Terjadinya Kesalahan

1063 Words
"Zela engga mau, masa udah malem gini Jayden keluar, balapan lagi ya?" tanya Zela sedih. Hanya Jayden yang mau berada di sampingnya, keluarga besarnya terlalu jauh dan keluarga satu - satunya pun tidak peduli keadaannya bahkan saat sakit pun tidak datang karena alasan pekerjaan. Jayden laki - laki yang hendak 18 tahun, di zaman sekarang yang begitu bebas membuatnya biasa menyalurkan kebutuhan biologisnya tanpa merusak gadis baik - baik. Jayden butuh dan juga dia tetap menjamin kesehatannya agar bisa menikah dengan Zela dan tidak membawa penyakit. "Sebentar, jam 2 pagi pulang." nego Jayden. Zela menunduk."Kenapa harus balapan, atau bener kata Karina?" Jayden memejamkan matanya sesaat."Kenapa sama dia?!" amuk Jayden saat kesabarannya hilang. "Ketemu sebelum pulang sama Naura.." akunya tanpa di tutup - tutupi."katanya Jayden sering tidur sama perempuan, kenapa engga sama Zela aja? Karena manja?" tanyanya dengan sedih dan lugu. Jayden memijat pelipisnya, Zela sungguh tidak mengerti maksud dari tidur itu. Jayden rasanya bisa lupa diri kalau begini, biologi Zela begitu buruk. "Tidurnya engga pake baju, emangnya mau?" suara Jayden meninggi saking geramnya dengan pemikiran gilanya saat ini. "Jadi Jayden liat perempuan lain telanjang? Terus tidur bareng?" tanyanya semakin sedih. 'Bukan hanya telanjang Zelaku, sayang' batin Jayden gerah sendiri. "Tapi Zela malu, apa harus gitu biar bisa terus tidur sama Jayden?" tanya Zela dengan menatap mata Jayden yang tidak terbaca. Jayden menelan ludah, berusaha menyadarkan kesadarannya. Selama ini dia sudah hebat, jangan sampai malam ini dia lepas kendali. "Zela mau, jangan tidur sama yang lain." Runtuh sudah, di tambah Jayden sudah hampir satu bulan menahan dan tidak di salurkan. *** Jayden terus di ombang - ambing, pikirannya terus beradu antara baik dan buruk. Jayden mencoba menarik nafas, memikirkan semuanya yang kini buyar saat Zela bilang. "Zela udah engga di baju, Jayden." Jayden mengepalkan tangannya."Masuk selimut, Zela." suaranya memberat. Jayden belum berani berbalik untuk menatap Zela. Kasur yang di duduki Jayden bergoyang pelan, tanda kalau Zela masuk ke dalam selimut. "Zela malu.." cicitnya dengan gugup. Jayden berbalik, menatap Zela yang hanya terlihat kepalanya saja karena di balut selimut. "Aku keluar ya? Cuma sampai jam 2, sayang.." di usapnya kepala Zela, mata Jayden telihat lelah. Pikirannya terlalu aktif berpikir. Tangan Zela keluar meraih tangan Jayden membuat sebelah bahu Zela jelas terlihat, putih seperti bayi. Jayden menelan ludah. "Tidurnya sakit sayang, kamu bisa nangis." "Zela emang suka nangis, engga papa.." Zela masih tidak sejalan dengan maksud Jayden. Jayden menarik nafas panjang, dengan gelap akhirnya keyakinan itu datang. Jayden melepas jaket dan semua yang melekat di tubuhnya. Zela memejamkan mata, mungkin Jayden akan malu jika dia melihatnya pikir Zela polos. Zela menahan nafas seraya perlahan membuka matanya saat Jayden memeluknya di dalam selimut, bahkan kini Zela merasakan lehernya mulai basah karena Jayden. "Ge-geli Jayden.." Zela menggeliat gelisah, apalagi saat Jayden mengecup telinganya. Jayden menatap Zela dengan kilat tak biasa, sentuhan kulitnya dengan Zela begitu membuatnya terbakar. Panas. "Kamu mau aku terus tidur di samping kamukan? Mau terus bareng - bareng?" suara Jayden semakin berat, jakunnya yang terbentuk kian sempurna itu terlihat naik turun kala air ludahnya Jayden telan. Zela langsung mengangguk, Jayden dunianya. Zela hanya ingin bersama Jayden. Pikirnya lugu. "Jangan tolak apapun, kamu cuma terima yang aku lakuin, ini cara aku tidur." Zela mengangguk, senyum polos dia terbitkan. Senang rasanya bisa terus bersama Jayden. Jayden mendekat, mengecup bibir Zela dengan perlahan namun pasti. Selama ini Jayden begitu luar biasa bisa menahannya untuk tidak seperti ini. Kehebatannya harus pupus karena saat ini dia melewati batas. Zela yang ingat kata - kata Jayden hanya diam, menerima rasa baru yang di rasakannya. Zela merasakan aneh di tubuhnya saat Jayden menyentuh apapun ya ada padanya yang berada di bawah kukungan Jayden dan selimut. Zela merasa geli sekaligus merasa seperti banyak kupu - kupu di perutnya. Dia merasa terbang. Ciuman Jayden merambat dan terus merambat, mata Zela perlahan sayu, Jayden merasakan kelembutan di mulutnya dan juga pertama kalinya dia melihat milik Zela yang tumbuh dengan baik. "Em, ge-geli Jayden.." Zela merasa aneh dengan suaranya. Nafasnya bahkan terasa kian memburu, Zela merasa wajahnya memanas dan jantungnya berdebar tak karuan. Zela menggeliat pelan saat merasakan perutnya di kecup, Zela tidak bisa melihat Jayden yang masuk ke dalam selimutnya itu. Semua rasa baru begitu menjeratnya. Suaranya melirih, mengeluarkan suara yang Zela rasa sungguh aneh. Zela sulit rasanya menjelaskan semua rasa yang dirasakannya kini. Zela merapatkan kakinya saat ciuman Jayden semakin ke bawah dan kini di pahanya, Zela meraih apapun di dalam selimutnya. Meminta Jayden agar berhenti dan naik. Zela malu. "Ja-jayden.." tubuhnya kembali menggeliat, nafas Jayden terasa menerpa pahanya, kecupan di sekitar pahanya membuat Zela aneh. Zela memejamkan matanya, lupa dengan rasa malunya. Rasa yang di berikan Jayden sangat baru dan nikmat? Lagi - lagi tidak bisa di jelaskan. Zela tersentak pelan, geli, pokoknya rasa yang tidak bisa di jelaskan, sungguh gila. Zela semakin menggeliat tak karuan, namun Jayden tahan dengan kedua tangan. Zela semakin tak karuan, tubuhnya yang sensitif terus menggeliat."Jayden, udah.." mohonnya dengan suara tertahan. Zela merasa semakin aneh."mau pipis, mau pipis dulu.." Zela semakin melirih. Jayden semakin aktif, benar - benar sudah tidak bisa lagi mundur. Jayden sudah di gelapi gairahnya yang selama ini di tahan. Zela menggeleng kuat, sesuatu yang seperti akan meledak mulai menyapanya. "Aku mau pipis Jayden, Jayden tolong udah.." Zela semakin menggeliat dan detik berikutnya melayang, rasa yang hebat, Zela menggigit jemarinya dengan mata terpejam. Jayden kembali naik dengan menatap Zela yang tengah menikmati pelepasannya untuk yang pertama kali, wajah Zela dan reaksinya saat menikmati getaran itu membuat Jayden tak lepas memandang Zela dan merekamnya dengan baik. Wajah Zela yang memerah, mata sayu, membuat Jayden gemas sekaligus b*******h. Jayden meraih tangan Zela, mengecup jemarinya sekilas sebelum kembali meraih bibir Zela walau masih tidak di balas Zela. Jayden akan memulainya sebentar lagi, Zela harus tenang dulu. Rasanya pasti baru untuk Zela. "Tidurnya.." suara Zela masih pelan, denyut dan rasa baru di sana masih terasa, membuatnya tidak bisa berpikir. "Makanya aku engga mau sering tidur sama kamu, gini cara aku tidur." di kecupnya pipi Zela."tahan hm, peluk aku, ini engga akan lama.." bisik Jayden seraya mencoba menerobos pertahanan Zela yang sangat sulit. Zela memeluk Jayden dengan meringis, Zela hendak mendorong dan menolak namun rengkuhan Jayden membuatnya kesulitan. "Sakit Jayden, punya Zela sakit." Zela berusaha menolak. "Stt.. Kamu mau terus sama akukan?" Zela diam sesaat sebelum mengangguk, mencoba menahan semuanya. Zela meremas kuat bahu Jayden dengan terisak manja. Malam singkat yang sangat membekas, itu yang Jayden rasakan sebelum penyesalan menyapa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD