10 - Orang Baru Dan Barra

1169 Words
Manik hijau itu mengedar,mencari meja nomor 5 dimana tempat perjanjiannya dengan orang tuanya. Ia tersenyum senang saat menemukan apa yang ia cari sejak beberapa menit yang lalu. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh semua." sapanya kemudian duduk disamping perempuan bercadar juga, Zahra. "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab semua orang yang ada meja itu secara bersamaan. "Maaf datengnya lama, soalnya tadi singgah di jalan dulu untuk shalat ashar." beritahunya. "Engga papa sayang," ujar Zahra lembut yang berada tepat disamping Bellvania. "Keponakan Tante kayaknya sibuk banget ya?" Renata selaku adik dari Frans, Abi Bellvania. Ia kini bersuara sambari menaik turunkan alisnya yang membuat Bellvania tersipu sipu dibalik cadar navi-nya hari ini. "Hush! Jangan godain anakku." peringat Frans yang dibalas decakan kesal oleh Renata. "Ish! Dia-kan keponakanku juga Kak, lagian Bellvania engga masalah tuh aku ngomong kayak gitu." bela Renata "Kenapa malah berantem sih? Malu dong sama umur." perkataan Zahra membuat tawa Renata meledak sampai beberapa pengujung restoran mengarah padanya. "Ketawanya jangan kayak gitu." tegur Arham selaku suami dari Renata yang dibalas cengiran menyebalkan oleh sang istri. "Aduh! Kangen banget rasanya sama Keponakan cantik tante ini, untung aja mukanya lebih dominan ke Kak Zahra bukan duplikat Kak Frans." beberapa detik setelah Renata mengucapkan hal itu terdengar teredakan decakan kesal oleh Frans. "..." Bellvania tak lagi mendengarkan perbincangan keluarganya mata hijau itu fokus menatap lurus pasangan yang tak jauh dari mejanya saat ini, mereka berdua terlihat berbincang hangat bahkan perempuan di depan laki-laki itu sesekali tertawa. Kenapa dadanya terasa menyesakkan melihat hal itu? Memangnya dia siapa? Dadanya semakin sesak saat perempuan itu memukul pelan pundak si laki-laki yang dibalas tawa bebas oleh laki-laki itu, mereka berdua begitu serasi seakan memang tercipta untuk bersama. Keduanya sibuk bercerita seolah hanya mereka yang berada didalam restoran ini. "Kak Bellvania suka sama laki-laki itu." suara bisikan itu membuat pandangan Bellvania terhenti mengarah kemeja itu, ia kini menatap sepupunya yang baru saja berbisik padanya. Matanya mengarah menatap kedua orangtuanya dan juga om dan tantenya, keempatnya sedang sibuk membahas sesuatu dan Bellvania bersyukur hanya Andita yang menyadari gelagatnya. "Kak Bellva?" panggil Andita pelan "Ya?" "Kakak suka sama laki-laki ini ya? Aku perhatiin dari tadi kakak natap mereka dengan sorot terluka, kentara banget cemburunya." Andita menutup ucapan pelannya dengan tawa kecilnya. Bellvania tentu kaget dengan ucapan sepupunya yang baru saja menikah itu, benarkah ia terluka menatap laki-laki yang baru saja ditemuinya dirumah Pak Galih kemarin? Tetapi kenapa Bellvania harus cemburu? Memangnya Barra siapa hingga harus di cemburui? "Mereka berdua kayak lupa waktu dan suasana ya! Kayak dunia milik berdua." komentar Andita kembali terdengar, tetapi Bellvania masih diam sibuk dengan pemikirannya sendiri. "Bellvania?" "Iya Om, kenapa?" jawabnya cepat karena takutnya anggota keluarganya mengetahui kegelisahannya saat ini. "Salah satu guru di pondok pesantren tempat Zahra tinggal dulu datang ke Om. Katanya ingin berkenalan denganmu dan Om sudah bilang ke Frans tapi katanya kamu tolak tapi Om engga masalah karena itu hak kamu sendiri. Dan saat ini dia ingin datang ke studio foto kamu untuk melihat beberapa foto untuk di pajang di pesantren. Bagaimana? Apakah tidak papa?" "Modus." celetuk Andita yang berada didekat Bellvania dan tentunya hanya Bellvania yang mendengarkan hal itu. "Tidak masalah Om, Bellva engga pernah melarang siapapun untuk datang kesana." jawabnya sopan. "Rasanya aku kembali melihat Zahra didalam dirimu, yang sewaktu muda selalu melamun di apartemennya karena merindukan Frans dan se-" "Aku masih disini kalau kamu engga lupa." potong Zahra cepat yang dibalas tawa kecil oleh Arham. "Yaudah nanti Om kasih tau dia." perkataan Arham selanjutnya hanya Bellvania tanggapi dengan anggukan pelan, rasanya saat ini ia sulit memfokuskan diri karena memikirkan pasangan di ujung meja sana. "Galau banget kak." Bellvania tidak menanggapi bisikan Andita, ia fokus menatap kedua orangtuanya yang sedang berdebat dengan kedua orangtua Andita. "Suami kamu mana?" tanyanya setelah beberapa menit berlalu "Lagi istirahat di hotel, soalnya yang bawa mobil dia. Nanti malam aku kenalin ke kakak kan kami bakal kerumah kakak juga untuk makan malam." jawab Andita "Kamu sama dia itu di jodohkan apa gimana?" "Temen kampus sih! Atau bisa dikatakan senior. Pas dia dateng dan aku merasa cocok jadi engga ada jalan lain selain nerima pinangan dia. Dia termasuk tipe aku kok kak, jadi engga terlalu merana banget walaupun kemarin aku sempat berharap yang datang melamar itu sahabatnya dia tapi ternyata takdir berkata lain." sosok Andita ini memang terkesan cerewet dan gampang bersosialisasi. "Kamu suka sama sahabatnya itu?" tanya Bellvania pelan, mereka berdua memang berbincang dengan suara pelan. "Engga suka kak, cuman terkesan kagum aja." "Apa bedanya kagum sama suka?" dari balik cadarnya Bellvania mengerutkan keningnya bingung karena menurutnya dua kata itu sama saja. "Beda dong. Kalau kagum ya hanya sampai sana aja engga punya keinginan untuk milikin lagian kalau kagum kan palingan suka sama sesuatu apa yang laki-laki itu bakatkan dan tentunya disini hati engga ikut bergabung malah terkesan biasa aja kalau laki-laki itu ada di sekitaran kita." Andita berhenti berbicara, ia meminum jus alpukat yang sudah ia pesan tadi. "Kalau suka?" tanya Bellvania lagi "Beda lagi dengan rasa suka. Kalau suka kita selalu kepikiran tentang dia, terbayang tentang dia, pengen banget dia jadi jodoh kita, hati seakan selalu gelisah dan perasaan selalu nano-nano kalau di dekatnya." perempuan dengan jilbab coklatnya itu tertawa kecil,menertawakan ucapannya sendiri. "Nano-nano?" "Aneh gitu. Pokoknya kita sendiri bingung deh." jawab Andita. Bellvania terdiam, memikirkan beberapa pertemuannya dengan Barra akhir-akhir ini. Perasaannya selalu tidak jelas jika bertemu dengan Barra bahkan Bellvania sendiri bingung dengan perasaannya saat itu jadi bisakah ia berkesimpulan jika ia memiliki rasa pada Barra? "Kak? Mereka pelukan." Mata Bellvania menatap pasangan itu, ia membenarkan perkataan Andita kalau mereka berpelukan. Terlihat Barra menepuk pelan punggung perempuan cantik itu. Kenapa rasanya menyesakkan melihat hal itu? "Aku ke kamar mandi sebentar." ucapnya yang ditanggapi anggukan oleh semuanya kecuali Andita yang menatap iba padanya. Bellvania berjalan menuju kearah toilet khusus perempuan, sesampainya didalam sana ia membuka cadarnya karena merasa tidak ada siapapun didalam sana. Ia menatap pantulan dirinya di cermin itu, hidung mancung serta pip tirus, alis tipis dan bibir sedang. Ia menyalahkan kran air kemudian membasuh wajahnya beberapa kali, kenapa rasanya ia sangat ingin menangis saat ini? Tetapi kenapa? Bukankah pantang baginya mengeluarkan air mata? Apa yang sebenarnya terjadi dengan hatinya? Tangannya meraih tissue yang tersedia di dekat kran air, kemudian mengeringkan wajahnya setelah merasa fresh Bellvania kembali memakai cadarnya. Melihat kembali penampilannya, ia mengangguk pelan kemudian berjalan keluar kamar mandi. Ia kembali duduk dikursi itu di sebelah kanannya terdapat mamanya sedang di sebelah kirinya terdapat Andita, sepupunya. "Mereka berdua udah pergi kak, tapi pas si laki-laki pergi paling pertama perempuan itu terlihat seperti menangis beberapa detik kemudian perempuan itu berdiri meninggalkan restoran." ujar Andita dengan suara pelannya. Bellvania menatap meja tempat Barra dan perempuan itu berbincang. Keduanya sudah tidak ada disana hanya pegawai restoran yang sedang membersihkan meja itu. Tetapi bayangan mereka berpelukan seakan membekas dalam diri Bellvania, tidak mungkin kan dia benar-benar jatuh Cinta dengan Barra? Mereka baru bertemu beberapa kali dan sangat tidak mungkin jatuh Cinta kan? Siapa perempuan itu?, pertanyaan itu terus terulang dalam pikirannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD