Bab 22. Masa Lalu Prisha 10

1566 Words

# Suara tamparan memenuhi seluruh ruangan itu. “Wanita hina tidak tahu di untung! Berani-beraninya kau memberikan kesaksian untuk memberatkan suamimu sendiri! Apa kau sadar dengan yang sudah kau lakukan?! Demi anak cacat itu dan kau malah ingin menjadi musuh dari suami dan keluarga ini!” bentak Tuan Rakesha. Darah mengalir di sudut bibir Prisha. Dia sudah terlalu terbiasa dihina atau ditampar oleh ibu mertuanya tapi ini pertama kalinya dia ditampar oleh Tuan besar Rakesha sendiri. Meski begitu, tidak sedikit pun terlihat rasa gentar di wajah Prisha. “Hanya?” tanya Prisha dengan tatapan penuh kekecewaan. “Yang Anda bilang ‘hanya’ anak cacat itu adalah cucu Anda juga. Darah daging Anda sendiri dan sekarang dia sudah tidak ada lagi. Seharusnya saat ini aku ada di sisinya dan berduka d

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD