Bab 11. Bara Api Yang Panas

1145 Words
Koper dan barang-barang Adrena berada didekat pintu apartemen Gamaliel, Adrena hanya memeluk boneka bobanya dengan pikiran yang kacau, Adrena sudah menelpon Yumi dan meminta Yumi untuk menyediakannya tempat tinggal, namun terdengar Yoyo yang mengatakan bahwa tidak ada tempat di rumah mereka, karena mereka juga hanya punya satu kamar dan ruangan yang sempit, dimana mereka akan memberikan tempat kepada Adrena? Sementara Yumi dan Yoyo sudah menikah dan tidak bisa membantu teman yang kesusahan, karena mereka sendiri saja susah. Pernikahan Yoyo dan Yumi memang banyak masalah juga. Yumi yang tak bekerja dan Yoyo yang hanya punya usaha laundry yang kurang sukses. Jadi, mereka masih serba kekurangan, tidak bisa menolong Adrena. Perkataan Yoyo barusan membuat pertengkaran baru antara Yoyo dan Yumi, Gamaliel yang hendak membawa teh hangat untuk Adrena, mendengar semuanya. Bahkan airmata Adrena yang luruh pun menjadi saksi bahwa ia juga ibah pada nasib Adrena. Adrena seolah hancur berkeping-keping bahkan untuk disatukan lagi tak akan bisa, Gamaliel yang menjadi saksi ketika Adrena ingin mengakhiri hidup. Yumi juga memberi kabar kepada Adrena bahwa pernikahan Agung dan Fitria berpindah tempat dan Yumi juga Yoyo tak tahu dimana, ketika Adrena hendak ke kamar Agung dan menemui Agung, Agung dan Fitria sudah pindah dan mereka tidak lagi tinggal di apartemen itu. Semua itu benar-benar menghancurkan perasaan Adrena yang berharap ada hari bahagia bersama Agung. Ternyata kehancurannya benar-benar berada diujung jurang. Gamaliel lalu menghampiri Adrena dan memberikan teh hangat itu. “Silahkan diminum, itu mampu membuat hati kamu membaik.” “Bagaimana bisa sebuah teh bisa membuat hatiku membaik?” tanya Adrena. “Karena kamu butuh kehangatan.” “Aku butuh kehangatan? Aku memang pernah memiliki kehangatan, namun akhirnya aku diberikan api yang panas dan membakar tubuhku,” jawab Adrena dengan airmata yang menggenang, ia pun menyekanya buru-buru. “Aku mengorbankan banyak hal dalam hidupku, ku tinggalkan keluargaku, aku masuk agamanya, dan apa yang ia berikan? Ia memberikan kehancuran. Aku bodoh, ‘kan?” "Tidak ada manusia yang bodoh, manusia hanya salah mengambil langkah, manusia tidak tahu langkah mana yang harus ia ambil ketika diberikan pilihan, sudah pasti ada pilihan yang baik dan ada pilihan yang salah dan kamu tidak bodoh, kamu hanya sedang tidak beruntung," jawab Gamaliel. "Tapi sudah aku berikan segalanya kepadanya, dia mengambil uang tabunganku dan sekarang dia mengambil apartemenku? Apa yang harus aku lakukan? Sementara aku sudah tidak punya tujuan pulang," lirih Adrena tidak perduli bahwa ia baru mengenal Gamaliel. "Jangan menghancurkan hati kamu hanya karena seorang pria, siapapun pria itu pasti akan menyesal telah meninggalkan wanita sebaik dirimu. Bersyukurlah, Tuhan sedang menunjukkan siapa sebenarnya pria yang selama ini kamu cintai." Gamaliel menatap wajah Adrena, kasihan sekali wanita itu. Adrena menangis sesenggukan di depan Gamaliel, ia sudah tidak punya harga diri lagi, ia sudah menumpahkan segalanya hari ini, Adrena tidak bisa terus-menerus menahan luka hatinya, ia harus mengeluarkannya agar hatinya membaik, Adrena tidak peduli dengan mata Gamaliel yang saat ini sedang memicing, bahkan Gamaliel pasti mengatakan bahwa dialah wanita bodoh, hanya saja Gamaliel tidak bisa jujur kepadanya karena masih menjaga perasaannya. Gamaliel mendengarkan tangis Adrena yang begitu meringis, Adrena memberikan segalanya kepada Agung, hanya karena alasan cinta, sehingga Adrena lupa bahwa Agung bisa saja meninggalkannya seperti saat ini. Pengorbanan yang sudah ia berikan kepada Agung hanya sia-sia, ia tidak mendapatkan pembalasan yang baik, yang ia temukan hanyalah pembalasan yang sangat sakit. Gamaliel mendorong tissue agar lebih dekat dengan Adrena, agar Adrena bisa meraih tissue tersebut dengan cepat untuk menghapus air matanya. Gamaliel tidak tahu mengapa ia jadi ikut campur masalah Adrena dan Agung, bahkan Gamaliel penasaran terhadap Adrena dan sempat juga Gamaliel mengikuti Adrena dari belakang, hanya untuk tahu siapa sebenarnya Adrena dan ternyata wanita itu adalah wanita yang memberikan segalanya demi Agung yang saat ini menghancurkan perasaannya. "Jika kamu butuh tempat tinggal, kamu bisa tinggal di sini untuk sementara sampai kamu menemukan tempat baru," kata Gamaliel membuat Adrena menoleh menatap wajahnya. "Kamu tidak usah salah paham. Saya hanya menawarkan jika kamu mau, tapi kalau kamu tidak mau ya tidak apa-apa." "Kamu kan tinggal di sini, bagaimana aku bisa tinggal bersama kamu di sini?" "Memangnya kenapa? Kamu butuh tempat tinggal kan? Kamu tidak bisa menyewa tempat karena uang kamu tidak ada, bahkan kamu tidak bisa ke rumah sahabat kamu karena sahabat kamu punya keluarga dan hanya ini tempat satu-satunya yang bisa kamu gunakan untuk sementara waktu dan sudah pasti tinggal bersama saya. Saya tidak akan macam-macam kok, saya bukan pria b******k kok, saya hanya mencoba membantu kamu keluar dari masalah ini." Adrena menatap wajah Gamaliel yang saat ini mengangkat kedua bahunya dan berusaha menjelaskan bahwa ia bukan orang jahat, Adrena tahu andaikan Gamaliel adalah pria yang jahat sudah pasti Adrena tidak akan dibiarkan tidur dengan nyaman di kamar, bahkan Gamaliel menelepon Yumi untuk datang menemaninya, meskipun Gamaliel tidak menjelaskan apapun tentang dirinya, tapi Adrena tahu bahwa dia adalah orang yang baik. "Apa aku nggak merepotkan jika aku tinggal di sini?" tanya Adrena menatap Gamaliel. Gamaliel tersenyum karena mendengar Adrena tidak lagi mengatakan sesuatu yang formal seperti kemarin pagi. Tiba-tiba saja obrolan mereka menjadi akrab dan hangat. "Tentu saja tidak, kamu tidak akan merepotkan sama sekali dan saya tidak akan mengganggu kamu. Kamu punya hak untuk pergi dari rumah ini jika kamu sudah mendapatkan tempat, saya hanya mau menolong kamu untuk saat ini, karena saya juga adalah saksi di mana kamu hampir mengakhiri hidup dan saya harus menjaga kamu kan jangan sampai kamu malah melakukan hal yang sama lagi, hanya karena kehilangan apartemen." Gamaliel menjawab. "Apartemen itu adalah satu-satunya yang aku punya ketika aku meninggalkan rumahku dan keluargaku. Aku punya keluarga Cemara. Aku bukan dari keluarga broken home, hanya saja aku lebih memilih cinta dibandingkan kebersamaan bersama keluargaku dan aku sedih sekali ketika apartemen yang aku punya yang aku harap bisa menjadi tempatku bersandar, tempatku beristirahat, nyatanya direbut dan diambil oleh Agung." "Saya tahu perasaan kamu, tapi semua sudah terlanjur tidak ada yang bisa kamu lakukan sekarang, yang harus kamu lakukan adalah menata hidup kamu kembali, jangan pikirkan manusia-manusia yang hanya merugikan kamu. Tata kembali perasaan kamu, tata kembali hidup kamu. Jika kamu nantinya sudah dapat menerima segalanya artinya kamu bisa melanjutkan hidup." "Aku ucapkan terima kasih karena kamu sudah mau membiarkanku tinggal di sini, aku janji tidak akan tinggal percuma di rumah ini, aku akan memasak untuk kamu, aku akan membersihkan apartemen kamu dan aku bisa mencuci, anggap saja itu adalah sesuatu yang harus aku lakukan karena telah mendapatkan kebaikan dari kamu." "Terserah kamu, apapun yang ingin kamu lakukan itu terserah, saya tidak akan melarang kamu," sambung Gamaliel. Gamaliel merasa aneh pada perasaannya, ia benar-benar merasa bahwa ia harus menolong Adrena karena Adrena adalah wanita yang kehilangan segalanya hanya karena percaya kepada satu pria. "Ya sudah kalau kamu sudah setuju tinggal di sini, saya harus berangkat kerja anggap saja apartemen sendiri tidak perlu ragu untuk melakukan apapun dan jika kamu butuh bantuan jangan sungkan. Saya pasti akan melakukannya," kata Gamaliel bangkit dari duduknya. Adrena menganggukkan kepala dan tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD