Maya' POV
Aku terbangun di tempat tidur sempit di ruangan serba putih. Di depan ranjang kecil ini tampak sinar mata penuh kekhawatiran dari sosok mahasiswa baruku-Bill. Mengapa dia ada bersamaku? Aku ada di mana? Lalu di sampingku tampak seorang wanita muda berkacamata dan memakai jas dokter yang sedang tersenyum memandang diriku. Aku sepertinya ada di klinik. Bill yang membawaku di klinik, mungkin aku pingsan saat naik lift bersamanya menuju apartemenku. Pikirku merangkai potongan-potongan kejadian yang terlintas di otakku.
" Anda sudah sadar? Apa yang anda rasakan? Masih pusingkah? Anda sekarang ada di klinik universitas. Saya dokter Alma. " Kata wanita muda berjas dokter itu penuh perhatian.
Aku menggeleng " Apa yang terjadi ? "
" Anda pingsan dan Bill membawamu ke sini, kata Bill, anda ini dosennya. Dr. Maia?"
Aku menggangguk " Apa yang terjadi dengan saya , dok Kenapa saya bisa pingsan?" Tanyaku
" Bill, bisakah kamu keluar dulu, saya ingin berbicara empat mata dengan Dr. Maia." Kata dokter bernama Alma ini.
Bill memandangku untuk minta persetujuan, sinar mata kekhawatiran tidak hilang dari matanya yang bersorot cerdas. Dia pasti khawatir melihatku mendadak pingsan di lift dan rasa tanggung jawabnya sebagai mahasiswa yang melihat dosennya pingsan, membuatnya ragu untuk meninggalkanku.
" It's okay Bill. Aku sudah tidak apa-apa. Kalau kamu mau kembali ke apartemen duluan. Kembalilah."
" Saya akan kembali setelah Ibu selesai. Nanti kita kembali sama-sama saja, bagaimanapun kita ini tetanggaan. Saya akan tunggu di luar ruang klinik dan membiarkan kalian berdua berbicara." Kata Bill sopan.
Setelah Bill keluar dari ruang klinik kecil ini. Aku kembali bertanya pada dokter Alma " Apa ada penyakit berbahaya dalam tubuhku?"
Dokter Alma menggelengkan kepalanya " Kapan menstruasi anda yang terakhir ?" Pertanyaannya itu membuatku menjerit
"OH NO.. Aku hamil? Kenapa sekarang? Aku tidak bisa hamil sekarang? Aku tidak dalam kondisi bisa hamil saat ini?" Bibirku bergetar ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu " Sudah berapa bulan?" Aku lanjut bertanya.
" Saya akan menjawab satu persatu pertanyaan anda. Diagnosa saya mungkin anda hamil, karena denyut nadi anda , dua kali lebih cepat dari normal. Makanya saya tanya kapan menstruasi anda yang terakhir? Untuk pertanyaan terakhir, berapa bulan, tidak saya ketahui, karena itu memerlukan jawaban anda dari pertanyaan pertama saya tadi dan juga harus ada pemeriksaan lanjutan di dokter kandungan. Saya hanya dokter umum. " Kata dokter Alma dengan sistematis, dia dokter muda yang sangat pintar.
Aku menghela nafas, menahan gejolak hatiku dengan keadaan yang tidak aku inginkan. Bagaimana mungkin aku hamil, disaat aku dalam pelarian, memakai identitas palsu dari seseorang dan sedang di kejar pembunuh bayaran. Bisa membuat nyawaku selamat saja sudah merupakan tantangan, apalagi harus bertanggung jawab untuk nyawa bayi yang ada dalam kandungan.
" Apa yang harus aku lakukan?" Gumamku tanpa sadar.
" Saranku periksalah ke dokter kandungan atau jawab saja dulu, kapan terakhir anda menstruasi?" Kata dokter Alma.
" Menstruasiku tidak pernah teratur dan aku lupa kapan terakhir aku menstruasi. Tapi aku dalam kondisi tidak bisa hamil sekarang ini. Apa yang harus aku lakukan dok? Tanyaku dengan suara gemetar dan air mata bercucuran. Aku lupa kalau aku tidak boleh mempercayai siapapun. Kondisi ini terlalu berat untuk aku tanggung sendiri.
" Maaf ,kalau boleh tahu kenapa anda tidak bisa hamil saat ini." Pertanyaan dokter Alma membawaku kembali ke realita. Aku harus berbohong. Tidak ada yang bisa aku percayai.
"Aku.... Aku tidak bisa hamil saat ini, karena ..... karena terikat kontrak kerja, tidak boleh hamil sampai kontrak berakhir."
" Kontrak kerja dengan universitas ini?" Tanyanya lagi
Aku mengangguk pelan.
" Pemilik universitas ini adalah seorang wanita, saya percaya dia pasti akan memahami kalau anda menjelaskan padanya. Kehamilan ini bagimu pasti juga diluar ekspektasi . Saya melihat anda begitu terkejut ketika mendengar kemungkinan anda hamil. Supaya lebih pasti, periksalah segera ke dokter kandungan, jadi kalau usia kandungan anda sudah tiga bulan lebih, berarti sebelum usia kandungan anda memasuki usia 9 bulan, anda harus kembali ke negara asal anda untuk melahirkan, suami anda juga tentu tidak ingin anda melahirkan di negara lain." Kata dokter Alma.
Mendengar kata suami dari mulut dokter Alma, membuat tangisanku pecah. Aku dan Arya memang tidak pernah merencanakan punya anak, karena kami masih sangat sibuk dengan penelitianku. Kami berencana setelah penelitian, aku paparkan di World Water Forum , baru kami akan memikirkan untuk mempunyai anak. Selama ini kami mencegah kehamilan dengan melihat masa suburku yang bisa terpantau dari aplikasi Flo. Di aaat aku sedang subur dan kami ingin melakukan hubungan intim, Arya menggunakan kondom, tapi itu juga sangat jarang, karena kesibukan kami berdua, sebulan pun kadang kami tak pernah melakukan hubungan intim.
Teringat Arya , tangisku semakin keras. Aku tidak bisa menahan tangisanku antara binggung dengan apa yang harus aku lakukan dan sedih ketika mengingat Arya yang telah meninggal. Aku hanya bisa terus bergumam.
" Mengapa aku hamil sekarang? Situasinya sangat tidak tepat. Mengapa Arya meninggalkanku dan membuatku harus menghadapi hal ini sendirian?"
" Arya suami anda?" Tanya dokter Alma mengelus-elus bahuku untuk menenangkanku.
Aku mengangguk menahan rasa sakit di hatiku, kembali lupa kalau aku tidak boleh mempercayai siapapun , lalu aku berkata lirih pada dokter Alma " Arya telah meninggal. Dia meninggal untuk melindungiku dan sekarang aku hamil, bagaimana aku bisa melindungi anak ini? Apakah aku harus mengugurkannya?" Tangisku pecah tak terbendung ketika mengucapkan kalimat mengugurkan. Aku sedih harus mengugurkan janin ini, dia itu buah cintaku dengan Arya. tapi aku takut, tidak bisa melindunginya.
Tiba-tiba suara pintu klinik terbuka dan tampak Bill menerobos masuk dengan mata khawatirnya memandang diriku
" Dr. Maia Anda baik-baik saja ? Mengapa menangis sampai tersedu-sedu begitu ?" Tanyanya khawatir.
Aku menghapus air mataku, menggelengkan kepalaku dan berkata lirih " Maaf Bill, bisakah kamu tunggu di luar dulu? Ada yang harus aku bicarakan lebih lanjut dengan dokter Alma ."
" Ibu yakin?" Tanyanya dengan nada semakin khawatir.
Aku memandangnya dengan heran. Kenapa dia sangat peduli, kenapa nada penuh kekhawatiran terdengar dari suaranya?
"Yakin Bill. Tolong keluarlah."
" Baik, aku tetap akan menunggu di luar sampai anda selesai agar kita bisa kembali ke apartemen bersama-sama." Kata Bill dengan tegas
Bill menutup pintu ruang klinik. Dokter Alma berpaling padaku "Bill mahasiswa yang baik, dia tampak sangat khawatir dengan anda? Saat anda pingsan tadi, dia terus bertanya apa yang terjadi dengan anda, dia sampai jalan mondar-mandir seperti setrika saat saya memeriksa anda."
Mendengar perkataan dokter Alma aku hanya bisa menghela nafas panjang, otakku saat ini tidak bisa berpikir mengapa Bill kelihatan begitu khawatir. Aku hanya memikirkan bagaimana menyelesaikan persoalan kehamilanku ini.
" Dok, apakah kandunganku ini bisa kugugurkan?"
Mendengar aku mengulang pertanyaanku yang belum di jawabnya tadi . Dokter Alma tampak terdiam, lalu dengan suara lirih dia berkata " Di negara kami tidak mengijinkan aborsi dan kalau usia kandungan anda sudah lewat tiga bulan, sudah bahaya melakukan aborsi. Periksalah dulu ke dokter kandungan biar lebih pasti. Mungkin saja saya salah mendiagnosa"
" Di mana ada dokter kandungan?" Tanyaku linglung
" Di rumah sakit Eka yang di dekat pintu tol, di sana pasti ada dokter kandungan. Periksalah ke sana untuk mencari kepastian, setelah itu baru pikirkan langkah selanjutnya." Kata dokter Alma lembut.
Otakku berputar mencari penyelesaian terbaik.Aku tahu aku harus periksa ke dokter kandungan untuk mengetahui lebih pasti. Tapi kalau ke rumah sakit, aku pasti akan dimintai identitas diri dan aku tidak bisa memakai identitas palsu milik Dr. Maia Alfonso, karena pasti akan ketahuan. Rumah sakit pasti tahu, kalau aku bukan Maia Alfonso kerena data medis kami, golongan darah dan lain-lainnya pasti berbeda dan yang paling membuatku takut adalah diriku terlacak oleh para pembunuh yang hendak membunuhku. Apa yang harus aku lakukan? Aku harus meminta bantuan siapa?
Pikiranku terus berpacu, menyusun rencana. Haruskah aku mencari dokter yang bisa dipercaya, seseorang yang bisa menjaga rahasia? Tapi di mana aku menemukannya? Dan bagaimana aku bisa yakin mereka tidak akan membocorkan informasi ini?
Apakah aku harus minta bantuan dokter Alma atau minta bantuan pada Bill, mahasiswaku?