengan cepat kuseret dia dengan menarik rambutnya kearah pintu depan. Saat kurasa dia masih berusaha melawanku, langsung kuhempaskan lagi dia ke lantai sampai terdengar suara dentuman kuat, iya kepalanya mengenai pintu. Langsung kurindih tubuhnya sambil menjambak rambutnya. Dia terlihat menangis dan meringis, tangannya masih terlihat meraih tubuhku untuk ditarik tapi tentu saja tidak bisa, karena sekarang aku yang mengendalikannya. Kutekan kedua pipinya menggunakan tangan kananku, dengan lantang aku berkata dekat didepan wajahnya "Dengar perempuan murahan,, kau yang tidak sebanding denganku. Jadi jangan pernah berani bermain main denganku. Jangan kau berani mengusikku. tadi kau bilang apa padaku ? aku perempuan bodoh ??? hahaha... " Wajahnya makin terlihat takut "Yaa, aku memang bodoh karena sudah terlalu percaya pada lelaki s****h itu. Aku terlalu yakin bahwa batu kali bisa berubah jadi batu berlian, tapi faktanya itu tidak akan pernah terjadi bukan ?" Saat adegan itu,, mobil mas Santon memasuki pekarangan rumah kami. Mungkin karena kejadian ditelfon tadi jadi dia pulang mendadak. Dia berlari ke arahku berusaha menarikku dari tubuh gundiknya itu. "Apa yang kau lakukan, kau sudah gila Stella, dia bisa saja meninggal sesak nafas kau buat" Dia terlihat begitu menghawatirkan simpanannya itu, aku tersenyum miris. Hatiku seperti tersayat sayat. Bahkan dia tidak menghawatirkan keadaanku sama sekali. Aku berdiri, memerhatikan suamiku yang terlihat sangat mengasihani perempuan s****n itu. "Tunggu mas ambilkan obat, kau terluka Alina" suamiku lari kedalam. Dia kembali membawa kotak obat untuk membersihkan luka perempuan selingkuhannya itu. Aku tertawa miris... "Penggoda memang selalu cocok dengan penghianat." kataku. Mereka berdua menatapku tidak suka, aku tidak perduli. Tak mau berlama lama menyaksikan tontonan yang tidak berfaidah ini, aku memilih untuk masuk, menenangkan diri di sofa depan tv. Aku sempat mendengar wanita itu menangis, sepertinya dia sedang mengadukan kejadian tadi pada lelakinya. Beberapa menit kemudian, mas Santon juga perempuan itu masuk mendekatiku. mempersilahkan wanita itu duduk di hadapanku, sedangkan dia melanjutkan langkahnya kebelakang. Sepertinya mau menyimpan kotak obat yang dipakainya tadi. Aku mendengar suara anakku memanggil manggil dari pintu depan, tak kusahut. Aku mesih sangat terguncang dengan kejadian ini. Saat Suamiku kembali dari belakang tiba tiba saja dia menyerang ku Plaakk... plakkk.... Panas, perih bercampur di pipi ini. Tapi lebih sakit lagi rasanya melihat putriku Karina yang menjerit ketakutan melihat perbuatan ayahnya. Dia menangis dipelukan ku, dia terlihat kecewa pada ayahnya. Aku tidak bisa berkata apalagi, hatiku sakit menyaksikan ini. Aku sangat terluka melihat anakku menangis kebingungan. Aku melihat siperempuan penggoda itu tersenyum merendahkan aku dan putriku. Akan kubalas kau perempuan murahan, batinku
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD