Pelet, part 8

860 Words
“Kamu jangan kurang ajar Din!!!” bentak Ida dengan suara tertahan. “Aaaaahhhhhh.” “Wong edan!!!” “Mhhhhh…” Udin tak mempedulikan bentakan ataupun makian Ida karena Udin kini sadar sepenuhnya semua itu hanyalah topeng semu yang ditunjukkan Ida untuk melindungi harga dirinya. Bagaimana tidak? Meskipun dia memaki, membentak dan memberontak, tapi istri mandor selep yang menjadi bos Udin itu menggerakkan pantatnya seirama dengan tusukan Udin yang keluar masuk ke dalam tubuhnya. Di sela-sela teriakan dan makiannya, Ida juga mendesah dan mengerang keenakan tanpa henti. “Awas nanti… Aku kasih tahu Mas Basari!!” ancam Ida di sela-sela erangannya. Udin yang menindih tubuh Ida dari belakang hanya tersenyum kecil. Semua rasa takut dan tegang yang tadi menyelimuti dirinya kini hilang tak berbekas. Tergantikan rasa puas dan bangga karena dia tahu bahwa wanita yang sekarang sedang ditindihnya itu kini dia taklukkan sepenuhnya. “Aku mau keluar, Mbak…” kata Udin pelan ke telinga Ida yang berada di bawahnya. “Eh? Cabut Din… Jangan di dalam…” kata Ida sambil berusaha melepaskan diri. Tapi Udin tak peduli dan justru makin cepat menggerakkan pinggangnya. Ida yang pura-pura memberontak dari tadi, kini hanya bisa pasrah sambil menggerakkan pantatnya mengimbangi gerakan pemuda yang sedang menikmati tubuhnya itu. Tak lama kemudian, Udin tekulai lemas sambil memeluk tubuh Ida yang ada di bawahnya. Mereka berdua terengah-engah kehabisan napas setelah semuanya berakhir sambil menikmati sisa-sisa pertarungan mereka. Beberapa menit kemudian, Udin mencabut senjatanya lalu menggunakan daster Ida untuk membersihkan barang miliknya itu. Ida memutar tubuhnya dan kini tidur telentang di atas kasur. Dia menatap kebingungan ke arah Udin yang ada di dekatnya seolah baru saja tersadar telah melakukan sesuatu kesalahan besar. “Kamu??” tanya Ida dengan suara bergetar. “Kenapa Mbak?” tanya Udin sambil tersenyum. “b******n!!!” maki Ida dengan nada tinggi. Kali ini, dia benar-benar marah luar biasa setelah menyadari apa yang baru saja mereka berdua lakukan. “Halah, ndak usah sok suci, Mbak juga menikmatinya tadi kan?” tanya Udin sambil mengenakan kaosnya. Ida terdiam. Jujur, dia sendiri juga merasa aneh. Tak pernah terbayangkan di kepalanya kalau dia akan merelakan tubuhnya disentuh apalagi dinikmati pemuda kere seperti Udin. Ida sadar kalau dirinya memang memiliki paras dan tubuh di atas rata-rata, karena itu, dia juga tak sembarangan ketika menerima pinangan orang untuk menjadi pasangan hidupnya. Ida pasti akan menolak mentah-mentah pemuda seperti Udin. Dia tak akan sudi. Tapi tadi… Tanpa pamitan, Udin berdiri dan keluar dari kamar tidur Ida yang baru saja menjadi saksi bisu hubungan mereka berdua. ===== Udin tersenyum senang. Ini kali pertama dia mempraktekkan ilmu pelet yang susah payah dia jalankan ritualnya dan hasilnya sungguh di luar dugaan. Awalnya, Udin sempat ketakutan dan ragu, tapi semuanya ternyata berjalan sukses dan sempurna. Itulah yang membuatnya senang bukan kepalang hingga berjalan sambil bersiul-siul girang. Meskipun ini pertama kali Udin berhubungan badan dengan seorang wanita dan kehilangan perjaka, tapi dia senang bisa melakukannya bersama Mbak Ida, istri mandornya sendiri. Udin bisa mengingat semuanya dengan jelas sempurna, bahkan hingga detail terkecil sekalipun. Mungkin inilah kenapa orang-orang selalu berkata bahwa pengalaman pertama selalu menjadi yang paling istimewa. ===== “Keknya si Ayip udah kenyang tu Mbak…” kata Udin dengan suara bergetar. Ida mengangkat kepalanya ke arah Udin yang entah sejak kapan sudah duduk di sebelahnya. “Terus?” tanya Ida seolah menantang. “Ya kalau Ayip udah kenyang… Aku mau, Mbak…” bisik Udin ke telinga Ida. “Enak aja…” cibir Ida tapi dia tak menjauhkan badannya dan tetap membiarkan Udin merapatkan tubuhnya. Tanpa berkata apa-apa, Udin menundukkan kepalanya lalu membuka belahan atas daster Ida yang memang masih terbuka karena Ayip baru saja selesai nenen di gendongannya. Dengan tangan gemetar dan tubuh panas dingin, Udin nekat menghisap p****g s**u Ida pelan. Cairan manis kental mengalir dari nenen Ida ke mulut Udin dan tanpa ragu Udin langsung menelannya. “Mhhhhh…” Ida mengerang tertahan karena hisapan bibir Udin di payudaranya. Merasa tak mendapatkan penolakan dari Ida, Udin makin berani. Kali ini, bukan saja menyedot air s**u dari p******a Ida, tangan Udin mulai menggerayangi paha Ida yang duduk bersila di lantai ruang tamu rumahnya. “Aahhhhhh…” Ida terpekik kaget lalu dengan cepat menggunakan tangannya sendiri untuk menutupi mulutnya sambil melihat ke arah si kecil yang terlelap di gendongannya. Udin makin panas dingin. Dia tahu kenapa Ida terpekik barusan. Jari tangan kanannya dengan gagah berani baru saja menyelisip masuk ke celah mahkota Ida yang tak tertutupi celana dalam dan sudah basah kuyup oleh cairan kewanitaan. Udin menggerakkan tangannya makin cepat dan juga menghisap p****g p******a Ida makin kuat. Tombaknya terasa ngilu di dalam celana panjangnya dan berteriak-teriak ingin segera melaksanakan tugasnya. “Udahhhh…” desis Ida sambil mendorong kepala Udin yang begitu beringas menikmati payudaranya. Udin menghentikan aksinya lalu menatap wajah Ida yang memerah dan terengah-engah kehabisan napas. Tanpa berkata-kata, Udin menarik Ida yang terduduk lunglai di lantai agar berdiri. Dia lalu menggandeng Ida seperti pasangan pengantin baru ke dalam kamar, kamar tidur milik Basari dan Ida yang sebentar lagi akan menjadi tempat Udin menikmati tubuh istri mandornya itu. Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Ida hanya bisa menuruti Udin tanpa berkata apa-apa. Matanya sayu, lidahnya kelu, dan miliknya berteriak-teriak ingin segera dimasuki sesuatu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD