Bagian 7

1206 Words
Aku sangat terluka melihat anakku menangis kebingungan. Aku melihat siperempuan penggoda itu tersenyum merendahkan aku dan putriku. Akan kubalas kau perempuan murahan batinku.... **** Akhirnya sekarang kami hanya tinggal berdua dirumah ini. Hanya ada aku dan putriku Karina. Yaa, aku telah mengusir Mas Santon. Tidak Sudi rasanya tetap serumah dengan seorang penghianat, lagipula bukankah itu yang dia inginkan. Dia yang bilang selalu ingin bersama perempuan binal itu, yaa sudah... kukabulkan saja harapannya. Saat Karina kusuruh untuk istirahat dikamarnya, aku langkahkan kaki ini ke taman belakang. Ingin menenangkan pikiran diantara bunga bunga yang ku urus serta kupu kupu yang terbang disekitarnya. Suasana seperti ini lumayan memberiku ketenangan. Aku menatap kupu kupu yang berterbangan kesana kemari, seandainya cerita hidupku berakhir indah sepertimu. Lahir, bermetaformosis sampai jadi sempurna berwarna warni, ahhh..... Kupejamkan mata ini, teringat semua masa masa bahagia kami sebelum hari ini datang. Teringat Rianti, ahh... sedang apa putri kecilku itu saat ini. Dia anak yang manis, sangat manja padaku, tidak mau makan kalau bukan aku yang menyuapinya. "Apa kau sudah makan nak..." lirihku sendiri. Air mata ini lolos begitu saja dipipiku, aku merindukannya. Tapi seketika juga teringat siapa dia yang sebenarnya,, dia anak dari mereka yang menghianatiku, seketika itu juga rasa rinduku berubah jadi rasa benci. Suamiku dan perempuan binal itu memperlakukan aku seperti orang bodoh, tak ingin kerepotan mengurus bayinya malah menjadikan aku sebagai pengasuh gratisan. Mereka menertawakan ku selama 7 tahun ini. Aku tertawa dalam hati,, yaah aku memang bodoh sekali. Bagaimana bisa aku tidak tau apa apa tentang hal ini, haha... bodo sekali. Terlalu lugu aku berada diantara orang orang jahat itu. Aku tiba tiba tertawa, tiba tiba menangis seperti orang gila. "Buu, ibu menangis lagi ?" Aku menoleh, ternyata Karina putriku sudah ada di sampingku. Buru buru kuhapus air mata ini, aku tak ingin lagi menangisi penghianatan ini. Aku akan bahagia bersama putriku dirumah ini. Aku berani mengusir suamiku karena rumah ini memang milikku. Sebelum aku menikah dulu, aku sudah memiliki rumah ini. Sedari gadis aku berjuang keras untuk jadi wanita sukses, aku membeli rumah ini dulu rencananya akan jadi hadiah untuk kedua orangtuaku. Tapi tidak sampai 1 tahun tinggal disini kedua orangtuaku mengalami musibah, mereka kecelakaan mobil yang menyebabkan mereka meninggal dunia. Yaa, kedua orangtuaku sudah tiada sejak lama. Sebelum menikah, aku adalah seorang wanita karir yang bekerja di kantoran, aku dan suamiku bertemu di tempat kerja dan memutuskan untuk melanjutkan hidup bersama. Saat Karina lahir, aku merasa tidak tega meninggalkan dia pada pengasuh, karena itu aku memilih keluar dari tempatku bekerja. Setelah menikah dengan suamiku, aku mengajaknya tinggal bersama dirumahku ini. Diapun setuju saja, karena dia bilang padaku merasa kurang setuju kalau aku meninggalkan Karina dengan pengasuh saja. Lagian posisi mas Santon juga sudah lumayan baik dikantor saat itu. Jadi gajinya sendiri sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan kami sehari harinya. Didepan Karina aku bersikap seolah olah tidak ada masalah, meski putriku itu sesekali melirikku diam diam, aku langsung menyambutnya dengan senyuman, kuberitau dia bahwa aku baik baik saja. Saat kami berdua tengah asik didapur, ada orang yang mengetuk pintu. Tok tok tok.. "Ehh,, ada tamu sepertinya. Tolong bukakan pintunya ya nak. Ibu siapkan dulu penggorengannya" kataku pada Karina putriku. Dia mengangguk berjalan kearah pintu, sebentar kemudian akupun siap dengan panci penggorengan ku, ku susul Karina ke pintu depan. "Siapa Karin ?" tanyaku pada Karina, si tamu langsung menoleh padaku dan memperkenalkan dirinya. Dia datang untuk menyita rumahku karena sudah digadai ke bank. Aku sangat terkejut mendengarnya, kupersilahkan mereka masuk dulu, agar kami bisa bicara lebih detail lagi. "Jadi Begini Buu, rumah ini akan disita bank, jadi secepatnya ibu harus sudah mengosongkan rumah ini. Paling lambat satu Minggu dari sekarang ibu sudah harus meninggalkan rumah ini." Setiap kata katanya itu sangat susah kucerna, ada apa ini. Aku kebingungan "Maaf pak, seingat saya, saya tidak pernah menggadaikan rumah ini ke bank. bahkan saya tidak pernah melakukan pinjaman uang ke bank. Mungkin bapak bapak sekalian salah orang" "ini bukti buktinya Bu. Bapak Santon suami ibu telah meminjam uang senilai 5 M ke bank dan beberapa bulan terakhir bapak Santon tidak membayar cicilannya Buu." Beliau menyerahkan berkas berkas bukti pinjaman tersebut padaku Aku membacanya dengan teliti, berulang ulang kubolak balik, berharap saya hanya salah lihat. Berkali kali k****a dengan teliti setiap tulisannya, memang betul, rumah ini memang sudah dijadikan jaminan peminjaman uang di bank tersebut. Dan anehnya, ada tanda tanganku juga disana yang seolah olah aku juga sudah setuju mengagunkan rumahku ini. Kupaksa otak ini untuk berpikir keras. Aku tidak pernah tau soal ini. Mas Santon tidak pernah ceritakan hal ini padaku. Lalu uang sebanyak itu dia apakan ? aku lelah bertanya pada diriku sendiri. "Pak, saya tidak pernah menyetujui peminjaman ini, bisakah bapak bapak sekalian meminta bayarannya pada yang bersangkutan saja, bukan pada saya" "Sudah Buu, kami sudah menemui pak Santon beberapa kali, tapi tidak pernah ada tanggapan. Bahkan Bapak bilang kami boleh saja menarik rumah yang sudah diagunkan ini" "Apa !!!" Setega itu dia ternyata "Baiklah pak, beri saya waktu untuk menyelesaikan masalah ini. Saya harus bicara dulu dengan suami saya besok. Karena kebetulan hari ini beliau tidak ada dirumah" tuturku "Baiklah Bu, kami harap dalam dua hari ini ada kabar kepada kami, jika ibu tidak bisa menutupi pembayaran yang menunggak, berarti ibu harus sudah siap pergi dari rumah ini. Kami berharap yang terbaik Bu. Kami pamit dulu Bu, selamat malam" "Baiklah pak, akan kami kabari secepatnya. Trimakasih sebelumnya" Kujabat tangan mereka satu per satu. Sepeninggal mereka, aku mengambil ponsel dan mencari kontak mas Santon, kutelfon, tak ada jawaban. kutelfon berulang ulang, tetap tidak diangkat juga. Aku lelah, semuanya terjadi secara tiba tiba, saat aku berdiri ponsel ditanganku bergetar, ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal [Kalau kamu ingin bicara dengan suamiku, temui kami besok dirumahku] dia menyertakan alamat rumah juga. Mungkin ini rumah tempat tinggal mereka pikirku, [Baik. jam 10 besok] kirim Aku menemui putriku, ini waktunya makan malam. Bagaimana caranya aku menjelaskan semua ini padanya, dia masih anak anak. Aku kekamarnya, kulihat dia pintunya tidak ditutup rapat, Tok tok tok "Boleh ibu masuk ?" tanyaku "Apaka mereka sudah pergi ibu ?" Dia menatapku lama "Sudah nak, hmmm..." aku berpikir, apakah aku memberi taunya saja. Bagaimana jika nanti mas Santon tidak tanggung jawab akan hutang hutangnya yang berarti secara otomatis kami harus angkat kaki dari rumah ini. "Ada apa Buu. Apakah ibu ingin mengatakan sesuatu padaku ?" Aku berpikir sebentar, aku beri tau saja. biar nanti dia tidak terlalu terkejut. "Sayang, kita harus pergi dari rumah ini" "Kemana Buu, apakah kita akan pergi liburan ? kemana ? tanyanya lagi Aku tersenyum, seandainya begitu "Tidak nak, bukan untuk liburan, tapi kita pergi untuk selamanya dari rumah ini. Satu Minggu dari sekarang kita sudah harus mengosongkan rumah ini" Ucapku dengan tenang "Kenapa Bu.. lalu kita akan tinggal dimana ?" "Belum ibu tau, tapi tenang saja jangan khawatirkan apapun, ibu akan mengurus semuanya" "Tapi Buu..." "Sudahlah...." Kupotong ucapanya, kualihkan perhatiannya agar dia tidak terlalu kepikiran. Besok waktunya kerumah Mas Santon, kalau memang dia membayar hutang hutangnya ke bank dan rumah ini tidak jadi disita, aku memang akan tetap membawa Karin pergi jauh dari kota ini. Kalau dia tidak bisa bayar cicilannya juga, biarlah kupasrahkan rumahku, asalkan saat kami resmi bercerai nanti anakku tetap ikut bersamaku,,,, Itu saja pintaku, karena anakku segalanya bagiku melebihi apapun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD