Banyak masalah yang di hadapi Alisa mempengaruhi pekerjaannya.
Ia tidak ingin melakukan hal buruk dalam pekerjaannya maka itu, ia terpaksa beberapa kali izin pulang, lebih awal.
Baik hari itu, setelah mendapat tamparan dari ibu mertuanya, ia masuk ke ruangannya dan ia menangis, walau ia bersikap sangat tegar dan kuat. Namun, ada kalanya ia merasa rapuh dan tidak berdaya sama seperti saat itu.
Ia hanya bekerja setengah hari dan ijin pulang dengan alasan tidak enak badan, bukan badannya yang sakit melainkan hatinya yang terasa sangat sakit. Saat ia ingin pulang entah satu kebetulan atau, ia sengaja menunggu tapi yang pasti lelaki yang saat ini sudah menjadi mantan ya berdiri di sampingnya mengendarai motor yang dulu selalu ia naiki.
“Lisa, kamu mau pulang?”
“Iya Mas.” Alisa hanya bisa menunduk, menahan air mata yang sangat ia tahan, ia tidak ingin menangis ataupun kelihatan sedih di hadapan Dimas.
“Mari aku antar pulang”
“Mas , tolong jangan seperti ini”
“Sah, aku hanya meminta mengantarmu pulang apa masalah?”
“Jelas masalah mas Dimas, aku bukan muhrimmu aku sudah istri orang lain, aku minta maaf, tolong lupakan tentang kita”
“Tapi kamu tidak bahagia Sa, aku tahu itu, kamu menderita di sana.
Kenapa kamu harus melalui semua penderitaan ini Sa, kamu seorang wanita yang baik itu yang membuatku tidak habis pikir”
“Allah tidak akan memberi hambanya cobaan yang tidak bisa di lalui, ini jalan hidup, tapi tolong jangan membuatku menjadi wanita yang tercela, karena masih berhubungan dengan lelaki yang bukan suaminya.
Lelaki yang akan menjaga harga diri wanita yang dicintainya, cinta tidak harus memiliki, kamu tahu akan perasaan itu, aku tidak akan mengungkapkan di sini, tetapi saat ini aku sudah milik orang lain, tolong ikhlaskan walau berat,” ujar Alisa dengan sangat berat.
Walau bagian hatinya menyuruh untuk berlari, dan ingin memeluk Dimas. Namun, ia tahu hal itu salah, maka itu ia melawan keinginan hatinya.
Dimas, diam di hati lelaki itu belum bisa melepaskan Alisa ia tidak rela dan belum ikhlas melepaskannya pada orang lain, apalagi ia tahu itu pada Farel, Lelaki yang egois.
Alisa meninggalkan Dimas yang masih diam dalam motornya, hanya bisa melihat wanita yang begitu ia cintai meninggalkannya dan masuk ke dalam taxi.
“Ya Allah ini sangat berat untukku, hati ini belum ikhlas,’ ujar Dimas berucap pelan, ia mengusap buliran air di sudut matanya
Disaat yang bersamaan Farel saat itu mampir ke rumah sakit di mana Alisa bekerja, ia melihat Alisa yang menolak Dimas, ini bukan yang pertama kalinya ia melihat Dimas mengikuti Alisa, dan bukan pertama kalinya juga ia melihat Alisa menolak Dimas. Namun, hatinya belum sepenuhnya percaya pada Alisa.
Saat ia pulang, Farel ternyata ikut pulang ke rumah, walau Ibu mertuanya menampar nya tadi pagi ia masih memberi salam saat ia pulang.
Saat itu Ibunya sedang duduk di teras rumah.
“Assalamualaikum”
“Assalamualaikum,” jawab Desi yang saat itu menjemur pakai baby kembar.
Ibu mertuanya hanya diam, tatapan matanya sinis menatap Alisa, tetapi kali ini wanita itu tidak mengeluarkan kata yang membuatnya sakit hati seperti kebiasaannya setipa hari, karena Farel sudah memberi peringatan agar Ibunya jangan bersikap kasar lagi pada Alisa.
‘Ada apa dengan Ibu, tumben ia tidak bernyanyi, biasanya ia sudah mengeluarkan kata-kata yang membuat hati sakit’
Alisa masuk ke kamar, melihat kedua baby usia empat bulan ini membuat seketika hatinya senang.
“Kalian berdua itu obat penyemangat Ibu, sayang,” ucap Alisa menggendong Aminah, mendaratkan bibirnya di pipi temben milik bayi perempuan yang berwajah bak boneka hidup itu.
Puas bermain dengan kedua bayi lucu merasa beban di pundaknya hilang. Saat kedua bayi itu tidur pulas, Alisa baru merasakan sepi, dan ia berpikir akan mencari bukti tentang perselingkuhan yang mereka tuduhkan pada Ibu si kembar.
Alisa memulai dari kamar Farel, ia beralasan akan membawa pakaiannya dari sana, dengan tubuh dan tangan gemetaran ia membuka lemari milik kakaknya .
“Tolong berikan aku satu petunjuk Mbak , agar aku bisa membuktikan pada mereka semua kalau mbak itu tidak pernah selingkuh,”
Ucap Alisa di tengah keputus asaan karena ia sudah membongkar semuanya, tetapi tidak menemukan apapun, ia berkutat dengan waktu sebelum Farel pulang dan menemukannya di kamarnya.
Saat ia ingin menghentikan pencariannya, memutuskan ingin keluar dari kamar, tidak sengaja pakaiannya menyangkut ke pintu lemari dan lemari yang terbuat dari kayu itu goyang dan menjatuhkan box kecil dari atas lemari.
Alisa panik dan memungut semuanya, ia berpikir barang-barang milik Farel, tetapi saat ia melihat, ternyata itu barang-barang milik Ratna.
“Oh, iya ampun , ini petunjuk yang aku cari.” Alisa memungut dengan buru-buru dan membawanya ke kamarnya.
Sebelum ia keluar dari kamar Farel, ia memeriksa setiap sudut kamar suaminya memastikan kamar itu tetap rapi.
Alisa membawa box itu ke dalam kamar, ia merasakan kalau kakaknya membantunya menemukan petunjuk yang ia cari, ia juga yakin kalau Ratna selalu diantara anak-anaknya.
“Mbak, juga ingin aku membuktikan kalau mbak itu tidak salah, kan? Bantu aku iya mbak,” ujar Alisa.
Ia mulai membuka box tempat barang-barang pribadi milik Ratna, yang menyita perhatiannya adalah tentang sebuah foto. Foto Ratna dengan seorang lelaki berpakaian jubah dokter.
“Bukannya ini Dr. Faisal? Kenapa mbak menyimpan foto lelaki itu? Apa gosip yang beredar benar adanya? Aduh … kepalaku , langsung sakit kalau begini.
Apa mbak mau mengatakan kalau lelaki itu benar selingkuhan Mbak?”
Alisa memijit-mijit keningnya ternyata dalam box itu barang-barang di masa lalu.
Tetapi saat ia menumpahkan semua isi box yang dibuat dari rotan itu, sebuah buku harian milik Ratna terjatuh, akhirnya ia benar-benar mendapatkan petunjuk yang ia inginkan.
Ratna menuliskan semua dalam buku harian, bagaimana Ibu mertuanya dan kakak iparnya memperlakukannya dengan buruk.
Alisa sampai meremas jari-jarinya saat ia membaca, apa yang dialami Ratna saat ia menjadi menantu di rumah itu.
“Kalian semua orang jahat, kalian semua akan mendapat balasan dari perbuatan kalian,” ujar Alisa memegangi dadanya,
akhirnya ia tahu apa yang dirasakan Ratna selama ini, ia tidak ingin menceritakan pada keluarganya karena Ayah mereka memiliki penyakit jantung.
Ratna takut kalau ia menceritakan pada keluarganya Ayahnya akan sakit.
“Iya ampun Mbak, kasihan sekali hidupmu selama ini, maafkan kami mbak karena kami tidak tahu,” ujar Alisa terisak-isak.
Membaca buku harian Ratna membuat gadis cantik itu semakin membenci keluarga itu termasuk Farel di dalamnya. Ia mulai menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya dengan keluarga itu.
Hari itu dia bertindak, ia memulai dari Dr. Faisal, ia mendatangi rumah sakit di mana lelaki itu bertugas sebagai dokter.
BERSAMBUNG...