Kamu Masih Bisa Membatalkannya

720 Words
"Sebenarnya saya juga sangat malas melihat orang tua seperti anda. " Naya menatap ke arah Zio dengan kesal nya. " Rasakan kamu terus saja mengejek ku, apa kamu pikir aku tidak bisa mengejek mu. Heheh. " Dalam hati Naya, tanpa ia sadari dia sudah tersenyum senang bisa mengejeknya meski dalam hatinya saja. " Kamu berani mengejek calon suami mu! " Dengan sinis, ada seringai di sudut bibirnya. " Maapkan saya tuan, saya tidak sengaja. " Tersenyum malu. " Sudahlah. Jadi sekarang apa alasannya kamu mau menikah dengan pria tua seperti ku? " Bertanya dengan penuh penekanan. " Bagaimana mungkin saya bisa menolak anda, meski tua anda itu tampan juga. Heheh! " Jawaban yang tidak di sangka oleh Zio, jangankan Zio bahkan Naya sendiri tak menyangka nya dan rasanya ingin memukul mulutnya sendiri. Zio tersenyum. " Sudahlah jangan menjilat. " Geleng-geleng kepala, membuat Naya semakin malu. " Baiklah kita akan segera menikah 2 hari lagi. " Dengan datarnya. " Apa tidak salah? Kenapa cepat sekali? Bukan nya semua harus di urus-urus dulu? " Naya kaget bukan kepalang, tangannya tanpa sadar mencegkram paha Zio dengan sangat keras. " Aww, kau ku! " Zio meringis lalu menepuk pelan tangan Naya yang sedang mencengkram nya dengan kuat. Menyadari kelakuan nya Naya segera minta maaf. " Maap tuan saya hanya kaget, itu saja. " Tersenyum malu, bahkan mukanya sampai memerah. " Semua sudah di urus, lagi pula kita hanya nikah siri. Jadi tidak terlalu banyak yang harus di urus. " Jawab Zio, sambil mengelus pahanya yang terasa sedikit sakit. Melihat Zio yang mengelus paha, Naya semakin merasa bersalah. " Sekali lagi saya minta maap, saya benar - benar tidak sengaja. Beneran deh, sueerrr! " Dengan mengacungkan jarinya membentuk huruf V, dan wajah nya yang memelas. " Tidak apa -apa. " Jawab Zio datar. Zio melihat jam tangannya yang menunjukkan jam 8 malam. " Saya lapar, apa kamu mau menemaniku makan? " Tanya Zio, netra matanya menatap ke arah Naya. " Emm, i iya mau, saya juga lapar. Heheh. " Tertawa kecil, karena malu. " Baiklah, ikuti aku. " Zio melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu, yang di ikuti oleh Naya di belakangnya. Kini mereka sudah duduk di dalam mobil, Zio menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Zio pokus nyetir dengan pandangan yang lurus kedepan, hingga suara Naya yang memecah keheningan. " Maap boleh saya tanya sesuatu? " Naya merasa ragu, jemari tangan nya saling meremas. " Tanyakan saja. " Tanpa mengalihkan pandangannya. " Tadi itu rumah siapa? Kok, kayak nya kosong. " Naya yang penasaran sejak tadi, akhirya buka suara. " Rumah ku, tepat nya nanti setelah kita menikah kita akan tinggal di sana. " Jawab Zio, lalu melirik sekilas ke arah Naya. " Kenapa tidak tinggal dengan orang tua anda saja? " Tanya Naya, karena berpikir orang tua Zio sudah cukup tua, jadi lebih baik tinggal bersamanya. " Ini permintaan dari Alena, aku tidak bisa menolaknya. Lagi pula orang tua ku juga sudah setuju. " Kali ini kepalanya menoleh ke arah Naya. " Oh begitu, emm lalu apakah kita akan tinggal berdua saja? " Malu dengan pertanyaan nya, Naya memalingkan wajahnya ke arah luar sambil menggigit bibir bawah nya. " Tidak, kita akan tinggal ber enam. " Singkat. " Ber enam? Siapa saja? " Heran, siapa saja yang akan tinggal pikir nya. " Aku, Alena, kamu dan 3 orang asisten rumah tangga. " Jawaban zio santai sambil sedikit tersenyum. " Oh iya iya iya. " Mengerti, lalu mendesah. " Aku akan tinggal serumah dengan maduku! " Pekik nya dalam hati. Tak ada lagi pembicaraan antara mereka, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah restoran Jepang. Mereka segera turun dari mobil dan memasuki restoran, lalu memesan makanan dan melahapnya dalam diam. Ada rasa canggung dan cemas di hati Naya, namun Zio terlihat santai dan biasa saja. " Aku benar-benar harus menikah dengan suami orang, oh tidaaak. Lihatlah usia nya bahkan sama dengan om ku. Kenapa aku bisa terjebak dalam pernikahan ini. " Keluh kesah Naya yang hanya bisa dikeluarkan dalam hatinya. Zio melihat ekspresi gusar dari wajah Naya. " Kamu masih bisa membatalkan nya jika mau? " Zio menatap lekat ke arah Naya. " Batal, oh tidak tidak tentu saja tidak usah batal. " Tersenyum manis, berbanding terbalik dengan yang ada di dalam hatinya. " Bagaimana aku bisa membatalkan pernikahan ini tuan, nanti aku di suruh ganti berkali-kali lipat, bukan kah itu sudah dalam perjanjian. Huuuh. " Dalam hati Naya, gelisah. Zio sebenarnya paham dengan situasi yang di hadapi Naya, tapi dia tidak mau ambil pusing. Toh ini bukan urusan nya, pikir Zio. Setelah makan malam Zio mengantarkan Naya pulang sampai ke rumah nya. Karena di rumah sakit ada ibu dan Nayla kakak nya yang menjaga ayah nya. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD