"Kamu kenapa? Ada yang lagi kamu pikirin?" Aku tersenyum ketika Pras menyentuh keningku, lalu aku menepis perlahan tangannya. Aneh saja, belum bisa rasanya menerima sentuhan fisik dari lelaki lain walau hanya sekedar usapan di kepala. "Enggak kenapa-napa." "Beneran? Dari tadi banyak diam aja. Kayak orang enggak bersemangat gitu. Ada masalah dengan kerjaan atau lainnya?" "Enggak, kok. Mungkin aku agak kecapean aja." Maaf, aku bohong... Sejak seminggu, pikiranku kacau. Lebih tepatnya setelah berciuman dengan Dikta. Kenapa aku menyebutnya berciuman, bukannya dicium? Karena aku pun juga balas menciumnya juga. Tidak diam saja dicium olehnya. Aku bisa merasakan bagaimana lelaki Dikta yang seolah tengah menyampaikan perasaannya, begitu juga denganku yang sampai memejamkan mata menikmati ci