Zela di rusak Jayden?

1081 Words
Zela menahan langkahnya, bekas hujan membuat rumput yang di pijaknya basah dan kotor. Zela tidak nyaman. "Jayden." teriak Zela dengan lembut nan manja khasnya. Zela memutuskan berteriak dari pada menghampiri pintu yang terlihat seperti pintu gudang itu. Jayden yang tengah berbincang di dalam gudang pun menoleh, merasa tidak mungkin Zela di sekitar sini dan merasa tidak mungkin tahu dirinya di sini. Jayden berdecak marah, merasa tumben Naura membawa Zela ke sini pikirnya emosi. "Bahas nanti di grup chat." Jayden berkata dengan terus membawa langkahnya meninggalkan gudang. Hasan tersenyum kecil."Jayden kalau kehilangan Zela pasti gila ya, Gas?" tanyanya dengan menyenggol pelan bahu Bagas. "Hm, engga kebayang kalau keduanya di pisahin." Bagas menyesap lagi rokoknya untuk yang terakhir lalu setelahnya bergegas memakai minyak wangi guna menghilangkan jejak. *** Jayden berdiri di depan Zela yang kini melempar senyum yang lucunya tidak pernah berubah itu. Jayden mencari keberadaan Naura."Sendirian ke sini?" tanya Jayden dengan tatapan menghunus tajam mata Zela yang mulai meredup takut. Zela menyentuh lengan Jayden yang jemarinya kini berada dalam saku celana."Zela nunggu Jayden engga muncul - muncul, makanya Zela susul ke sini." akunya dengan gugup. "Gue tanya! Lo sendiri ke sini?!" setiap katanya begitu penuh penekanan, emosinya kembali tersulut. Zela menarik tangannya lalu menunduk."Iyah." cicitnya lirih. Jayden memejamkan matanya, kepalanya mendongkak menahan emosinya. Di tatapnya lagi Zela yang masih menunduk itu. "Sadar apa yang kamu lakuin Zela?" geram Jayden tertahan."gimana kalau ada yang jailin kamu dan kurung kamu atau bahkan perkosa kamu di gudang sebrang Ha?!" bentaknya di akhir. Bagas dan Hasan bergegas menghampiri Jayden agar mengatur emosinya. "Jayden, udah, tahan emosi lo." Bagas menepuk punggung Jayden beberapa kali. Zela meremas tangannya yang bergetar, matanya yang basah dengan susah payah Zela tahan. "Lo berdua pergi! Gue mau hukum dulu dia!" di tariknya tangan Zela, di seret kasar menuju gudang. "Jayden!" tahan Hasan maupun Bagas. "Lo berdua pergi!" bentak Jayden sebelum menutup pintu. *** Jayden berjongkok, meremas rambutnya dengan terus berusaha meredam emosinya. Zela masih terisak di sebrangnya. Zela merasa sakit lagi hatinya, Jayden membentaknya dan terus mengeluarkan u*****n dan kalimat kasar lainnya. "Sayang." Jayden berdiri, meraih tubuh rapuh itu lalu mengangkatnya agar duduk di meja tidak terpakai itu."lain kali jangan pergi sendiri, dunia ini terlalu kejam buat kamu." lanjutnya dengan suara melembut. "Zela udah besar Jayden, kenapa masih perlakuin Zela kayak anak kecil, kata - kata Jayden tadi bikin Zela takut sama sakit hati." akunya dengan tersedu - sedu. "Hm, kamu udah besar dan aku pasti bikin kamu sakit, kata - kata aku emang berlebihan, aku salah.." Jayden menyeka air mata dan merapihkan rambut Zela. "Zela engga mau ngerepotin Naura terus." akunya dengan begitu manja. "Tapi tetep, sebelum kamu 25 tahun, kamu engga boleh sendirian, ini yang terakhir ya, sayang?" di usapnya kepala Zela dengan sebelah tangan membelit di pinggang Zela. Zela mengangguk, mencoba menghentikan tangisannya. "Zela takut Jayden marah kayak tadi, kenapa Jayden selalu marah, Zela takut." Jayden juga tidak mengerti pada dirinya sendiri, rasa khawatirnya kenapa harus di salurkan dengan cara emosi. Jayden mencuri kecupan di pipi Zela lalu menggendongnya agar turun."Kita ke kelas." ajaknya. *** Zela dan Naura sudah berada di kantin, di susul kehadiran Bagas, Hasan dan Jayden yang kini duduk di samping Zela. "Makan!" perintahnya tanpa menatap Zela yang masih menatap Jayden. Jayden menatap Zela."Makan!" geramnya. Zela menekuk bibirnya, Jayden kembali berubah. Jayden mengusap pinggang Zela sebagai permintaan maafnya, Zela yang murung kini menatap Jayden. "Makan." kali ini Jayden berujar lebih lembut. Melihat keduanya, Bagas dan Hasan hanya tersenyum kecil. Jayden dengan gengsi dan emosinya. Padahal mesra pun Bagas dan Hasan tidak akan mengoloknya. "Dasar bunglon." dumel Naura yang membuat Jayden meliriknya tajam sekilas. "Jayden engga pesen makan? Mau berdua sama Zela." tawarnya dengan lugu. Jayden berdehem pelan, merasa malu karena di saksikan Bagas, Hasan dan Naura. "Nanti pesen, makan." balasnya acuh tak acuh. "Kalian ini pacaran engga sih?" tanya Hasan penasaran. "Engga, Zela masih belum pantes pacaran." jawab Jayden seraya memainkan ponselnya. "Udah 17 tahun Zela itu Jayden!" Naura tampak tidak terima. "Ya terus?!" balas Jayden tersulut. "Lepasin Zela, dia butuh kehidupan layaknya seusia dia! Pacaran, kenal cowok—" "Dan rusak karena cowok itu?" potong Jayden dengan emosi. Naura diam dengan menggeram pelan, dengan Jayden benar - benar tidak cocok. Naura selalu di buat emosi. "Lebih baik gue yang rusak dia! Sampe kapan pun engga akan gue lepas ke orang lain!" tambah Jayden dengan serius dan penuh penekanan. Bagas dan Hasan kembali tersenyum, tanpa sadar Jayden mengakui Zela sangat berarti. Biasanya Jayden jika di tanya soal Zela pasti menjelaskannya begini : 'Gue udah biasa jaga dia dari bocah sampe sekarang, makanya gue kayak gini' selalu saja itu. Zela memberengut sedih."Zela di rusak? Kayak barang gitu?" tanyanya polos."Zela bisa meninggal dong Jayden." lanjutnya takut. Jayden menarik nafasnya kasar, malas menjelaskan! Moodnya hancur gara - gara Naura. "Gue ke kelas." pamit Jayden yang membuat Zela memutuskan untuk ikut. "Jangan rusak Zela, Zela janji akan nurut sama Jayden." kaki pendeknya terus mengikuti Jayden. "Engga nurut, nanti aku rusak." balasnya datar. Hasan, Bagas dan Naura hanya memandang kepergian mereka dengan pemikiran yang berbeda. Hasan terlihat senang karena Zela di jaga begitu baik oleh Jayden, Bagas terlihat geli melihat kelakuan Jayden dan Naura terlihat marah melihat Jayden menguasai sahabat terbaiknya itu. *** Jayden melempar tasnya asal, membuka seragamnya dengan langkah terus terayun menuju kamar mandi. Zela sudah membuatnya tegang, jadi sepertinya Jayden harus berusaha sendiri. Jayden malam ini akan keluar, dia butuh pelepasan biologisnya. Kebetulan malam sekarang, sepupu Bagas akan mengadakan pesta yang biasanya menghadirkan perempuan bayaran. Usia Jayden beberapa minggu lagi 18 tahun dan sebentar lagi juga akan segera lulus. Jayden tidak sabar untuk mengikat Zela agar tidak usah jajan di luar. Kalau saja dia tidak mengikuti rasa penasarannya dulu, mungkin dia tidak akan ketagihan seperti ini. Zela melangkah masuk menuju kamar Jayden, suara air di kamar mandi membuat Zela menarik lagi kakinya keluar. Zela akan menunggu di ruang keluarga. Tak lama Jayden turun dengan rambut setengah basah, tatapannya jatuh pada Zela yang meringkuk di sofa seperti kesakitan. "Jayden." rengek Zela saat melihat Jayden berdiri di sampingnya. Jayden menyingkirkan rambut Zela yang menghalangi wajahnya yang ternyata pucat. Selalu saja begini, semenjak Zela datang bulan gadis itu selalu kesakitan. "Minum obat" Jayden beranjak. "Engga mau!" tolak Zela. "Jadi maunya di rusak?" Jayden mengusap leher Zela yang basah oleh keringat itu. "Zela masih mau hidup sama Jayden, jangan." mohonnya. Jayden menahan bibirnya yang berkedut hendak tertawa, Jayden rasanya ingin mengigit Zela yang begitu lugu itu. "Makan obatnya." Jayden memutuskan membawa obat dan selama perjalanan itu, senyumnya terus merekah. Zela sangat lucu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD