Telur Jayden

1000 Words
Zela memandang Jayden meminta pertolongan, Jayden berdecak seraya beranjak dan berdiri di samping Zela. "Nanti kalau tangan Zela keiris gimana?" tanyaya sendu nan manja. "Kalo keiris ya berdarah, sayang." jawab Jayden santai, diraihnya tangan Zela."aku tuntun." putusnya seraya berpindah posisi menjadi di belakang Zela. "Zela takut.." rengeknya hampir berkaca - kaca."pisaunya besar banget." lanjutnya seperti ingin menangis. "Percaya sama aku, ini engga akan lukain kamu kalau kamu hati - hati, makanya fokus jangan liat aku." Jayden mencoba sabar, emosinya terus Jayden telan. Zela mengangguk, mencoba mengikuti gerak Jayden yang kini tangannya ikut menggenggam tangan Zela dan pisau. "Ah.." pekik Zela setiap pisau itu berhasil memotong wortel."Ah Jayden." lirih Zela dengan pandangan kini menatap Jayden memohon ingin berhenti. Jayden berhenti sejenak, pekikan Zela malah membuat otak kotornya yang tidur kini terbangun. "Kalau kamu bersuara, itu tandanya kamu engga fokus!" jengkel Jayden. "Zela takut.." Jayden memejamkan matanya sesaat guna mengenyahkan pemikiran kotornya yang ingin menerjang Zela di dapur. "Kamu mau terus sama aku?" tanya Jayden dengan sabar. Zela mengangguk dengan yakin. "Mau jadi istri aku?" tanya Jayden dengan usapan pelan di bahu dan lengan Zela. Zela mengangguk malu - malu. "Syaratnya jadi seorang istri yang baik kamu tahu?" Jayden menyelipkan rambut Zela yang nakal keluar dari ikatan ke telinganya. Zela mengangguk pelan. "Apa?" tanya Jayden dengan memegang pinggang Zela. "Setia, mencintai suaminya, nurut juga kayak Zela ke Jayden." Zela menunduk malu. Jayden mengecup puncak kepala Zela."Syarat lain, masih banyak ternyata kamu engga tahunya." "Apa?" tanya Zela penasaran. "Salah satunya ya ini, masak." tunjuknya pada sebagian wortel yang telah di iris itu. Zela memberengut sedih."Bunda Zela engga pernah masak." kepalanya menunduk. "Dan bunda pisahkan sama ayah?" Jayden sebenarnya tidak bermaksud menyinggung ke sana tapi ya mau bagaimana lagi, sudah terlanjur. Zela mengangguk."Zela engga mau pisah sama Jayden." akunya tulus namun masih menunduk. "Makanya, belajar semua yang aku suruh ya, sayang?" Jayden mengangkat wajah Zela. Zela mengangguk, Zela tidak mau merusak mood Jayden agar Jayden tidak emosian. *** Jayden membiarkan Zela dengan kesibukannya yang berlalu lalang dan bolak - balik itu. Jayden hanya fokus pada acara sepak bola di depannya. "Jayden, Zela beli alat buat keritingin rambut tapi kok ga ada sekarang?" Zela berdiri di depan Jayden, menghalangi pandang Jayden. "Mau tahu?" senyum usil Jayden ciptakan samar. "Iyah, Zela sampe cape carinya." rengeknya manja. Jayden menepuk pahanya."Duduk, nanti di bisikin." perintahnya santai. Zela hanya menurut tanpa berpikiran kotor, sedangkan Jayden melenguh samar saat Zela menduduki pusakanya tanpa perasaan. "Bukan sofa loh ini, sayang." geram Jayden dengan tangan melilit hingga punggung Zela. "Sakit ya pahanya? Maaf." sesal Zela sendu. "Ga papa.." Jayden mengusap bibir Zela dengan jempolnya sekilas lalu menggantinya dengan bibir cukup lama. Zela merona, saking malunya Zela memeluk leher Jayden untuk bersembunyi. Jayden memejamkan matanya saat pergerakan Zela kembali menyentuh pusakanya. "Kok gitu lagi, malu tahu." bisik Zela. Jayden mengurai pelukannya."Kok malu? Bukannya kamu mau terus sama aku? Itu tandanya kamu harus siap terima ungkapan kasih sayang kayak gitu." jelasnya dengan mencuri kecupan lain di pipi Zela. Zela diam, mengerjap pelan. Jelas sekali Zela tengah memikirkan sesuatu. Jayden hendak bersuara namun urung saat Zela lebih dulu mencium bibirnya walau sekilas. Jayden berdebar, bibir yang tadi bersentuhan kini merekah dengan senyum yang malu - malu. "Kasih sayang, Zela." ungkap Zela dengan binar senang. Jayden tersenyum tipis, membalik Zela hingga rebahan di sofa itu. Jayden beranjak."Aku ke kamar mandi dulu." pamitnya tanpa berbalik, Jayden menyembunyikan miliknya yang mengembung di celana. Dasar, burung gampangan umpatnya dalam hati. Jayden pasrah berlama - lama di kamar mandi, dari pada menyentuh Zela. *** Zela memegang spatula dengan was - was, katanya Jayden ingin telur mata sapi jadi Zela harus bisa menggorengnya. "Jayden ini balikinnya gimana?" lagi Zela terlihat ingin menangis. Zela menguatkan dirinya untuk terus berjuang demi bisa bersama Jayden. Zela meyakinkan diri untuk tidak menyerah demi masa depannya bersama Jayden kelak. "Balikin pake spatula sayang, gunain insting kamu." gemas Jayden seraya menghampiri Zela guna menyelamatkan telor di atas wajan yang seperti akan gosong itu. Jayden menggenggam tangan Zela yang memegang spatula itu lalu menuntunnya dengan hati - hati. "Ah kecipratan minyak Jayden." manja Zela dengan mata merebak basah. Jayden menahan emosinya, padahal tidak kena pun Zela begitu heboh. "Perasaan kamu aja, cipratan minyaknya engga sampe kena kamu kok." Jayden kembali menghela nafas, berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak emosi. Zela pokoknya harus bisa dan terbiasa masak. Zela menatap telor yang sebagian gosong itu dengan mengerjap pelan, merasa ada perasaan senang saat bisa membaliknya walau di bantu Jayden. *** "Telor Jayden biar Zela makan ya.." Zela meraih telor dalam piring itu dengan berbinar. Jayden memejamkan matanya, pikirannya begitu kotor. Sialan memang."Jangan.." larangnya dengan lelah, lelah karena pemikirannya yang menggila. "Kenapa?" Jayden meraih kembali piringnya."Ini buatan kamu yang pertama, aku mau coba.." Jayden menepuk sampingnya."duduk di sini, sayang.." perintahnya dengan senyum tipis. Zela bergegas duduk dengan berharap telornya bisa terpakai oleh lidah Jayden. "Aku coba." Jayden memotongnya lalu memakannya dengan menilai rasanya, Jayden mangut - mangut."cuma gosong aja sebagian, kamu hebat taburin garamnya engga kebanyakan." pujinya tulus. Zela tersenyum senang dan tersipu, perasaannya begitu membuncah bahagia. Pujian sederhana begitu saja sudah membuat Zela sangat bahagia. "Makasih, semua berkat Jayden.." Jayden menunjuk bibirnya."Kasih sayangnya mana?" pintanya dengan tatapan lembut. Zela mendekat malu - malu lalu mengecup bibir Jayden sekilas."Kasih sayang, Zela." ucapnya. "Aku terima kasih sayangnya, giliran aku.. Sini.." Jayden meraih wajah Zela lalu mengulum bibirnya dengan lembut, biasanya menempel kini Jayden bergerak pelan. Zela mendorong pelan Jayden hingga pagutannya terlepas."Kenapa bibir Zela dimakan?" tanyanya ngeri. "Itu bukan dimakan.." geram Jayden seraya kembali menarik wajah Zela."ini juga bentuk kasih sayang." lanjutnya sebelum kembali menyesap dan melumat bibir Zela hingga bengkak. Jayden melepaskan pagutannya dengan terengah, di usapnya bibir basah Zela dengan senyum tipis. Membelainya lembut dengan hati - hati, seolah kasar saja sedikit maka dia akan melukainya. Perempuan terkasihnya. "Perut Zela kayak ada kupu - kupu, Jayden." aku Zela dengan nafas sedikit masih terengah. Jayden memeluk Zela, kasih sayangnya untuk Zela semakin tidak terkendali. Jayden begitu jatuh sejatuh - jatuhnya kedalam kubangan pesona dan cinta milik Zela, rasanya Jayden tidak bisa selamat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD