Istri Kedua

1006 Words
Tiga bulan telah berlalu semenjak kejadian itu, kini Raka dan keluarga kecilnya hidup bahagia, menikmati harta kekayaan yang tak akan habis hingga tujuh turunan. "Ah, uh, ah ... cepat, tolong Sayang lebih cepat lagi," seru Raka pada Ayana yang terlihat sibuk di dapur memasak makan malam. "Sayang, cepat ini panas sekali," ulangnya meminta agar Ayana membantu mengeluarkan panggangan ayam di oven. "Tunggu sebentar, Mas," sahut Ayana lalu bergegas membantu suaminya. "Sini biar aku saja! Angkat kayak gini aja nggak bisa." "Mana Rion?" tanya Raka, melihat ke jendela mencari keberadaan Rion di halaman belakang rumahnya. "Mungkin lagi main di belakang," jawab Ayana. Raka kembali sibuk membantu istrinya. "Pa, ada tamu," teriak Rion dari ruang tamu. "Tuh dia anak kamu, ada di depan." "Iya," angguk Raka. "Suruh tamunya tunggu sebentar, Papa ke sana." Raka bergegas ke ruang tamu menemui tamu yang Rion maksud tadi. Di ruang tamu, Raka melihat seorang pria sudah duduk di sofa ruang tengah rumahnya. Lelaki itu tersenyum pada Raka. "Bagaimana kabar Anda?" 'Ricard, untuk apa dia ke sini? Bagaimana kalau Ayana curiga dengan kedatangannya ini,' batin Raka saat melihat Ricard di ruang tamu. "Mau apa kamu datang ke sini? Kalau mau ketemu denganku sebaiknya kamu hubungi aku dulu! Kita bisa bicara di tempat biasa," ketus Raka, merasa tak nyaman dengan kedatangan Ricard ke rumahnya. Memang sudah hampir dua minggu Raka tak menemui Anna istri keduanya, itu semua karena kepergian Raka sering di curigai oleh Ayana. Ia takut Ayana mencari tahu kemana dia pergi, itu sebabnya Raka menunda kedatangannya ke rumah Anna untuk beberapa waktu. Semua dia lakukan demi menyelamatkan rumah tangganya bersama Ayana. "Kedatangan saya ke sini untuk mengingatkan Anda tentang perjanjian Anda saat menikahi Anna," ucap Ricard pelan penuh kehati-hatian. Wajah Raka semakin tak nyaman, dia menoleh ke sekeliling memastikan keadaan kalau Ayana tidak akan mendengar percakapan mereka berdua. "Jangan bicarakan tentang Anna di sini!" "Temui Anna malam ini, hari ini adalah jadwal Anda untuk menemani Anna sesuai perjanjian sebelum pernikahan." Ricard berdiri dan merapikan jasnya lalu berjalan keluar rumah. Raut wajah kecewa terlihat jelas, bagaimanapun juga Anna berhak mendapatkan waktu bersama Raka, karena Raka sudah menjadi suaminya. Semua itu sudah disepakati di surat perjanjian sebelum pernikahan. "Mas, siapa tamu yang datang tadi?" tanya Ayana tiba-tiba, pertanyaan itu sekaligus membuyarkan lamunan Raka. "Ah, i ... itu tamu tadi Ricard. Dia hanya mengatakan persoalan Perusahaan katanya malam ini ada klien penting yang harus, Mas temui," dusta Raka terbata-bata. Ayana keluar dari dapur, melihat suaminya yang masih berdiri di dekat sofa. "Klien? Kamu mau menemui klien malam ini?" tanya Ayana menatap curiga. "Iya Sayang, aku juga ngga tahu, tapi aku kan cuma menjalankan perusahaan saja," jawab Raka. Ayana mengerutkan kening, "Apa kamu nggak lagi nutupin sesuatu sama aku?" Firasat istri tak pernah salah perasaan Ayana dan kecurigaannya pada Raka pasti karena ada sesuatu, tetapi Ayana tak ingin memulai pertengkaran tanpa adanya bukti yang kuat. Raka mendekati Ayana dan memeluknya. "Nggak ada apa-apa, Sayang. Percaya sama, Mas. Di dunia ini hanya kamu yang ada di hati, Mas." Raka mengecup kening Ayana dengan mesra. Ayana tersenyum. "Janji ya, di hati dan pikiran kamu cuma ada aku!" "Iya, Mas janji," balas Raka seraya mengusap pucuk kepala istrinya. "Kita lanjut masak lagi ya." Ayana dan Raka berjalan ke dapur, tetapi tiba-tiba terdengar suara Rion yang memanggil mereka berdua. "Rion, Mas. Kenapa Rion." "Aku ngga tahu, coba kita lihat." Raka dan Ayana berlari menuju halaman rumah untuk memastikan kalau Rion tidak sedang dalam bahaya. "Aduh, sakit Pa, Ma." Rion menunjukkan luka di dengkul karena terjatuh. "Astaghfirullah, Rion. Untung saja lukanya kecil, lain kali kamu harus hati-hati ya, Nak." Raka berjongkok, melihat luka di kaki anaknya. "Iya, Pa," sahutnya sambil terisak menahan sakit. Ayana mendekati anaknya lalu berjongkok, "Mana lukanya? Sini Mama obati," ucapnya sambil meniup luka di kaki Rion. "Tolong ambil kotak P3K, Mas." "Iya, Mas ambilkan," sahutnya lalu berdiri dan berjalan masuk ke rumah untuk mengambil kotak P3K. Ting! Bunyi notifikasi ponsel menghentikan langkah kaki Raka, dengan cepat melihat ke layar ponsel yang di selalu dia bawa ke mana-mana. Satu pesan dari Anna masuk. Raka membaca isi chat tersebut. 'Apa benar chat ini dari Anna? Kan dia belum membuka perban di matanya?' gumamnya dalam hati. (Mas, kapan kamu ke sini? Aku ingin bertemu dan melihat wajahmu untuk yang pertama kalinya. Aku tunggu kedatangan-mu. Malam ini) Kedua mata Raka membulat sempurna saat membaca satu pesan dari wanita yang sudah sah menjadi madunya itu. 'Apa mungkin dia sudah bisa melihat? Oh iya, hari ini adalah jadwalnya untuk melepas perban yang menutupi matanya hampir tiga bulan,' gumam Raka dalam hati. Perasaan khawatir mulai menyelinap dalam hati, takut kalau benar Anna sudah bisa melihat lagi. Apa dia akan menerima kalau dirinya hanya dijadikan istri kedua? Karena sampai detik ini Anna belum mengetahui kalau ternyata Raka sudah memiliki istri dan juga anak, tetapi kalau Anna tidak mau melanjutkan pernikahan ini bukankah itu lebih bagus. "Mas! Mana kotak P3Knya?" tanya Ayana, melihat suaminya masih berdiri di ambang pintu rumah. "I-iya, Mas ambil sebentar." Raka bergegas masuk ke rumah, mengambil apa yang diminta istrinya. Selesai mengambil kotak P3K, Raka kembali keluar dan memberikannya pada sang istri. "Sayang, ini kotak P3K nya. Mas mau pergi dulu ya. Mas buru-buru," ujar Raka tergesa-gesa. "Kamu mau pergi sekarang, Mas?" tanya Ayana mulai curiga. Raka menghentikan langkah kakinya dan kembali mendekati Ayana. "Di hatiku cuma ada kamu," bisik Raka, mengecup kening Ayana lembut, menegaskan perasaannya pada Ayana, lalu kembali melangkah pergi menuju rumah Anna. "Hati-hati, Mas," ucap Ayana sambil tersenyum. Raka masuk ke mobil lalu melajukan ke rumah Anna. Perjalanan di jam enam sore terlihat lengang, hingga tak berapa lama ia tiba di rumah Charles, lelaki tua yang memberikan warisan padanya. Setelah tiba di kediaman istri keduanya, pandang mata Raka tertuju pada wanita cantik yang sudah berdiri menyambut kedatangannya dengan senyuman manis. Wajah Anna terlihat semakin cantik tanpa balutan perban yang menutup matanya. 'Apa dia benar-benar wanita yang sudah aku nikahi dua bulan yang lalu, kenapa dia terlihat sangat cantik? Astaghfirullah, Raka kamu ini mikir apa. Ingat Ayana, dan aku nggak akan mencintai wanita lain selain Ayana,' gumamnya dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD