Suara ketukan pintu apartemennya terdengar, Adrena melangkah menuju pintu dengan wajah kacau dan rambut yang berantakan, ia tidak memiliki tenaga untuk merawat wajahnya beberapa hari ini, bahkan ia sengaja mengambil cuti selama seminggu demi bisa istirahat total dan bisa menangis sepuasnya.
Adrena membuka pintu apartemennya dan melihat dua orang pria berdiri didepan pintunya. Adrena menautkan alis dan melihat keduanya secara bergantian.
“Siapa ya?” tanya Adrena.
“Apa Anda atas nama Adrena Annasya?” tanya pria itu.
“Iya. Saya sendiri. Ada apa?”
“Kami dari Bank BVI. Dan, kami kemari mau menyita apartemen ini.”
“What? Maksudnya menyita apa?”
“Ini surat izin penyitaan. Jadi, Anda harus keluar dari rumah ini hari ini juga, karena apartemen beserta isinya sudah menjadi milik Bank BVI.”
“Apa maksudnya? Kenapa Bank BVI mau menyita apartemen saya?”
“Karena sudah empat bulan tunggakan tidak diselesaikan.”
“Tunggakan apa sih? Saya tidak pernah mengambil atau memiliki tunggakan di bank yang baru kalian katakan tadi.”
“Silahkan lihat suratnya,” kata pria itu.
Adrena meraih surat yang diberikan oleh pria itu dan membaca isi perjanjiannya. Memang nama lengkapnya, dia memberikan surat kuasa kepada atas nama Agung Palevi. Dengan pinjaman uang sebanyak ratusan juta. Adrena membulatkan mata, karena lagi dan lagi Agung adalah manusia yang laknat dan manusia yang memberikan beban hidup padanya. Ternyata surat kepemilikikan apartemen ini sudah di gadaikan oleh Agung dengan jumlah uang yang cukup banyak dan tentu saja Adrena tidak punya uang untuk membayarnya. Bahkan ada tanda tangannya diatas sana. Tanda tangan diatas materai.
Adrena membayangkan bagaimana Agung mendapatkan tanda tangannya. Agung waktu itu pernah memberikannya kertas kosong dan Agung menyuruhnya tanda tangan, Agung mengatakan bahwa kertas itu akan ia isi tentang perjanjian mereka ketika nanti menikah, bahwa Adrena tidak boleh dekat dengan pria lain, semacam pra nikah. Namun, nyatanya itu hanya sebuah penipuan?
Adrena membulatkan mata dan ada perjanjian diatasnya kalau jika dalam jangka waktu tiga bulan tidak dibayarkan, apartemen ini akan menjadi milik Bank BVI. Dan, hal itu menghancurkan hati Adrena, lagi dan lagi kehancuran datang kepadanya.
Setelah uang tabungannya diambil, sekarang apartemennya? Kenapa Adrena bernasib seperti ini? Kenapa semua masalah harus ia lalui?
Sesaat kemudian, Gamaliel keluar dari apartemennya, Gamaliel melihat Adrena dengan rambut yang berantakans edang mengobrol dengan dua orang pria. Gamaliel enggan melanjutkan langkah kakinya dan memilih tetap di sini untuk mendengar apa yang Adrena bicarakan dengan dua orang pria tersebut.
“Saya tidak pernah mengambil pinjaman ke Bank BVI. Jadi, silahkan cari pria atas nama Agung Palevi. Karena dia lah yang meminjam uang kepada Bank kalian, dan saya tidak tahu apa-apa. Jadi, tolong jangan ganggu saya, saya tak ada hubungannya dengan ini.”
“Anda harus mengikut prosedur, Nona. Anda harus meninggalkan apartemen ini hari ini juga. Karena ini sudah melewati batas keringanan yang kami berikan.”
“Bukan saya yang meminjam uang, saya tidak pernah tahu kenapa bukti kepemilikan apartemen saya ada pada kalian, saya tidak mau tahu, ini bukan tanggungan saya dan bukan tunggakan saya, cari pria bernama Agung Palevi. Dia tinggal di apartemen ini juga, kalian akan mendapatkan informasi jika kalian mau ke bagian informasi.”
“Kami tidak perduli dengan apa yang Nona katakan, Nona harus mengikuti prosedur, dan ini tanda tangan Anda. Anda sudah memberikan kuasa penuh kepada Agung Palevi. Dan, itu sudah cukup membuktikan bahwa Anda tidak bisa mengusir kami, yang harus kami usir adalah kamu.”
Semua penghuni apartemen keluar hendak bekerja, namun mereka menonton apa yang terjadi, Adrena meneriaki dua pria yang datang mau menyita rumahnya.
Pria satunya meraih kertas dan menempelkan apartemen ini disita.
Apartemen ini adalah pemberian orangtua Adrena dan satu-satunya yang ia miliki, jika apartemen ini juga diambil, bagaimana nasibnya?
Adrena mendesah napas halus dan adu mulut dengan pria yang sudah hampir hilang kesabaran.
“Saya sudah katakan saya tak pernah ada tunggakan sebelumnya, saya tidak kenal dengan kalian dan saya tidak pernah berurusan dengan Bank yang kalian maksud, jadi kalian pergi lah dari sini dan jangan tempelkan apapun di apartemen saya.” Adrena merobek kertas yang sudah menempel di pintu apartemennya.
“Anda bisa kami laporkan polisi jika tidak mengikuti prosedur. Dan kita bisa buktikan bahwa ini tanda tangan Anda.”
“Di situ sudah jelas ada nama Agung Palevi. Kenapa kalian hanya datang ke saya?”
“Ini bukan tentang Anda atau si nama Agung ini, ini tentang jaminan yang diberikan, kami harus menyitanya.”
“KALIAN PERGI DAN JANGAN GANGGU AKU!” teriak Adrena sudah hampir memecah tangis didepan semua orang.
Gamaliel menunggu didepan pintu apartemennya dan membei kode kepada sebagian orang agar mereka pergi saja untuk melanjutkan perjalanan mereka, tak perlu datang untuk menonton orang yang menjadi korban segalanya.
“Nona, Anda harus pergi,” kata pria itu lagi. “Bank BVI diawasi oleh otoritas jasa keuangan dan kami memiliki hak untuk melaporkan seseorang yang tidak mau mengikuti prosedur dan menghentikan kami melakukan penyitaan pada properti. Jadi, sebelum kami lapor polisi, Anda jangan berteriak begitu.”
“Pria itu sudah menipu saya, dia mengambil seluruh asetku dan sekarang apartemenku? Apa kamu pikir saya ini adalah dinas sosial yang akan memberikan rumah saya kepada kalian? Sementara bukan saya yang melakukan itu dan bukan saya yang meminjam dana yang kalian maksud itu.”
“Itu tak ada urusannya dengan kami, ini sudah menjadi hak kami, jadi kemasi barang-barang Anda.” Pria itu masih santun dan tidak melakukan apa pun, satu pria sudah menerobos masuk ke dalam rumah, Adrena melakukan banyak cara untuk menyuruh mereka semua pergi. Dan, selang beberapa menit kemudian, satu koper besar dan satu tas tentengan yang besar, juga boneka bobanya dilempar keluar oleh dua pria itu.
Adrena menitihkan airmata, wajahnya memerah dan menoleh melihat Gamaliel, ia langsung menyeka airmatanya dan menundukkan kepala. Ia tidak tahu harus kemana, ia tidak punya tujuan lain sekarang.
“Ini sudah menjadi aturan bank kami, bahwa siapa pun yang memiliki tunggakan dan tak mengikuti prosedur harus siap dengan konsekuensinya, siapa pun yang Anda katakan tadi bernama Agung Palevi. Silahkan berurusan dengannya karena urusan Bank sudah selesai.” Pria itu lalu menempelkan surat penyitaan didepan pintu apartemen Adrena.
Adrena memukuli pria itu dan pria itu hendak membalas, namun suara deheman terdengar, membuat dua pria itu menoleh dan melihat Gamaliel.
“Ada aturan pada perusahaan bahwa tidak boleh ada yang melakukan kekerasan apalagi kepada seorang wanita karena wanita itu berhak melaporkan kepada pihak berwajib tentang hal itu dan pasal yang akan kalian kena cukup banyak. Jadi, pergi lah dari sini, jangan melakukan sesuatu yang akan membuat kalian kehilangan pekerjaan kalian jika ketahuan memukuli seorang wanita.” Gamaliel akhirnya harus ikut campur.
“Mau mengutang tapi tidak mau bayar. Dasar wanita aneh.” Pria itu lalu meninggalkan Adrena dan masuk ke lift.