Bagian 5

878 Words
"Ohh,, selamat malam bu. Kami dari bank datang untuk menyita rumah ini.Karena rumah ini sudah digadaikan ke bank. Dan cicilan bulanannya tidak dibayar bayar. Sudah lama menunggak Bu. Pria yang mengaku pegawai bank tersebut menjelaskan. "APA..?!" Ibu terlihat sangat syok, ya Tuhan. Ada apa lagi ini.... **** "Silahkan masuk dulu pak" ibu mempersilahkan mereka masuk keruang tamu. "Karina, masuk ke kamar dulu sayang. nanti waktunya makan ibu panggil lagi" aku hanya bisa menurut dan melangkah ke dalam kamar. sekitar 1 jam berlalu, ibu mengetuk pintu kamarku. Tok tok tok "Boleh ibu masuk ?" Aku menatap ibuku, wajahnya terlihat risau lagi. Padahal tadi saat didapur bersamaku dia sudah terlihat biasa saja. Tidak sesedih ini. "Apakah mereka sudah pergi ibu?" tanyaku. "Sudah nak. Hmmm..." "Ada apa Bu, ibu ingin mengatakan sesuatu padaku ? "Sayang, kita harus pergi dari rumah ini" "Kemana Bu, apa kita akan liburan ? kemana Bu." sambutku antusias. "Tidak nak, bukan untuk liburan. Tapi kita akan pergi selamanya dari rumah ini. Kita tida bisa lagi tinggal disini. Satu Minggu dari hari ini kita sudah harus mengosongkan rumah ini" Aku terkejut mendengar ucapan ibuku, banyak pertanyaan yang menumpuk dalam kepalaku. "kenapa Bu. Lalu kita akan tinggal dimana ?" "Belum ibu tau. Tapi jangan risau kan itu. Ibu kan urus semuanya tenang saja nak. "Tapi Bu...." "Sudahlah nak. Jangan pikirkan apa apa. Ibu pasti dapat jalan keluarnya. Sudah, ayo kita makan dulu. Tadi kita sudah masak enak. Karin harus makan banyak yok, biar cepat tumbuh dan semakin pintar" bujuknya mengalihkan perhatianku. "Iya deh.. ayo, ibu juga harus makan banyak biar ibu sehat terus. Biar selalu bisa jaga Karin. hehe.." "Iya dong. Ibu akan selalu sehat dan panjang umur demi Karina anak mama. mmuach.." kecupannya mendarat di pipiku. "Amiinnnm..." balasku Aku menggandeng tangannya berjalan kemeja makan. Aku berjanji sejak saat itu, kelak saat aku sudah dewasa aku akan selalu mbahagiakan ibuku, tak akan kubiarkan siapapun menyakitinya lagi. Mulai hari ini aku akan selalu belajar lebih giat lagi, agar kelak aku jadi anak yang paling pintar, dan bisa dapat kerja yang bagus supaya bisa membahagiakan ibuku. Amiiinnn... **** POV Stella Pagi itu saat aku tengah sendiri dirumah, ada panggilan dari luar. Ketukan pintu dan suara panggilannya yang lantang memaksaku meninggalkan ruang tv dan menghampiri sitamu yang tidak ku undang itu. "PERMISI.... HELLOW.... ada orang dirumah tidak" aku bergegas ke pintu depan melihat siapa gerangan yang datang ini. Sedangkan anak anakku sejak tadi asik bermain di taman belakang. Mereka Karina dan Rianti memang sering menghabiskan waktu ditaman belakang. Kedua putriku itu sama sepertiku. suka mengejar kupu kupu. Meskipun sebenarnya Hanya Karina putri kandungku, tapi aku tidak pernah membedakan perlakuan pada Rianti. Aku tetap mencintainya sejak suamiku membawa dia kerumah ini sekitar tujuh tahun yang lalu. Suamiku Santon menemukan bayi malang itu ditepi jalan saat dia hendak pulang kerumah dari kantornya. Karena merasa iba dia membawa bayi itu kerumah ini. Aku langsung menerima bayi itu dan memeluknya hangat. Aku sangat bahagia memilikinya, menjadi ibu dari dua orang anak. Begitupun dengan Karina, dia terlihat sangat bahagia mempunyai adik. Dia sama sekali tidak terlihat cemburu saat aku menggendong bayi itu. Mas Santon bilang dia ingin mengantar bayi itu ke panti asuhan, tapi aku langsung menolaknya dengan tegas. Aku bahagia dengan kehadirannya. Aku bahagia memilikinya, mungkin ini jawaban dari semua doa doaku. Aku ingin memiliki anak lagi agar Karina ada teman bermain. Tapi apalah dayaku, dokter telah memvonis bahwa aku tidak akan bisa hamil lagi. Saat Karina umur satu tahun dulu, aku pernah hamil lagi anak keduaku, tapi naas saat itu pagi pagi hendak belanja kepasar aku terserempet angkot, aku terlempar dijalanan padahal saat itu usia kandunganku sudah masuk lima bulan. Alhasil dokter mengangkat jabang bayiku, dan juga memvonis bahwa aku tidak akan bisa hamil lagi karena ada masalah fatal dirahimku. Meski aku tau suamiku sangat menginginkan anak lelaki. Karena sejak dulu sebelum Karina lahir, dia slalu bercerita padaku ingin memiliki anak lelaki yang banyak. Bukan berarti dia tidak menginginkan Karina, dia juga sangat menyayangi Karina meski kutau dia sedikit kecewa saat tau aku mengandung bayi perempuan. Tapi ucapannya saat itu tetap menenangkanku. "Tidak apa apa perempuan. mungkin anak kita yang kedua nanti laki laki" ucapnya kala itu. Aku pernah mempertanyakan ini padanya, bagaimana ini karena aku sudah tidak bisa hamil lagi. Lagi lagi jawabannya bisa menenangkan hatiku, dia tetap bahagia meski kami hanya memiliki Karina. Dengan aku bisa selamat dan bersama dia lagi itu sudah luar biasa ucapnya kala itu. karena itu, saat Mas Santon membawa bayi kecil itu pulang 7 tahun lalu aku sangat bersyukur. Aku memberi dia nama Rianti. Nama yang cantik sesuai dengan rupanya. Aku mang sempat heran pada mas Santon, karena semakin Rianti tumbuh, wajahnya semakin mirip dengannya. terlebih lagi dia tau tanggal lahir Rianti. Aku bertanya, dari mana suamiku bisa tau ulang tahun Rianti. Katanya saat dia menemukan Rianti dulu, didalam boxnya ada surat yang bertuliskan tanggal lahirnya si bayi mungil ini. Aku percaya saja padanya. Hari hari Kami semakin bahagia sejak kehadiran Rianti, suamiku juga terlihat tidak pernah membeda bedakan kedua putrinya. Hingga akhirnya pagi itu, bangkai yang dia tutupi selama 7 tahun ini terkuak sudah. Seorang perempuan penggoda gundik suamiku itu datang memperkenalkan dirinya padaku dengan angkuhnya. Dialah ibu kandung dari Rianti, dan suamiku Santon ayah kandung Rianti. Aku terkejut, sangat terkejut hingga tidak tau harus berkata apalagi..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD