7

2020 Words
Pagi ini Rania tampak gelisah karena ia tidak menemukan Randra, padahal biasanya Randra selalu datang ke kelasnya saat istirahat seperti ini. Namun Randra tak datang kali ini, entah karena memang Randra tidak masuk atau memang Randra sudah menyerah kepada dirinya karena kesalahpahaman tadi malam tentang Rakha yang dianggap sebagai pacarnya. Rania tidak tahu jawaban yang pasti, sekarang ini ia hanya ingin tahu apakah Randra berangkat ke sekolah atau tidak. Ia hanya ingin tahu itu. Rania sama sekali tidak tahu kenapa dirinya bisa terus kepikiran Randra sekarang. Ga, gua pasti sekarang ini mikirin dia karena merasa bersalah sama Randra. Ya gua merasa bersalah aja sama Randra karena gua selalu nolak dia dengan cara yang kasar. Batin Rania mengatakan hal tersebut sekarang ini. "Rania, Lo kenapa sih? Ke kantin yuk. Udah laper." ujar Nika mengajak. "Ah, iya. Okay ayo ke kantin kita. Udah laper juga gua." jawab Rania. Mereka berdua pun sudah keluar dari kelas mereka. Rania melihat ke dalan kelas Randra dan ternyata tidak ada Randra, ia pun mengira Randra ada di kantin sekarang. Rania dan Nika sudah sampai di kantin tapi mereka sama sekali tidak melihat keberadaan dari Randra sama sekali. Padahal disana ada Dilan dan Kiara yang satu meja sementara Agam berada di meja lainnya bersama dengan Aruna. Rania pun langsung berpikiran yang tidak-tidak. Lo hari ini beneran ga berangkat Ndra? Gua harap ini bukan karena kejadian tadi malam. Batin Rania sekarang ini, ia tampak tidak semangat. "Randra kira-kira kenapa ya Dilan? Aku khawatir sama Randra. Dia ga papa kan ya?" tanya Kiara kepada Dilan karena jujur saja ia sudah memikirkan Randra sejak tadi malam ketika Randra memutuskan tidak pergi ke Caffe. "Randra mungkin cuman malas aja buat berangkat Kia. Tenang aja Randra pasti ga papa, kita kan juga nanti pulang sekolah bakalan pergi ke rumah Randra." ujar Dilan menenangkan Kiara dan Kiara mengangguk. Rania tadi sempat mencuri dengar, ternyata memang Randra tidak berangkat tapi ia tidak membolos untuk bersenang-senang, melainkan Randra berada di rumahnya. Entah kenapa Randra tidak berangkat Rania tak tahu. Sementara itu, Agam masih bersama dengan Aruna. Sebenarnya tadi ia ingin bergabung dengan meja Dilan dan Kiara, toh juga masih luas dan ia bisa mengajak Aruna dan teman-temannya tapi Aruna ternyata tidak mau. "Ya udah kamu pilih satu meja sama mereka atau sama aku?" tanya Aruna tadi, Aruna tampak bertanya kepada Agam dan pertanyaan itu sangat menjebak karena jika Aruna bertanya seperti itu sama saja ia bertanya Agam memilih Kiara atau Aruna. Itu yang nantinya akan di bulatkan oleh Aruna. "Agam, udah Lo sama Aruna dulu aja." ujar Kiara kepada Agam itu. "Iya Gam, biar Kiara sama gua. Lagi pula nanti Aruna marah lagi kayak kemarin. Udah ga papa, turutin dulu Aruna." tambah Dilan kepada Agam. "Ya udah kalo gitu gua ke tempat Aruna dulu ya. Sorry ya guys dan thanks udah mau ngertiin posisi gua." ujar Agam dan mereka berdua tampak mengangguk. Maka dari itu saat ini Dilan hanya bersama dengan Kiara saja. Mereka tidak mau memaksa Agam untuk ini itu karena pada dasarnya pertemanan mereka pun juga terjadi begitu saja, diantara mereka tidak ada sama sekali paksaan untuk begini dan begitu. Semuanya sudah terjadi begitu saja. Dilan dan Kiara hanya tidak mau jika nantinya Aruna akan marah lagi dan ia akan mengatakan putus atau hal-hal yang memicu kondisi mental Agam menurun. Mereka tidak mau jika Agam sakit lagi nantinya, mereka tidak mau Agam terluka karena hal itu. Kini tampak Dilan dan Kiara mengorbol bersama. Selalu cantik, sayangnya gua ga punya keberanian buat bilang sama Lo gimana hati gua ke Lo Kiara. Mana mau juga sih Lo sama gua yang bodoh ini. Gua terlalu banyak kurangnya buat Lo Kiara, gua ga cocok buat Lo juga. Lebih banyak cowok yang cocok sama Lo kecuali gua. Batin Dilan sekarang ini. Mengagumi Kiara adalah hal yang setiap harinya selalu Dilan lakukan. Apalagi ia bisa diberi kesempatan untuk mengagumi Kiara dari jarak yang paling dekat. Bisa dibilang jika ada cowok lain yang juga menyukai Kiara, mereka semua pasti akan sangat iri kepada Dilan karena mereka tidak bisa sedekat Dilan kepada Kiara. Namun semuanya sama saja tatkala Dilan tidak bisa menggunakan kesempatan baik ini. Itu semua karena Dilan yang masih takut untuk membicarakan perasaannya kepada Kiara. Bagaimana ia tidak takut jika dirinya yang bodoh ini mencintai perempuan seperti Kiara. Apalagi Kiara juga banyak yang sayang, mana mungkin keluarga Kiara merestui hubungan Kiara dengan lelaki bodoh seperti dirinya. “Dilan, lo dengerin gua atau ga?” tanya Kiara untuk yang kesekian kalinya karena sepertinya Dilan melamun. “Ah iya Kiara ada apa? Sorry gua tadi ngelamun.” ujar Dilan menjawabnya semari meminta maaf. "Dilan, nanti sebelum ke rumah Randra mampir dulu ya beli martabak?" tanya Kiaea kepada Dilan. Dilan mengangguk, mereka memang ada memiliki langganan martabak yang enak yang dapat mereka temui di siang hari. "Iya nanti sama sekalian beli pizza juga, pizza kesukaannya Randra ya." uuae Dilan dan Kiara mengangguk dengan penuh rasa semangat juga. Kiara benar-benar sangat semangat sekarang ini. Bahkan ia tidak sabar untuk nanti. Sementara itu Randra masih belum bangun dari tempat tidurnya itu. Ia seperti benar-benar orang yang sedang patah hati dan tidak memiliki semangat apa pun. Ia melihat ke handphonenya dan ada beberapa panggilan dari Dilan. Sepertinya mereka mencari Randra, tapi karena tidak ada panggilan dan chat lagi Randra sudah menebak bahwa mereka pasti sudah menghubungi Bibi. Paling juga nanti mereka akan pergi ke rumahnya. Rania, kenapa semua tentang Lo masih melekat di kepala dan di hati gua? Gua kesusahan buat ngelupain Lo Rania. Kenapa Lo harus punya pacar? Kenapa harus Lo karena gua udah yakin banget sama Lo, Lo satu-satunya orang yang sama dan mirip kayak Mama. Batin Randra sembari menatap foto Mamanya yang ia miliki di balas dekat tempat tidurnya itu sekarang ini. Rasanya masih seperti mimpi ketika ia mengetahui bahwa Rania ternyata sudah memiliki kekasih pujaan hati. Kenapa ia bisa kecolongan seperti ini. Padahal ia sudah cari info dimana-mana tapi tetap saja ia pada akhirnya mengetahui sendiri tentang Rania yang sudah memiliki pacar karena ia bertemu dengan Rania dan pacarnya tadi malam. Mereka terlihat sangat dekat dan sepertinya hubungan mereka juga sudah melewati satu tahun. Namun meskipun begitu ia baru tahu tentang hubungan mereka itu belum lama bahkan baru tahu tadi malam. Bagaimana bisa ia melewatkan ini. Bagaimana bisa juga Rania tega memberi harapan palsu kepada dirinya? Ia tahu bahwa Rania tidak pernah menerimanya tapi kenapa jika Rania sudua punya pacar ia tidak bilang saja yang sesungguhnya. Jika ia tahu mungkin ia bisa mencoba untuk move on dari dulu. Jika sekarang ia sangat bingung. "Mas Randra, Mas Randra mau makan sekarang?" tanya Bibi yang sudah mengetuk pintu. Randra masih tetap ada di tempat tidurnya sekarang ini. "Nanti aja Bi, Bi tadi Dilan nelfon Bibi atau ga?" tanya Randra itu. "Iya mas, tadi Mas Dilan nelfon Bibi katanya setelah pulang sekolah nanti mau kesini." ujar Bibi dan Randra sudah menjawabnya. Kini Randra masih tiduran saja, ia seperti tak punya kegiatan padahal harusnya ia menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat agar ia bisa melupakan Rania. Namun ia tahu, ia paham bahwa Rania tidak akan mudah ia lupakan begitu saja. Rania adalah perempuan pertama yang sangat ia cintai setelah ia kehilangan Mamanya. Ia sangat mencintai Mamanya dan keluarganya tapi setelah ia kehilangan mereka, ia hancur. Cintanya juga hancur berkeping-keping dan ia dapat menemukan cintanya kembali kala ia melihat Rania. Dahulu hubungannya dengan Rania tak seperti ini, dulu Rania dan dirinya berteman dan Rania juga tak pernah mempermasalahkan Randra dengaj kacamata hitamnya, tapi setelah Randra mengakui perasaannya dan Randra terus menerus mengejarnya, Rania mulai menjauh dari Randra. Ia mulai menjauhi Randra karena ia tak mau jika Randra berpikir yang tidak-tidak tentang perasaannya karena Rania yakin sekali bahwa ia tidak memiliki rasa kepada Randra. Bahkan sampai saat ini Rania masih menjauhi Randra karena sampai saat ini memang Randra masih mendekati Rania. Namun yang Randra tidak tahu bahwa Rania sudah mulai ada rasa kepada Randra itu. Meskipun rasa yang Rania rasakan kepada Randra itu masih abu-abu dan Rania pun belum yakin juga dengan perasaannya kepada Randra makanya sampai sekarang Rania masih belum mau menerima Randra. Sebenarnya Rania tidak berbohong saat ia bilang ia risih ketika melihat Randra menggenakan kacamata hitamnya terus menerus, tapi sebenarnya ia juga penasaran. Ia penasaran kenapa Randra selalu menggunakan kacamata itu. Namun lagi-lagi untuk menjaga jarak dan ia tidak mau jika Randra berpikir yang tidak-tidak, ia memilih untuk tidak bertanya sampai sekarang. “Sayang, beneran ya nanti kita jalan abis sekolah? Kamu ga bohong kan? Kita cuman berdua kan?” tanya Aruna kepada Agam. “Iya Aruna sayang, nanti kita jalan berdua habis pulanh sekolah. Berdua aja karena nanti aku bakalan pakek motornya Dilan. Biar kita bisa boncengan gitu.” ujar Agam dan Aruna mengangguk dengan semangat. Senyuman Aruna adalah semangat milik Agam, senyuman Aruna adalah bahagia milik Agam. Agam benar-benar tidak ingin kehilangan Aruna. Agam ingin selamanya bersama dengan Aruna karena ia tidak ingin ditinggalkan lagi. Ia tidak ingin seseorang pergi dari hidupnya lagi. Rasany masih sesak ketika teringat bahwa Mama dan Papanya selalu meninggalkan dirinya untuk bekerja. Bahkan mereka tidak pernah ada disaat hari ulang tahun Agam. Selama Agam hidup, ulang tahun Agam selalu dirayakan dan diabadikan dalan sebuah bingkai foto. Selama itu juga Agam belum pernah merayakan ulang tahunnya bersama dengan Mama dan Papanya. Dalam bingkai foto di rumahnya, sama sekali tak ada fotonya dengan Mama dan Papanya saat sedang berulang tahun. Bahkan foto keluarga pun mereka juga tidak memiliknya. Tetap bertahan ya Aruna, aku sayang sama kamu. Sayang banget. Batin Agam sekarang ini. Mereka berdua sekarang berjalan menuju ke kelas Aruna karena bel masuk sudah akan berbunyi. Setelah memgantarkan Aruna ke kelasnya, sekarang ini Agam kembali ke kelasnya sendiri. Ia sudah melihat ada Kiara dan Dilan yang duduk di mejanya. Kini Agam mendekati mereka dan ia mengobrol kira-kira nanti mereka sampai jam berapa di ruamh Randra. Namun obrolan mereka tidak berakhir drngan sebuah keputusan karena memang jika mereka sedang bermain ke tempat teman yang lain mereka tidak akan bisa mengira-ira kapan mereka akan menyudahinya dan pulang. Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, sekarang ini Dilan, Kiara dan Agam masih di kelas. Agam benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa ikut ke rumah Randra, tapi ia janji jika setelah urusannya dengan Aruna selesai nanti ia akan langsung pergi ke rumah Randra untuk menyusul mereka. "Sekali lagi gua minta maaf ya guys karena gua ga bisa dari awal kesannya. Oh ya ini kunci mobil gua Lan." ujar Agam memberikan kunci mobilnya, ia menukar kunci mobilnya dengan kunci motor milik Dilan. Sekarang ini mereka sudah keluar dari kelas mereka. Tampak Agam langsung memisahkan diri dari mereka karena ia harus ke kelas Aruna lebih dahulu. "Lo udah bilang sama Kak Kelvano Kia?" tanya Dilan sekarang ini. "Udah kok, gua udah bilang tadi. Lagi pula Kak Kelvano ada extra hari ini jadinya emang ga bisa pulang bareng." ujar Kiara menjawab dan Dilan tampak mengiyakan. Kini mereka berdua sudah keluar dari sekolah. Tampak Kiara menggunakan tongkatnya tapi sekarang ini ia juga dituntun oleh Dilan. Dilan dan Kiara adalah kombinasi yang sangat cocok, banyak sekali yang mensupport agar mereka bisa bersama. Andai saja mereka tidak memiliki kekurangan satu sama lain, semua orang yakin bahwa mereka pantas untuk bersama. Namun bisa dibilang memang kekurangan yang mereka miliki itu tidak pernah dibicarakan oleh siswa-siswi sekolah mereka karena kekurangan yang paling mencolok ada pada diri Kiara yang mana Kiara tidan bisa melihat. Namun bagi siapa pun yang menganggu Kiara, bagi siapa pun yang membully Kiara akan mendapatkan balasan yang lebih sadis daripada apa yang mereka lakukan. Itu adalah janji dari ketiga teman Kiaea yaitu Agam, Dilan dan Randra. Tidak sampai disitu saja tapi Kelvano dan teman-temannya juga akan mencari dan memberi perhitungan bagi siapa pun yang menganggu Kiara. Menganggu Kiara sama saja dengan menganggu ketenangan mereka. Tak ada yang berani dengan Kelvano karena bagaimana pun juga Kelvano merupakan orang yang memiliki pengaruh besar di sekolahnya. Begitu pun juga dengan Randra yang mana ia masuk ke genk mana pun dan pastinya ia memiliki banyak teman. Randra selalu mengatakan bahwa siapa puj yang menganggu temannya, itu berarti bukan temannya. Jika ia sudua mengatakan hal itu, maka orang yang menganggu itu bisa-bisa tidak memiliki teman dimanapun ia berada karena semua teman Randra menjauh juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD