Awal Sebuah Rasa

4406 Words
Cinta memang datang tanpa di undang, dan cinta tidak pernah tau pada siapa di ingin berlabuh. Seperti cara angin yang membuat daun kering jatuh dari rantingnya, begitulah kesederhanaan cinta saat menyapa dua insan. POV Serly Tak pernah terbayang oleh ku, jika Zein akan menolak ciumanku saat aku mencoba mencium Zein tepat di bibirnya satu tahun lalu . Rasa malu aku rasakan. Ya aku sangat malu dengan penolakan yang Zein lakukan padaku kala itu. Aku dan Zein sudah pacaran satu tahun tapi hubunganku dengan Zein masih di tahap itu, itu saja. Antar jemput aku ke kampus dan makan siang, sesekali Zein juga menemaniku ke salon langganan ku juga menemaniku berbelanja atau hanya sekedar jalan-jalan di akhir pekan. Hanya itu. Ya hanya itu, itu saja. Hari itu, Zein membawaku ke rumah orang tuanya, untuk di kenalkan pada ibu dan ayahnya. Aku berasa mendapatkan lampu hijau. Rumah Zein cukup besar, dan mewah, meskipun tidak semewah mension milik mama ku, Kiray Agustin. Aku di kenalkan dengan Yuyun ibunya Zein dan Adam Herlambang ayahnya Zein, dan kami langsung bisa akrab dengan begitu cepat termasuk dengan kedua adik perempuan Zein Nana dan Naumi. Hari itu aku menghabiskan waktu seharian di rumah keluarga Herlambang, dan aku benar-benar berasa nyaman di rumah itu. Selain karena ibu Zain yang ramah, ayah Zein juga sangat ramah bahkan Adam Herlambang jauh lebih humoris di banding Zein yang kaku kayak kanebo kering. Adam bahkan terlihat lebih manis saat berbicara dengan istrinya. Sangat jelas terlihat jika Adam tipe laki-laki romantis dan setia. Hari-hari berlalu dengan indah. Aku juga jadi sering ke rumah Herlambang dan mengobrol dengan ibu dan ayah Zein kekasihku, aku merasa sudah seperti bagian dari keluarga itu karena Yuyun, ibunya Zein memang memperlakukan ku dengan sangat baik juga menyayangiku seperti kedua putrinya. Aku menyadari itu, sangat menyadarinya. Hingga pada suatu hari, aku melihat Yuyun dan Adam sedang berada di taman anggrek belakang rumah mereka. Ada tawa dan keceriaan yang mereka perlihatkan, entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi aku yakin jika Adam sedang menggoda istrinya, mungkin dengan rayuan atau kata-kata manis karena Yuyun sesekali terlihat menabok d**a Adam dan Adam terlihat tertawa ceria dan sesekali mencuri ciuman di pipi Yuyun sambil memeluk Yuyun dari arah belakang punggung Yuyun dan entah kenapa aku membayangkan jika Zein bisa bersikap manis seperti ayahnya, tapi bayangan itu langsung hancur seketika ketika aku menyadari jika Zein terlalu jauh berbeda dengan ayahnya. Jika Adam tipe laki-laki humoris dan Romantis, Zein malah kebalikannya. Zein benar-benar kaku seperti kanebo kering. Ooooh sangat membosankan Satu hari aku datang lagi ke rumah Zein, tentunya aku datang bersama Zein. Zein baru naik ke lantai atas rumahnya untuk berganti pakaian, karena hari ini Zein akan menemaniku berbelanja. Karena bosan di ruang tengah, aku akhirnya menyusul Zein ke kamarnya di lantai atas. Kamar Zein ada di pojok kiri bangunan besar itu dan menghadap ke danau besar samping rumah besar itu sementara kamar ibu dan ayahnya ada di sebelah kanan, tepat di pintu ujung tangga rumah itu. Entah kenapa aku jadi ikut penasaran dengan kamar orang tua Zein. Zein mengatakan jika ibunya sedang ada arisan bersama keluarga besar dari pihak ibunya, di antar Naumi dan mungkin akan pulang sore harinya, aku akhir memberanikan diri untuk membuka pintu kamar itu, karena aku yakin jika di sana sedang tidak ada siapa-siapa, dan rasa ingin tahuku semakin bertambah saat pintu kamar itu juga terlihat belum tertutup sempurna. Pelan-pelan aku mendorong pintu itu dan masuk begitu saja, kemudian aku menutup pintu itu dan berjalan masuk ke kamar yang cukup besar dan mewah dengan ranjang ukuran king di tengah ruangan itu. Aku duduk di ranjang itu seolah aku belum pernah melihat ranjang sebagus itu tapi sungguh bukan itu yang aku pikirkan saat ini. Otakku malah berpikir jika di ranjang itulah Yuyun dan Adam melakukan aksi panas yang ooooh sungguh indah hanya untuk sekedar aku bayangkan. Aku menjatuhkan tubuh di atas ranjang itu dan merentangkan kedua lengan ku saat tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan Adam keluar dari pintu kamar mandi dengan rambut basah dan bertelanjang d**a. Tubuhnya juga masih basah dan perutnya juga terlihat sangat sexy di atas garis handuk yang menggantung rendah di pinggang nya, bahkan pangkal perutnya yang terlihat berbulu juga semakin terlihat sexy hingga aku benar-benar tidak bisa mengalihkan pandanganku pada nya yang juga syok karena melihat ku duduk di ranjang nya, bahkan Adam tidak sadar handuk yang melingkari pinggangnya jatuh dan membuat inti tubuhnya terlihat sempurna, dan aku semakin tidak bisa berucap barang sepatah kata apapun karena saat itu juga Zein terdengar memanggilku dari arah lantai bawah. Aku buru-buru bangkit dari duduk ku, dan berlari keluar dari kamar itu tapi bodohnya aku malah sempat menoleh untuk melihat keindahan itu sekali lagi sebelum aku benar-benar keluar dari kamar itu dan turun dari lantai atas untuk menyusul Zein yang tengah mencari ku ke halaman samping dan aku buru-buru menghampiri Zein saat sudah berdiri di ambang pintu dan kami pergi berbelanja seperti rencana kami sebelumnya. Dua hari setelah kejadian itu, aku kembali bertemu dengan Adam . Kali ini aku tidak sengaja bertemu dengannya di toilet salah satu salon kecantikan karena sepertinya Adam sedang menemani Yuyun istrinya melakukan perawatan di tempat itu. Entah aku atau Adam yang salah masuk kamar mandi karena kami tiba-tiba ada di kamar mandi yang sama dan saat itu pandangan aku dan Adam bertemu dengan sangat indah. Benar kata kebanyakan orang, kamar mandi lebih identik dengan setan atau mahluk tak kasat mata, dan entah setan jenis apa yang susah merasuki tubuh dan menguasai pikiran aku dan Adam, hingga saat itu tiba-tiba kami berciuman dengan sangat panas dan indah juga sangat lama. Adam mencium bibirku dengan sangat panas dan lembut, melumat belah bibir bawah dan atas ku secara bergantian dan basah, aku coba membuka belah bibirku , seolah ingin meminta nya untuk menelusup kan lidahnya ke dalam rangga mulutku dan Adam langsung mengerti dengan isyarat yang aku berikan dan langsung menyesap lidahku dengan sangat panas sambil menarik pinggang ku agar merapat di tubuh kekarnya. Aku juga membalas lumatan dan hisapan yang dia lakukan di rongga mulutku dengan cara yang sama dan aku bisa merasakan jika inti tubuh Adam sedang berdiri sempurna, dan saat itu aku juga ikut merasakan jika ponsel di jas Adam sedang bergetar dan Adam langsung melepas ciuman di bibirku meskipun aku masih sangat ingin untuk di beri lebih dan Adam memberi isyarat untukku diam dengan menaruh ujung telunjuknya di depan bibirnya dan aku benar-benar diam bahkan bernapas pun aku coba untuk menahan nya agar suara ku tidak ikut masuk ke ponsel itu saat Adam melakukan panggilan telpon dengan Yuyun istri nya. Setelah Adam selesai dengan telponnya, Adam kembali menatapku dengan sangat intens dan menyentuh belah bibirku yang jadi bengkak karena lumatan yang Adam lakukan tadi, lalu meremas dadaku yang sudah terbuka karena aksi ciuman panas kami tadi, kemudian Adam merogok ponsel di tas selempang yang masih bertengger di bahuku dan menekan beberapa nomer untuk dia simpan dan melakukan miskol ke nomer ponsel itu dan aku yakin itu adalah miskol ke nomer ponsel nya sendiri, karena aku juga kembali merasakan getaran di saku jasnya selama dua detik, setelah itu Adam kembali memasukan ponsel itu ke dalam tas ku dan kembali melumat bibir sebentar dengan sangat basah dan manis dan aku membalasnya dengan cara yang sama, sebelum akhirnya Adam benar-benar keluar dari kamar mandi itu. Aku masih membatu dengan apa yang baru saja terjadi antara aku dan Adam bahkan aku meraba inti tubuhku yang jadi ikut basah dan berdenyut-denyut di bawah sana, tapi percayalah itu rasanya sangat indah . Meskipun aku punya nomer ponsel Adam dan Adam memliki nomer ponselku, baik Adam ataupun aku tidak pernah menelpon. Tentu saja aku merasa malu untuk menelpon nya tapi jujur aku mengharap dia menelpon ku, karena tiba-tiba aku justru merindukan ayah dari kekasihku. Aaah entahlah aku benar-benar sangat merindukan nya. Sudah dua Minggu setelah kejadian di toilet itu, Adam terlihat menjaga jarak denganku, bahkan saat aku berkunjung ke rumahnya bersama Zein, Adam malah pergi tanpa menoleh atau menyapaku, tentu aku merasa sangat kesal karena aku sudah sangat merindukan orang itu, tapi dia malah mengabaikan diriku. Aku jadi sangat tidak b*******h bahkan untuk makan pun aku jadi tidak bernafsu karena Adam yang mengabaikan ku hari itu. Tiga hari setelahnya aku kembali berkunjung ke rumah Herlambang tapi kali ini aku tidak datang bersama Zein tapi aku datang sendiri. Tentu tujuanku ingin bertemu dengan Adam dan menanyakan maksud dia mencium ku waktu di toilet , dan kenapa setelah itu dia malah mengabaikan ku seperti ini. Rasanya sangat tidak enak, jika sesuatu yang tidak pasti masih mengganjal di otak dan pikiran kita , terlebih kita masih belum mendapatkan penjelasan dari kejadian itu. Saat aku sampai di rumah itu, aku di sambut dengan ramah oleh Yuyun juga Nana adik perempuan Zein, dan kami mengobrol banyak di ruang tengah rumah itu hingga hari semakin sore dan Zein pulang dan terkejut saat melihatku berada di rumahnya bersama ibu dan adik perempuan nya, dan tidak lama setelah itu Adam juga pulang dan ikut bergabung dengan obrolan kami, setelah memberi kecupan di kening juga pipi Yuyun pastinya, dan apa kalian tau? Aku cemburu dengan sikap manis Adam saat itu. Sangat cemburu, tapi aku tidak bisa berkata apa-apa karena mereka memang suami istri, jadi wajar saja mereka melakukan itu. Hingga malam datang, aku masih berada di rumah itu dan mengatakan ingin menginap semalam di rumah itu dan tentunya Yuyun tidak keberatan untuk aku menginap karena di rumah itu juga ada dua anak perempuan yang seumuran dengan ku dan Yuyun mengatakan aku bisa tidur dengan Naumi. Sepanjang malam aku dan Naumi bercerita banyak. Aku yang menceritakan ibuku yang sangat sibuk dan jarang di rumah, bahkan jarang di Indonesia, dan Naomi yang menceritakan bagaimana ibu dan ayahnya yang selalu terlihat romantis meski mereka sudah tidak lagi muda dan sedikit-sedikit aku mencoba memancing Naumi untuk menceritakan sosok ayahnya guna mengoreksi info tentang Adam dari putrinya dan aku jadi tau jika Adam tiga hari lagi akan ulang tahun yang ke lima puluh lima dan entah kenapa aku juga jadi punya pikiran untuk memberinya hadiah, entah hadiah apa yang akan aku berikan tapi yang pasti aku akan memberinya hadiah. Malam semakin larut dan aku masih belum bisa tertidur meskipun Naumi sudah sangat nyenyak dari tidurnya, hingga rasa harus itu tiba-tiba terasa serak di tenggorokan ku dan aku mencoba membangunkan Naomi untuk menemani turun untuk mengambil air di lemari pendingin di dapur tapi Naumi sama sekali tidak bergerak saat aku coba bangun kan dan akhirnya aku keluar lalu turun sendiri ke dapur untuk mengambil air minum. Aku sudah cukup mengenal seluk beluk rumah itu jadi aku juga sudah tau di mana dapur dan lemari pendingin di rumah itu jadi aku cukup santai berjalan ke arah dapur dan membuka lemari pendingin untuk mengambil satu botol air mineral untuk aku bawa ke kamar Naumi karena aku memang akan sering terbangun untuk minum di malam hari jadi aku membawa satu botol ukuran 600ml ke kamar Naumi. Baru saja aku berbalik untuk kembali naik ke kamar Naumi saat tiba-tiba telapak tangan hangat langsung membekap mulut dan mendorong tubuhku ke arah tembok yang agak gelap di samping lemari pendingin tepat di bawah tangga rumah itu. Aku masih membatu saat telapak tangan hangat itu membekap mulutku dan menghimpit tubuhku dengan tubuh kekarnya. Tatapanku bertemu dengan netra indah orang itu, orang yang sangat aku rindukan dan saat ini orang itu sedang berdiri di depannya dan hanya berjarak dua sentimeter dari hidungnya. "Apa kau ingin menyiksaku atau menggodaku dengan pakaian seperti ini?" Tanya Adam yang sama sekali tidak bisa aku mengerti, karena sungguh aku di dera rasa senang juga takut secara bersamaan. Aku hanya diam dan tidak menjawab ucapannya karena aku memang sedang gugup. Detik berikutnya Adam kembali mencium ku dengan sangat kasar dan panas dan percaya atau tidak aku menikmati nya dan membalas ciuman Adam bahkan kali ini aku tidak canggung untuk memeluk pinggangnya karena dia menahan pinggang ku dengan sebelah tangannya dan tangan satunya lagi menahan tengkuk ku untuk tetap mendongak kearahnya. Adam juga mencium leher dan telingaku juga menghisap leherku hingga terasa perih tapi aku benar-benar menikmati nya. Ciuman Adam berpindah ke dadaku dan mencari ujung dadaku yang sudah menegang dan keras untuk dia hisap dan aku mencoba meredam rasa itu dengan menggigit bibir bawah ku sendiri saat Adam menghisap dan melumat ujung dadaku bergantian kiri dan kanan dan aku menahan kepalanya dengan menjambak lembut rambutnya. Tangan Adam juga ternyata tidak diam, dia pelan-pelan mencari inti tubuhku yang sudah basah dan langsung merabanya dengan sangat lembut dengan jari tangan nya saat tiba-tiba suara Yuyun menghentikan sentuhan Adam pada inti tubuhku yang sudah sangat basah dan lengket. Ada nada kecewa di bibir adam saat dia harus menghentikan aktivitas nya yang bahkan baru akan di mulai , dan aku juga merasakan nyeri di bagian inti tubuhku karena ini memang baru akan di mulai tapi harus di hentikan begitu saja . Buru-buru aku bergeser semakin menempel di dinding tembok agar tidak terlihat oleh Yuyun saat Adam meninggalkan ku begitu saja di sana dengan perasan dan nyeri yang teramat sangat karena aku belum selesai dengan rasa rinduku. Aku juga merasa belum cukup dengan sentuhan indah itu. Aku akhirnya kembali naik ke kamar Naumi dan mencoba untuk memejamkan mata tapi kali ini aku semakin kesulitan untuk memejamkan mata karena bayang satu menit yang lalu kini memenuhi otak dan pikiran ku. Aku meraba bekas hisapan di leherku dan rasa nyeri karena hisapan itu kembali aku rasakan. Aku benar-benar kesulitan untuk mendapatkan tidur ku hingga aku bangun kesiangan dan mendapati Yuyun juga Adam sudah terlihat duduk bersantai di halaman belakang rumah itu dengan Adam yang memeluk pinggang istrinya, saat tiba-tiba Zein mengejutkanku dengan menepuk bahuku dan aku spontan menyebut nama 'Om Adam' di depan Zein yang langsung membatu dengan ucapan aku yang spontan tadi Aku langsung menunjuk ke arah Adam dan Yuyun dan Zein langsung tersenyum dan mengajak ku untuk bergabung dengan Adam dan Yuyun di halaman belakang. Oooh rasanya sangat menjengkelkan saat harus melihat sikap manis Adam pada istrinya dan aku akhirnya mengatakan ingin pulang karena tidak tahan melihat Adam dan Yuyun. Saat aku sampai di rumah, aku langsung menuju kamar dan mengunci kamarku dari arah dalam meskipun Zein masih di bawah dan mengobrol dengan ibu Maryam juga beberapa penjaga yang lain. Umur Zein Herlambang memang masih muda tapi percayalah, sikapnya jauh lebih tua dari ayahnya, dan jujur aku mulai bosan dengan sikap monoton Zein. Aku melepas pakaian ku dan melihat bekas ciuman yang membiru di leher ku, dan kembali menyentuhnya dengan hati yang entah aku sendiri tidak bisa mengatakan jika aku tidak menyukainya. Ya. Aku menyukainya. Menurut cerita Naumi semalam, tiga hari lagi Adam ayahnya akan merayakan hari jadinya, dan biasanya mereka hanya akan merayakannya di rumah. Membakar daging atau hanya menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama orang yang mereka cintai. Aku mulai sibuk memikirkan hadiah apa yang ingin aku berikan pada Adam lusa karena aku memang tidak berpengalaman dalam mencari kado untuk di berikan pada seorang laki-laki. Aku memang wanita yang cantik dan kaya, tapi percayalah beberapa laki-laki takut hanya untuk mendekat padaku apalagi untuk menjalin cinta dengan ku. Aku tidak tau apa sebabnya, dan Zein adalah orang yang cukup berani menjadikanku kekasihnya. Siang itu Zein datang menjemput ku, untuk ikut ke rumahnya, dan aku tau ini pasti untuk ikut merayakan ulang tahun ayahnya, dan aku sudah menyiapkan kado kecil untuk aku berikan pada Adam Herlambang. Rencananya aku akan langsung memberikannya di depan Yuyun dan Zein, agar tidak terkesan special dan mereka tidak berpikir macem-macem. Benar saja, saat aku dan Zein sampai di rumah Zein, kedua orang tua Zein dan kedua adik perempuan Zein sudah menyiapkan alat barbeque di halaman belakang rumah besar itu, juga beberapa kue di sana. Adam terlihat menempel di istrinya dan sesekali mencium pipi istrinya sambil menatapku dengan tatapan yang aku sendiri tidak tau artinya. Entah untuk apa dia melakukan itu tapi yang pasti aku merasa cemburu. Oooh haruskan aku merasakan perasaan itu saat ini? Rasanya otakku sudah benar-benar di buat gila oleh laki-laki yang sebenarnya jauh lebih cocok menjadi ayahku , atau ayah mertuaku karena aku memang kekasih dari putranya. Malam itu kami benar-benar menghabiskan untuk berkumpul di halaman belakang rumah itu dengan canda tawa dan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan sampai saat ini. Kebahagiaan memiliki keluarga utuh seperti keluarga Zein Herlambang. Ayah, ibu dan adik-adik yang selalu saling mendukung. Aku belum pernah memiliki yang seperti ini. Karena aku hanya memiliki ibu, itupun ibu angkat. Aku juga memberikan hadiah kecilku pada Adam tepat di depan Yuyun juga Zein dan Yuyun juga Zein, yang lebih terlihat senang dengan perhatian kecilku pada Adam. Karena aku juga mengingat untuk hari jadi orang yang paling mereka cintai. Adam menerima hadiah ku dan langsung membuka hadiah itu di depan anggota keluarga yang lain dan menunjukkannya pada Yuyun dan Zein, jam tangan limited edition yang sengaja aku beli dengan harga yang cukup wow karena aku memang ingin Adam menggunakannya setiap saat, dan benar saja Adam langsung melepas jam tangan yang dia pakai dan menggantinya dengan jam tangan yang aku berikan tadi, dan langsung terlihat wow di lengan Adam Herlambang. Zein mengantarku pulang sudah cukup malam. Aku baru sampai di teras depan saat aku merasa ponselku bergetar, yang menandakan ada pesan masuk di sana. Aku melihat ponsel itu dan ada nama Om Adam di halaman pesan teratas ku. {Terima kasih untuk hadiah nya,} from om Adam. Aku tersenyum lalu dengan cepat membalas pesan itu. {Sama-sama} send Serly Detik itu juga pesanku langsung centang dua garis biru, dan aku melihat ada notifikasi di layar teratas percakapan itu jika 'om Adam sedang mengetik' Aku menunggu pesan Adam berikutnya yang cukup lama dan aku yakin jika dia mungkin akan mengirim pesan cukup panjang. Ponselku kembali bergetar, dan aku langsung melihatnya. {Apa Serly tidak keberatan untuk menemui om besok siang ?}from om Adam. Aku berpikir sebentar karena bingung mau membalas apa sekarang dan aku coba balas lagi. {Di mana?} Send Serly. Aku kembali memperhatikan ponsel itu sudah centang dua biru tapi Adam tidak membalas karena di layar aplikasi juga tidak terlihat jika om Adam sedang mengetik' dan aku yakin jika Adam sudah tidur atau mungkin sedang bermanja dengan Yuyun istrinya dan saat aku membayangkan itu tiba-tiba aku juga jadi kesal sendiri. Saat aku menggerutu sendiri dengan apa yang aku pikirkan, tiba-tiba ponsel ku bergetar panjang dan itu adalah notifikasi panggilan telpon. Buru-buru aku meraih ponsel itu dan melihat layarnya "Om Adam" lirihku karena ternyata yang menelpon adalah om Adam. Entah kenapa aku malah gugup dan takut menerima panggilan itu. Labil kan aku? Tadi aku ngomel-ngomel sendiri karena Adam tidak membalas pesanku dan sekarang Adam menelpon malah aku jadi takut dan gugup. Aku memberanikan diri untuk mengangkatnya dan "Hallo," jawabku lebih dulu "Hallo," balasnya. "Terima kasih ya untuk hadiahnya, Om suka." Ucap nya di seberang telpon. "Syukurlah kalo Om suka." Bales ku "Jadi bagaimana? Apa Serly tidak keberatan untuk menemui om besok di jam makan siang?" Tanya kembali om Adam untuk pesan terakhir yang dia kirim tadi "Di mana?" Tanyaku sedikit ragu. "Di mana Serly mau, Om akan menjemputmu!" Jawab Adam sedikit lirih dan aku yakin jika dia di sana sedang menahan nada suaranya. "Boleh Serly pikir-pikir dulu gak, om? Soalnya aku gak tau jam berapa kelasku selesai besok." Jawabku sama lirihnya dengan cara Adam bicara tadi, "tapi Serly coba liat besok saja deh, Om. Nanti biar Serly SMS om jika Serly bisa," sambungku dan Adam langsung mengatakan " Baiklah, om akan menunggu kabar darimu!" Imbuh Adam sebelum akhirnya menutup panggilan telpon itu dan aku langsung bisa bernapas dengan sangat lega dan langsung melompat karena senang dari atas ranjang. Malam itu aku benar-benar bisa tidur dengan sangat nyenyak karena tiba-tiba aku tidak sabar untuk menunggu matahari terbit dan berangkat ke kampus. Siang itu, saat Zein sudah mengantar aku pulang , dan Zein kembali ke kantor, seperti yang aku katakan semalam pada Adam, aku akan mengiriminya pesan jika aku bisa untuk menemuinya. Siang itu juga aku membuat janji untuk bertemu Adam di salah satu restoran hotel berbintang lima untuk menghabiskan makan siang bersama, dan sopir yang mengantarku ke restoran itu , tentu aku mengatakan akan menemui seseorang, orang tua Zein dan akan menghabiskan makan siang dengan orang tua Zein, dan sopir sekaligus orang kepercayaan ibuku itu percaya dengan apa yang aku ucapkan karena memang aku tidak berbohong. Aku sudah duduk di salah satu meja restoran dan melambaikan tangan saat Adam terlihat masuk di pintu utama restoran itu. Adam langsung mencium pipi kiri dan kananku dengan gaya yang masih terlihat biasa biasa saja. Kami makan siang dengan rasa canggung. Cuma aku yang merasakan kecanggungan itu karena Adam cukup terlihat santai. Siang itu Adam juga mengajakku untuk melihat pemandangan kota Jakarta dari arah ketinggian, meski terdengar biasa tapi herannya aku mau aja saat Adam memintaku untuk mengikuti langkah nya ketika menaiki lift restoran hingga ke lantai dua puluh tujuh dan keluar dari lift setelah pintu lift terbuka dan Adam membuka satu kamar menggunakan card yang tadi resepsionis berikan. Entah aku yang bodoh atau memang aku terlalu naif hingga tidak sadar jika Adam juga memboking satu kamar di hotel itu untuk kami, karena setelah aku dan Adam masuk ke kamar itu, Adam langsung melepas jasnya dan melempar jasnya di atas ranjang dan melepas beberapa anak kancing kemejanya lalu membuka pintu balkon kamar hotel itu, dan memintaku untuk ikut keluar melihat padatnya ibu kota. Meskipun awalnya aku berpikir itu biasa tapi nyatanya aku juga sempat kagum saat melihat kota metropolitan dari ketinggian seperti saat ini. Aku sedang fokus memperhatikan bangunan bercat biru muda di bawah sana saat tiba-tiba Adam malah memeluk perutku dari arah belakang sambil menopang dagunya di pundak ku, aku membatu dan takut untuk bernapas atau menoleh ke arah Adam karena bisa di pastikan aku akan menciumnya jika sampai aku menoleh. Jadi aku benar-benar hanya diam tak bergerak hingga Adam yang memutar tubuhku untuk menghadap nya sambil menarik wajahku untuk mendongak menatap matanya. "Apa kau tau jika malam itu Om tidak bisa tidur karena memikirkan ciuaman kita di bawah tangga?" Ucapnya dan sepertinya jantungku sudah berhenti berdetak saat itu, dan wajahku sudah memerah karena tiba-tiba aku juga malu ketika di ingatkan dengan kejadian malam itu, malam saat aku menginap di rumah, Zein Herlambang. Aku hanya diam karena tiba-tiba aku juga jadi tidak punya kata-kata untuk aku ucapkan, hingga akhirnya Adam mengecup lembut bibirku yang benar-benar gugup dengan sangat lembut dan panas yang aku rasa secara bersamaan. Adam kembali melumat belah bibir bawah dan atas ku secara bergantian dan aku membalas juga menikmatinya dengan rasa yang aku sendiri tidak tau harus mengatakan nya sebagai apa, karena rasa itu tiba-tiba saja ada untuk, Adam Herlambang. Rasa nyaman, rasa terlindungi, rasa di puja, rasa rindu, rasa cemburu, rasa yang benar-benar tidak bisa di terima oleh akal sehat siapapun. Pelan-pelan tangan Adam juga meremas buah dadaku dan menelusup kan tangannya di balik baju yang aku gunakan dan aku tetap tidak menolak, bahkan saat dia menarik naik baju yang aku gunakan hingga lolos di kepalaku dan aku sudah naked begitu saja di bawah naungan tubuh beratnya yang beberapa Minggu lalu aku liat polos di kamarnya. Dan ya. Aku dan Adam akhirnya benar-benar melakukannya. Melakukan hubungan badan layaknya suami istri di atas ranjang. Napas ku masih tersengal-sengal di tenggorokan , dan keringat juga membasahi sekujur tubuh kami meskipun pendingin ruangan sudah di setel dengan minus yang cukup tapi kami tetap bisa berkeringat. Aku menoleh untuk menatap Adam yang juga sedang mengatur nafasnya, karena rasa dan dorongan dari dalam tubuhnya dan senyum itu ikut terbit sambil membelai sebelah pipiku dengan sangat lembut. "Apa sebelumnya kau pernah melakukannya dengan putra, om?" Tanya Adam saat nafas Adam sudah lebih tenang. Kami masih sama-sama naked di balik selimut tebal dan aku masih menempel di d**a Adam sambil mengukir d**a bidang Adam yang terasa hangat. Lalu menggeleng sebagai jawaban atas tanya Adam padaku dan dia terdengar menghembuskan napas lega. "Ooooh apakah om mendahuluinya?" Tanya Adam lagi dan aku mengangguk karena begitulah kenyataannya. Hari itu aku tidak pulang dan menginap di hotel itu bersama Adam hingga hari berikutnya. Kami, aku dan Adam kembali melakukan kegiatan ranjang yang sangat menyenangkan berkali-kali hingga aku tidak ingat berapa kali Adam menyetubuhiku hari itu hingga hari berikutnya karena kami memang tidak berpakaian seharian itu hingga malam dan hanya berada di atas ranjang untuk kembali melakukanya saat rasa itu kembali hadir dan sungguh aku sangat senang juga menikmatinya. Setelah hari itu , aku dan Adam jadi lebih sering bertemu di luar rumah dan kadang menginap di hotel untuk melepas rasa rindu kami dan tanpa di ketahui oleh Zein atau Yuyun karena setelah itu kami lebih menjaga cara bicara kami agar tidak ada yang curiga jika aku dan Adam ada hubungan spesial. Hingga hari itu datang, hari di mana aku akan menikah sama Zein, Adam mengatakan tidak siap jika harus kehilangan aku begitu juga dengan aku tapi Adam tidak bisa mempertahankan aku karena Zein yang mengatakan sangat mencintaiku, dan Adam tidak bisa mematahkan hati putranya. Dua Minggu sebelum pernikahan kami resmi akan di adakan, aku kembali bermalam di hotel berama dan menghabiskan waktu untuk bercinta dan bermanja, karena jujur aku jauh lebih mencintai Adam dari pada Zein putranya. Hingga di H-3 pesta pernikahan aku, aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku dan aku juga ingat ini sudah lewat dari dua Minggu aku tidak datang bulan dan aku coba melakukan tes urin sendiri dan ternyata aku positif hamil. Aku langsung mengatakan jika aku hamil pada Adam dan Adam bingung karena lusa aku dan Zein sudah harus menikah, hingga hari pernikahan itu terjadi aku masih ragu untuk tetap melanjutkan pernikahan ku dengan Zein, karena aku kini sedang mengandung anak dari ayahnya. Aku sudah di dandani dengan cantik lengkap dengan gaun pengantin yang kami pesan dan menunggu jemputan dari pihak keluarga Zein untuk ke acara pernikahan kami, dan saat itu aku melihat Adam juga ikut di rombongan yang akan menjemput ku ke pernikahan ku dengan Zein. Aku ikut naik dan tetap tenang di dalam mobil yang membawaku ke pesta pernikahan ku dengan Zein saat tiba-tiba Adam mengatakan, "aku tidak bisa membiarkanmu menikah dengan putraku, karena bagaimanapun kau sedang mengandung anakku, adik dari calon suamimu," ucap Adam yang justru aku tidak bisa pahami. "Lalu Serly harus bagaimana?" Tanyaku setelah itu, dan adam terlihat berpikir namun detik berikutnya mobil yang kami tumpangi berbelok setelah Adam berbisik sesuatu pada sopir, dan menjauh dari rute yang seharusnya kami lalui untuk sampai di hotel yang akan di gunakan sebagai tempat pesta pernikahan aku dan Zein. "Om yang akan menikah dengan mu," ucap Adam lagi dan aku langsung menoleh menatap keseriusannya ketika berucap. Adam mengangguk dan aku pun mengangguk setuju. Karena itu juga yang sangat aku inginkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD