Menikah Lagi

1159 Words
"Saya terima nikah dan kawinnya Anna binti Ricard, dengan mas kawin tersebut tunai." Dengan satu tarikan nafas Raka berhasil melakukan ijab kabul, menyebutkan nama mempelai wanita beserta mahar dengan sangat lancar. Wajar saja ia bisa menyebutkannya dengan lancar karena ini bukanlah pernikahan pertamanya. Raka terpaksa menikahi wanita lain demi mendapatkan warisan Charles William untuk membalas dendam pada Brama dan membawa pulang istri dan juga anaknya. Namun, ada satu hal yang mengganjal pikiran dan sangat ingin ia tanyakan pada Ricard, karena ternyata ayah kandung Anna adalah Ricard. Apa ini semua hanya permainan Ricard atau ada hal lain? Entahlah ... yang pasti sekarang Raka sudah menjadi pewaris kekayaan Tuan Charles William itu artinya ia sudah menjadi orang terkaya di Indonesia. Tetapi pikirannya masih tertuju pada Ayana wanita yang ia nikahi tujuh tahun lalu, kini janji sucinya pada Ayana ia khianati. Ayana maafkan Mas, ini semua terpaksa Mas, lakukan untuk kita. Mas janji di hati Mas, cuma ada kamu, batinnya. "Bagaimana para saksi? Sah?" teriak penghulu. "Sah sah sah," teriak para saksi yang menyaksikan pernikahan Raka dan Anna. Raka memberanikan diri menatap wanita cantik yang duduk disebelahnya, walau matanya masih tertutup perban dia tetap terlihat cantik. Belum ada yang tahu apa operasinya berhasil atau tidak karena Dokter belum menyuruh Anna membuka perbannya. Anna terlihat sangat cantik ditengah keterbatasannya, usianya masih sangat muda yaitu 23 tahun mengingatkan Raka pada masa lalu saat ia menikahi Ayana dulu. Raka menikahi Ayana saat usianya baru 22 tahun. Ia terpaksa menikah muda karena Ayana sudah berbadan dua kala itu, dan ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya walau tanpa restu kedua orang tua Ayana. Dia tetap menikahi Ayana agar Ayana tak menggugurkan kandungannya saat itu. Setelah mendengar para saksi mengatakan sah Anna meraba-raba mencari tangan Raka untuk menciumnya, lalu Raka mengulurkan tangannya ke Anna. "Makasih, Mas," ucapan pertama kali yang keluar dari mulut Anna, suaranya terdengar sangat lembut dan merdu. "Sama-sama," sahut Raka pelan. "Selamat ya," Ricard mengulurkan tangannya, dengan cepat Raka menarik tangan Ricard membawanya ke tempat sepi untuk menanyakan apa sebenarnya tujuan Ricard. "Apa maksudmu melakukan semua ini? Apa benar pernikahan ini adalah permintaan terakhir Tuan Charles atau mungkin ini hanya akal-akalanmu saja!" Raka menegaskan pertanyaannya wajahnya terlihat sangat emosi. "Semua ini saya lakukan atas permintaan Tuan Charles sebelum beliau meninggal. Anna memang anak kandungku yang sudah dianggap cucu oleh Tuan Charles. Bukti kalau Tuan Charles sangat menyayangi Anna adalah donor mata yang dilakukan Tuan Charles sebelum ia meninggal dunia," terang Ricard sedikit gugup. Raka mencoba mempercayai Ricard, mau bagaimana lagi toh pernikahan ini sudah sah Anna sudah menjadi istrinya sekarang. Andai ia tahu dari awal, mungkin ia akan mencari cara lain untuk tetap bisa menjadi pewaris kekayaan Tuan Charles karena ini sama saja penipuan dan pemaksaan. "Sekarang Tuan Muda sudah resmi menjadi pewaris kekayaan Tuan Charles, semoga Tuan muda bisa menjalankan amanah Tuan Charles dengan sebaik-baiknya, segala fasilitas di rumah ini milik Tuan muda sekarang." Ricard tersenyum cerah lalu memeluk Raka dan menepuk pundaknya. Apa ini mimpi? Kalau benar hanya mimpi aku tak ingin cepat terbangun, Ayana kita kaya sekarang nggak akan ada yang menghina kita lagi, batinnya. "Aku tidak ingin tinggal di sini, aku ingin tetap tinggal dengan istri dan anakku. Sesuai perjanjian sebelum pernikahan, aku hanya akan mengunjungi Anna seminggu tiga kali," terang Raka mencoba mengulangi isi dalam surat perjanjian yang ia tanda tangani sebelum pernikahan. "Baik Tuan Muda, Saya mengerti." Ricard menundukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Raka. "Sayang, kamu sudah ganti baju?" tanya Ricard saat ia datang ke kamar pengantin. "Sudah Pa. Mas Raka di mana?" tanya Anna, yang sudah menghapus riasannya dibantu oleh para pelayan. "Dia ada di belakang sebentar lagi dia pasti kesini," jawab Ricard. Tak lama kemudian Raka datang dibawa oleh kepala pelayan, melihat Anna sudah tak memakai riasan lagi tetapi wajahnya masih terlihat sangat cantik. Namun, bagi Raka perempuan tercantik di hatinya hanyalah Ayana. "Tuan, sebaiknya kalian istirahat," titah Ricard sembari menutup pintu kamar meninggalkan pengantin baru di dalam. "Mas," sapa Anna sambil tersenyum manis walau belum pernah melihat Raka karena matanya masih dalam proses penyembuhan. Namun, ia sangat yakin lelaki pilihan kakek dan ayahnya adalah lelaki terbaik. "Maaf, tapi aku tidak akan menyentuhmu. Aku akan tidur di sofa." Raka melepas kepenatannya di atas sofa empuk yang berada di kamar. Sekarang ia sudah resmi menjadi orang kaya tetapi entah kenapa ia sama sekali tak merasa bahagia, justru ia merasa sangat bersalah pada Ayana dan juga Rion. "Aku, juga belum siap untuk melayani kamu Mas," sahut Anna pelan. Raka membuka matanya lalu duduk sambil memandangi Anna. Sejujurnya ia mengagumi kecantikan Anna dan juga merasa kasihan padanya karena harus menempatkannya diposisi seperti ini. Seharusnya ia bisa menikah dengan lelaki yang lebih baik yang tulus mencintainya, dan bukan suami orang seperti dirinya. Pagi hari pun tiba ... Raka terbangun dan langsung bergegas untuk menjemput Ayana dan Rion. Sesuai dengan perjanjian sebelumnya, Raka sudah mendapatkan rumah mewah untuk ditempati olehnya dan juga keluarganya. "Pagi Tuan Muda. Sebaiknya Anda sarapan dulu!" Kepala Pelayan menyambut Raka seperti seorang Raja. "Maaf, aku buru-buru lain kali kita sarapan sama-sama oke," sahut Raka. "Tuan Muda, ini kunci mobilnya." Ricard menyerahkan kunci mobil pada Raka. Raka sama sekali tak menyangka kunci mobil yang diberikan Ricard adalah kunci mobil sport mewah keluaran terbaru yang harganya mencapai lima miliyar. Dengan bangga Raka menaiki mobilnya menuju rumah orang tua Ayana, kini ia sudah menjadi orang kaya raya dan akan membungkam semua mulut orang yang pernah menghinanya dengan dollar bukan lagi dengan rupiah. "Ayana, Rion, ayo kita pulang!" seru Raka setelah ia berada di halaman rumah orang tua Ayana. "Eh, apa-apaan kamu! Kan saya sudah bilang jangan berani kesini lagi, Ayana dan Rion tidak akan pernah ikut kamu pulang!" teriak Ernie dari dalam rumah. "Sebaiknya kamu pergi dari sini! Jangan bikin keributan lagi!" Faisal ikut mengusir Raka, bahkan ia menarik kasar baju menantunya itu. "Ma, Pa, Ayana itu masih istriku. Aku berhak mengajaknya pulang, aku berjanji aku akan membahagiakan mereka. Aku sudah menjadi orang kaya sekarang," terang Raka penuh percaya diri. Ia menunjukan mobil mewahnya yang terparkir di luar dengan bangga. "Halah, paling juga mobil sewa!" ketus Ernie. "Bu, bukan Ma, itu mobilku. Aku berani bersumpah." Raka mencoba meyakinkan mertuanya tetapi mertuanya tetap tak percaya. "Sebaiknya kamu pergi sekarang juga, sebelum kami panggil petugas keamanan lagi," ancam Faisal. "Tapi, Ma, Pa." Raka masih keukeh ingin menjelaskan semuanya, tiba-tiba ada tiga mobil mewah datang dan berhenti tepat di depan rumah mertuanya. Beberapa orang dengan mengenakan jas hitam turun dari mobil mewah tersebut. "Ricard," ucap Raka saat melihat salah satu diantara orang berjas hitam itu adalah Ricard. "Maaf, Tuan Muda. Saya mengkhawatirkan Anda, jadi Saya memutuskan mengikuti Anda dari belakang. Apa istri Tuan sudah siap? Saya akan mengantar Anda dan keluarga Anda menuju rumah baru," ucap Ricard sambil menundukkan kepalanya. "Tu-Tuan Muda," ucapan Ernie terbata-bata mulutnya menganga karena ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Iya, dia adalah Tuan Muda Raka William, pewaris tunggal kekayaan Charles William. Keseluruhan Aset yang diwariskan Tuan Charles William kepada Tuan Raka sebesar 500 triliun," terang Ricard.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD