6

2000 Words
Pagi hari pun datang, Kiara terbangun sendiri ia mencari handphonenya dan ia mencari tahu jam berapa sekarang, ternyata ini jam setengah enam pagi. Handphonenya memang berbeda dengan handphone yang lainnya karena handphonenya ini istimewa sudah di desain menjadi seperti ini. Jadi handphonenya itu bisa bersuara karena sistemnya sudah diatur seperti itu. Kiara bangun dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sementara itu Agam dan Dilan juga sudah bangun. Dilan meminjam baju Agam karena ia tidak membawa baju seragamnya. Bagaimana ia bisa mbawa baju seragamnya jika tadi malam yang ia bawa hanya jaket dan dompet saja. "Lo mau sarapan nasi atau roti?" tanya Agam kepada Dilan tersebut. Sebenarnya Agam tahu bahwa jawaban Dilan akan bilang terserah dan ikut pada dirinya. Namun ia tetap bertanya. "Gua terserah aja." jawab Dilan dan Agam mengangguk. Dilan tampak masuk ke dalam kamar terlebih dahulu untuk mandi sementara itu Agam pergi ke bawah untuk mengatakan pada bibi bahwa ia ingin memakan nasi goreng. Bibi pun membuatkan nasi goreng untuknya dan untuk Dilan juga. Agam pun naik ke atas untuk mandi di kamar mandi lainnya, rumah ini memang besar sangat besar tapi sayang yang menempati hanya dirinya saja dengan asisten rumah tangga, sopir dan satpam. Kemana keluarga Agam? Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Makanya setiap ada yang datang ke rumahnya ini Agam akan selalu sangat bahagia dan ia akan melakukan yang terbaik untuk para tamumya meskipun tamunya itu merupakan temannya sendiri yang sudah tahu bagaimana rumah Agam secrara keselurahnya juga itu. Dilan sudah selesai mandi, ia pun sudah siap dengan seragamnya yang meminjam dari Agam. Sampai tas pun ia juga meminjam Agam karwna ia tidak mungkin berangkat ke sekolah tanpa tas, tapi ia juga sangat malas jika harus pulang ke rumah. Ia tak mau mengawali paginya dengan makian. Agam juga sudah menggunakan seragamnya, tadi itu Agam sudah mandi di kamar lain. Kini mereka berdua sudah siap dengan seragam mereka. Mereka pun turun untuk makan bersama. Tampak saat ini mereka sedang menunggu Bibi selesai memasak nasi goreng untuk mereka berdua itu. Sementara itu sekarang ini Randra sama sekali belum bangun. Ia masih tidur seakan-akan hari ini ia libur. Bibi sudah masuk ke dalam kamar Randra yang sangat gelap. Bahkan cahaya pagi hari yang menyinari dunia tidak masuk ke kamar Randra karena kamarnya memang di desain agar tidak ada cahaya yang masuk. Bibi tampak mencoba membangunkan Randra itu. Bibi tidak mau nanti dimarahi Randra karena tidak membangunkan Randra. Meskipun sebenarnya kemungkinan besar jika Randra belum bangun jam segini itu artinya Randra memang tidak akan pergi ke sekolah. Tapi siapa yang tahu jika kebiasaan Randra itu ternyata telah berubah? Tidak ada yang tahu. "Mas Randra, bangun mas sudah jam enam pagi." ujar Bibi tersebut. "Hari ini ga sekolah Bi." ujar Randra dengan singkat menjawab pertanyaan dari Bibi. Randra terlihat sangat mengantuk dan terlihat berat untuk membuka matanya, sepertinya Randra memang tadi malam begadang jadinya Bibi pun mengerti keadaan dari Randra. Bibi langsung keluar begitu mendengar Randra mengatakan bahwa ia tak akan sekolah, tapi Randra juga tidak memberikan alasannya yang mana itu artinya Randra memang tidak berniat untuk menghubungi sekolah. Ia tidak berniat untuk ijin tidak berangkat sekolah hari ini, itu yang Bibi ketahui. Karena jika Randra berniat untuk ijin pasti Randra memberikan nomor gurunya. Sekarang ini Bibi sudah ada di dapur. Ia memasak untuk makan mereka bersama. Ya, mereka yang dimaksud ini adalah dirinya, Randra, satpam dan sopir. Semuanya makan yang sama dengan apa yang dimakan oleh Randra. Awalnya semuanya masih terasa sangat mengejutkannya tapi Randra selalu bilang bahwa semuanya harus makan seperti apa yang ia makan. Toh juga yang ada di rumah ini hanya dirinya saja bersama dengan mereka. Akhirnya setelah beberapa waktu mereka pun sudah mulai terbiasa. Kiara sudah selesai makan dan ia sekarang sudah berangkat bersama dengan Kelvano. Mereka masih ada di jalanan, tampak tak lama kemudian terdengar suara rintik hujan. Kiara pun mendengarkan rintik hujan tersebut. "Hujan ya Kak? Mendung apa nggak?" tanya Kiara kepada Kelvano itu. "Iya Kiara, ini hujan tapi ga mending." ujar Kelvano dan Kiara mengangguk. Mereka berdua sudah sampai di sekolah. Kelvano mengantarkan Kiara ke kelasnya. Ia pun sekarang sudah sampai di kelas Kia. "Kakak ke kelas dulu ya Kiara, kamu tunggu aja sebentar lagi juga Dilan, Agam atau Randra bakalan datang." ujar Kelvano dan Kiara mengangguk. Setelah kepergian Kelvano, kini Kiara hanya duduk saja disana. Ia hanya diam. Dilan dan Agam sudah berada di perjalanan menuju ke sekolah, mereka menggunakan kendaraan mereka masing-masing dengan Dilan yang menggunakan motornya dan Agam yang masih setia dengan mobilnya juga. Mereka berada di perjalanan sekitar lima belas menit dan sekarang mereka sudah sampai di parkiran. Mereka berdua langsung berjalan masuk ke dalam. Sesampainya di koridor, Agam melihat ada Aruna. Ia pun menghampiri Aruna terlebih dahulu membuat Dilan ke kelasnya dulu untuk menyusul Kiara. Agam tampak merangkul Aruna dan ia mencium puncak kepala Aruna itu. "Tadi malam sampai jam berapa sayang?" tanya Agam kepada Aruna. "Perduli apa kamu sama kamu." jawab Aruna dan sepertinya Aruna masih marah kepadanya. Agam mengerti ia pun akan menerima kemarahan Aruna kepada dirinya asalkan Aruna akan tenang dengan cepat nantinya. "Aku perduli banget dong sama kamu sayang. Aku kan sayang sama kamu." jawab Agam kepada Aruna dan Aruna tetap hanya diam saja sekarang. Mereka berdua sedang ada didekat lapangan basket dan mereka tak hanya berdua saja tapi ada beberapa teman yang lainnya juga tampak duduk disana. Sementara itu Dilan sudah sampai di kelasnya, ia melihat Kiara dari pintu kelasnya, ia pun tersenyum menatap ke arah Kiara itu. Cantik, satu kata yang terlintas di kepalanya saat ia melihat wajah Kiara hari ini. Ia masuk dan duduk di dekat Kiara membuat Kiara langsung tahu bahwa itu Dilan karena Kiara sudah hafal dengan aroma parfum dari Dilan. Beberapa temannya pun ia juga sudah hafal aroma parfumnya. Kini Kiara menyapa Dilan yang padahal ingin menyapa Kiara terlebih dahulu tapi sudah keduluan oleh Kiara tersebut. "Pagi Dilan." ujar Kiara menyapa Dilan dengan senyuman indahnya. "Pagi Kiara." jawab Dilan, mereka tampak mengobrol sekarang ini. "Agam sama Randra belum berangkat ya?" tanya Kiara tersebut. "Agam udah berangkat, tadi Agam sama gua bareng sampainya. Tapi sekarang Agam lagi di dekat lapangan sama Aruna." jawab Dilan itu. "Mereka udah baikan? Aduh syukur deh gua lega banget kalo mereka udah baikan. Terus kalo Randra? Udah berangkat?" tanya Kiara tersebut. Dilan bingung harus jawab apa karena jujur saja ia masih belum mengetahui apakah Dilan sudah berangkat atau belum. Namun karena hari ini memang ia belum melihat Randra jadi ia mengatakan bahwa Randra belum datang. "Kayaknya Randra belum datang sih Kiara, mungkin agak telat berangkatnya nanti ya." ujar Dilan mengatakan hal itu kepada Kiara juga. Sementara yang sedari tadi mereka bicarakan saat ini masih ada di kamarnya dan ia masih terpejam, Randra masih tertidur. Rasanya ia tidak ingin bangun karena ia tidak mau menerima kenyataan bahwa saat cintanya tak berbalas, tak hanya itu saja karena ternyata cintanya sudah memiliki cinta lain. Kesempatan untuk mendapatkan Rania kian menurun sekarang. "Harus Lo ya Ran, harus Lo banget yang udah punya cowok? Kenapa ga orang lain aja? Kenapa harus Lo? Itu semua membuat gua rasanya langsung di pukul diminta buat mundur karena hal ini." ujar Randra masih dengan memejamkan matanya. Ia masih berharap bahwa saat ia membuka matanya lagi, apa yang ia lihat semalam itu merupakan sebuah mimpi saja. Namun ia tak berhasil karena berapa kali pun mencoba jawabannya masih akan sama. Jawabannya masih akan sama yaitu hal yang tadi malam itu bukan mimpi. Itu merupakan sebuah kenyataan yang sangat menyakiti dirinya. Rania hari ini sudah masuk ke sekolah, ia masuk ke kelas untuk menaruh tasnya dan setelh itu ia duduk di depen kelasnya seakan-akan ada yang sedang ia tunggu sekarang. Bahkan saat Nika datang, Rania tetap disana. Aduh kenapa Randra belum keliatan juga ya, atau sebenarnya dia udah berangkat dari tadi cuman gua aja yang ga tahu? Atau gimana deh. Gua bingung banget jujur aja. Yang lebih membingungkan lagi kenapa gua ada disini, kenapa gua nunggu dia dan kenapa gua mau jelasin kalo Kak Rakha itu bukan pacar gua tapi kakak gua. Kenapa gua kayak gini? Bukannya bagus kalo Randra salah paham sama gua? Itu buat dia jauh dari gua. Batin Rania. "Cuman kenapa gua ga ikhlas?" tanya Rania kepada dirinya sendiri. "Hah? Apanya yang ga ikhlas Ran? Lo kenapa deh? Ada masalah atau gimana? Terus ini tumben Lo duduk disini." ujar Nika kepada Rania tersebut. "Ah ga papa kok Nik, gua mau cari angin aja. Yuk masuk." ujar Rania dan Nika mengangguk. Kini mereka berdua sudah masuk ke dalam kelas. Rania sudah tidak perduli kepada Randra yang bisa saja nanti akan lewat di depan kelasnya itu. Sebenarnya bukan tidak perduli, tapi mencoba untuk tidak perduli. "Nanti mau ke Mall sayang? Pas pulang sekolah?" tanya Agam kepada Aruna. Ini salah satu caranya supaya bisa mendapatkan maaf dari Aruna. "Berdua aja?" tanya Aruna kepada Agam dan Agam mengangguk dengan penuh keyakinan. Aruna tersenyum, ia sudah lama tidak pergi berdua bersama Agam, ia pun bahagia sampai tak bisa menahan senyumnya juga saat ini. "Nah gini dong senyum. Kalo senyum kan pacarnya Agam jadi cantiknya nambah seribu kali lipat." ujar Agam kepada Aruna. Aruna tampak tersenyum. "Ihh apa sih kamu sayang, ya udah aku mau ke kelas." ujar Aruna. "Aku anter ya." jawab Agam, mereka berdua pun sudah berjalan menuju ke kelas Aruna. Kini mereka sudah berjalan menuju ke kelas Aruna. Sementara itu Kiara terus bertanya kepada Dilan apakah Randra sudah berangkat atau belum saat ini. Namun jawaban Dilan selalu sama bahwa Randra belum berangkat karena ia masih belum melihatnya di kelas ini. Tak beberapa lama kemudian, sebelum bel masuk berbunyi Agam sampai ke kelas..ia pun mempertanyakan kemana perginya Randra karena sampai sekarang ia belum melihat keberadaan dari Randra tersebut. "Dari tadi Kiara juga tanya tentang Randra, tapi kayak ya Randra emang belum masuk. Belum berangkat atau emang ga berangkat ya, bentar deh gua telfon Randra kali ya takutnya ada apa-apa sama Randra." ujar Dilan itu. "Iya Dilanx telfon aja Randranya. Dari tadi malem juga ga denger kabarnya kan. Meskipun bilang kalo udah makan tapi biasanya Randra tetap datang, cuman tadi maalm dia ga datang sama sekali." ujar Kiara dan kini Dilan mendial nomor Randra tapi tetap saja tak ada jawaban dari Randra. Ia mencobanya berkali-kali sampai bel masuk berbunyi tapi tetap saja Randra tidak menjawabnya. Akhirnya sebelum guru masuk, Dilan mencoba menelfon asisten rumah tangga di rumah Randra dan panggilan itu tersambung. Kini Dilan sudah berbicara dengan Bibi di rumah Randra tersebut. “Hallo Mas Dilan, ada apa ya mas?” tanya Bibi kepada Dilan. “Ini Bi, Randra udah berangkat belum ya? Karena Randra belum sampai di sekolah soalnya. Takut ya terjadi apa-apa pas di jalan.” ujar Dilan menanyakan hal tersebut. “Itu mas, Mas Randra masih ada di rumah. Masih tidur di kamar mas, jadi kayaknya emang ga berangkat. Tolong diijinkan ya nanti Mas.” ujar Bibi karena bagaimana pun juga jika sudah begini ijin lebih baik daripada membolos. “Oh gitu ya Bi, ya udah Bi kalo gitu. Iya nanti saya ijinkan. Terimakasih ya Bi, saya nanti akan main kesana.” ujar Dilan tersebit. “Iya mas Dilan, sama-sama mas.” jawab Bibi. Kini panggilan tersebut sudah berakhir, Dilan pun menjelaskan pada Kiara dan Agam bahwa Randra memang tidak bersngkat ke sekolah. Mereka pun menjadi curiga kalau saja ada apa-apa dengan Randra. Sepertinya Randra menyimpan sebuah masalah kali ini yang belum di ceritakan oleh mereka bertiga atau salah satu diantara mereka bertiga. “Gua nanti pulang sekolah mau ke rumah Randra. Kalian mau ikut?” tanya Dilan tersebut. “Gua ikut.” jawab Kiara. “Aduh gua nanti nyusul aja ya, gua udah terlanjur janji sama Aruna buat pergi ke Mall bareng. Kalo ga jadi bisa-bisa Aruna makin marah sama gua. Gua janji nanti gua pokoknya bakalan nyusul.” ujar Agam itu. “Iya Agam ga papa kok.” ujar Kiara. Akhirnya mereka sepakat. Nanti Kiara akan berangkat ke rumah Randra bersama dengan Dilan. Namun mereka berdua akan menggunakan mobil Agam. Sementara Agam nanti akan menggunakan motor Dilan terlebih dahulu. Tak lama kemudian obrolan mereka harus berhenti karena guru kelas mereka datang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD