Mojok

1036 Words
"Kenapa sih Jay? Gue baru aja ngobrol sama Zela, lo udah mau ambil dia!" semprot Naura dengan menggebrak meja. Jayden mendengus."Suka - suka gue, pokoknya gue mau bawa Zela ke perpustakaan!" tegasnya. Naura merapatkan bibirnya dengan emosi."Ga bisa apa berbagi! Gue lagi curhat! Cuma sampe istirahat kok! Sedangkan elo bisa di rumah atau abis pulang!" teriaknya di akhir. Bagas menggeleng pelan, kedua manusia beda kelamin itu selalu saja merebutkan Zela pikirnya lelah sendiri. "Ga bisa, udah mending lo diem! Atau mau gue larang lo biar ga bisa deket sama Zela?" ancamnya serius. Zela menatap keduanya bergantian dengan gelisah."Kalian kok berantem? Zela takut nih sekarang." akunya gelisah. Jayden mendatarkan wajahnya, menuntun Zela menuju keluar kelas. Sedangkan Naura memukul angin saking kesalnya. Sebagian siswa - siswi yang ada dan melihat hanya menggeleng samar, sudah tak aneh lagi. "Jayden keperpustakaan mau pinjem buku?" tanyanya dengan menatap si tinggi Jayden itu. Jayden menunduk."Pengen mojok." bisiknya dengan senyum geli, Zela pasti tidak langsung paham. "Mojok?" gumam Zela."di pojok gitu? Baca bukunya?" tanyanya lugu. "Hm." respon Jayden. Malas menjelaskan, biar nanti saja langsung dengan tindakan. *** Jayden melilitkan tangannya di pinggang Zela, menyandarkan dagunya di bahu mungil Zela dengan mata ikut membaca buku yang di baca Zela. "Jayden lagi seneng ya?" tebak Zela dengan senyuman manis, mengintip wajah Jayden sekilas. Jayden mengangguk tanpa mengubah posisinya yang nyaman itu. Jayden memang sedang dalam mood baik, karena pelepasan biologisnya sudah di lepaskan semalam, selain itu kabar yang baru di dapatnya pun begitu membahagiakan. "Hm, seneng karena ciuman sama kamu waktu itu." akunya setengah berbisik dengan menatap rona yang kini perlahan muncul di kedua pipi Zela. Padahal sudah berlalu beberapa hari saat insiden ciuman pertama Zela itu. Mana mungkinkan bilang senang karena semalam melakukan seks panas dengan imajinasi Zela yang luar biasa nikmat. Soal kabar bahagia pun tidak bisa Jayden ungkapkan karena masih proses. "Zela malu tahu." aku Zela pelan dan tersipu. Jayden yang melihat itu sontak menggigit bibir bawahnya gemas, pesona Zela begitu bahaya pikirnya gelisah. "Jangan biarin orang sentuh kamu ya?" Jayden menegakan tubuhnya, mengusap kepala Zela sekilas. "Engga, cuma Jayden!" yakinnya setengah berbisik namun masih terdengar riangnya. "Bagus!" di raihnya kepala Zela, di peluknya sekilas sebelum kembali ke posisi nyamannya. Pelukan dari samping itu membuat Zela menghangat, rasanya Jayden begitu dekat dan tidak jauh dari jangkauannya. Jayden melepas pelukannya saat matanya menangkap guru di sela - sela rak buku itu, kalau ketahuan bisa di hukum. Jayden meraih buku asal, dengan cepat membuka dan membacanya. "Kenapa?" tanya Zela kebingungan dengan reaksi Jayden. "Ck! Ada guru!" geramnya tertahan karena takutnya guru itu menghampirinya dan bertanya - tanya karena berisik. Zela menekuk bibirnya, emosi Jayden kembali lagi pikirnya sebal. *** Jayden mengernyit, terik mata hari begitu menembus kulit. Jayden melirik barisan perempuan, Zela pun sama terlihat mengernyit karena kepanasan. Pemanasan olahraga kali ini benar - benar terasa panas. "Fokus!" tepuk Bagas pada punggung Jayden. Jayden mengalihkan tatapannya kembali ke depan, guru olahraganya pun sama mengernyit ah ralat! Semua orang mengernyit. "Kita berteduh!" putus sang guru, mengakhiri pemanasannya. Jayden membawa langkahnya ke arah Zela yang di rangkul Naura. Jayden meraih pinggang Zela sekilas, mengambil alihnya dari Naura. "Panas?" tanya Jayden dengan tangan mengusap keringat di pelipis dan poni Zela yang basah. "Iyah, Jayden juga keringetan gini." Zela hendak mengusap keringat itu, namun Jayden menjauh. Alasannya dia tidak mau Zela terkena olok - olok anak - anak yang menyukainya, cukup Jayden yang bertindak jika di sekolah. "Ambil dulu minum." pamit Jayden dengan berlari pelan menuju tempat botol airnya berada. Naura mendengus, kembali merangkul Zela lagi lalu mulai melanjutkan ceritanya soal kedekatannya dengan Zevan, yang sekolah di sekolah sebrang. "Gue jodohin ya sama temennya, Zevan." "Jayden pasti marah, katanya engga boleh pacaran." Zela menolak dengan serius, Zela tidak akan membangkang kemauan Jayden. "Aelah! Soal Jayden gampang, asal jangan ketauan." Naura menjentrikan jemarinya, seolah itu perkara mudah. Naura memekik dengan mendongkak kaget saat merasakan rambutnya di tarik ke belakang. "Ah! Sial!" umpatnya dengan berbalik menatap si pelaku. "Jangan racun Zela sama ucapan lo yang engga ada manfaatnya! Zela engga akan gue biarin pacaran sama orang lain selain gue!" tegas Jayden dengan menunjuk wajah Naura penuh peringatan. Naura hendak melawan namun untungnya Bagas menahannya dan menyuruhnya untuk segera berbaris sesuai urutan absen. Hari ini olahraganya di tempat teduh, hanya melakukan yoga pemula. Olah raganya pun pasti tidak akan lama. "Nih airnya." Jayden memberi botol itu pada Zela. "Kenapa di jambak Nauranya?" tanya Zela tidak suka. "Jadi mau coba saran dia?" geram Jayden dengan suara pelan di depan wajah Zela. "Bukan." Zela menunduk seraya mengambil tempat sesuai absen. "Awas aja kalau berani, aku rusak ya! Serius!" bisik Jayden sebelum mencari tempatnya. Zela melirik Jayden sekilas dengan takut."Zela masih mau hidup, kenapa Jayden bilang mau rusak Zela terus, Jayden mau Zela meninggal ya?" gumamnya sedih. *** "Zela itu udah besar Jayden, harusnya lo arahin dia, ajarin dia soal kehidupan, jangan di buat semakin polos." Arif mematikan rokoknya."umur engga ada yang tahu, lo engga bisa selamanya di samping Zela, engga ada yang tahu ke depannya." lanjutnya serius. Arif sangat khawatir pada Zela karena melihatnya seperti melihat adiknya. "Gue tahu, pelan - pelan gue ajarin dia." balas Jayden acuh. "Sekarang di mana Zela?" tanya Arif dengan mengedarkan pandangannya."perasaan ngikut lo barusan." lanjutnya. "Tidur di mobil." "Terus lo biarin? b**o!" semprot Arif dengan tidak percaya. Jayden beranjak."Mau pulang ini juga, bawel lo!" balasnya tak santai. "Ye! Nyolot lo, sana - sana jagain Zelanya, jangan lupa pesan gue." Arif kembali menyalakan rokoknya. "Iyah elah, bawel dasar." gerutu Jayden seraya berlalu. Jayden menghentikan langkahnya, dia bisa melihat kalau Zela masih terlelap, gadis itu kalau tidur semakin lucu. Rasanya Jayden semakin tidak bisa melepaskan gadis itu untuk orang lain. "Gue harus lepas lo dan bikin lo belajar soal kehidupan? Apa gue bisa? Ah ralat! Apa lo bisa?" gumamnya berat hati. Jayden mengayunkan lagi kakinya, membuka pintu mobil, memasang sabuk pengaman lalu mulai menyalakan mesin. "Jayden." panggil Zela dengan perlahan matanya terbuka."Zela lapar." lanjutnya Jayden diam, mungkin sudah saatnya Zela belajar memasak. Benar kata Arif, tidak selamanya dia bisa memasak makanan untuk Zela. "Kita belanja bahan makanan." Jayden mengusap kepala Zela lalu mulai melajukan mobilnya."kamu harus belajar masak, sayang." lanjutnya yang membuat Zela cemberut. "Zela engga bisa." "Makanya belajar sekarang." balas Jayden dengan berusaha tegas, ini demi kebaikan Zela.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD