TANPA SP

1085 Words
“Yang memberi info tidak salah, dia cuma ngasih tahu tadi saya lihat pak Tara pingsan dan dibawa pulang. Dia juga nggak nyuruh kalian nengok kan? Bahkan dia bilang sampai tadi pagi pak Tara belum ke kantor. Ya sudah dia nggak nyuruh juga kalian segera mencari pak Tara di rumahnya. Dia juga enggak bisa nengok, kenapa kok kalian berinisiatif sendiri?” “Ingat, Anda berdua sudah kena dua teguran. Satu kali lagi game out. Tidak main-main menelantarkan anak-anak tanpa mempertimbangkan keselamatan anak-anak. Itu bukan jiwa seorang guru.” “Dan bicara jiwa seorang guru, saya akan memberi contoh kongkrit. Di masyarakat kita ini adalah pendidik. Kalau pendidik sifatnya, sikapnya, tingkah lakunya, tidak mencerminkan dengan dedikasi kita sebagai guru itu sangat membuat saya trenyuh!” “Bukankan seorang guru itu harus bisa ditiru oleh siapa pun? Bukan hanya oleh muridnya tapi oleh semua orang di wilayah lingkungannya.” “Kemarin siang ada kejadian tragis. Saya datang, dengarkan baik-baik ya kronologisnya ya, dengarkan baik-baik, sehabis ini saya tidak akan mengulang dan tidak akan meralat!” “Saya datang ke kantor yayasan unit TK dan PAUD untuk bertemu dengan ibu kepala sekolah dan ibu ketua unit. Saya datang ke sana maksudnya menegur ibu Bhanurasmi dan ibu Fianni masalah yang tadi yaitu ibu kepala unit dan ibu kepala sekolah akan datang ke rumah Pak Tara.” “Pada saat itu datang seorang guru TK, lebih tepatnya guru PAUD yang melaporkan seorang oknum guru laki-laki yang menyeret REKANNYA, entah mau diajak makan atau apa. Sudah ditolak berkali-kali lelaki tersebut menarik dan memaksa.” “Begitu di tegur oleh teman-teman guru PAUD, tersebut si lelaki malah mengusir pemilik rumah yaitu guru-guru PAUD. Bagaimana etika seorang pendidik kalau seperti itu?” Utkas tahu itu kasusnya, dia yakin akan dapat PERINGATAN atau TEGURAN, sama seperti ibu kepala sekolah dan kepala unti. “Sekarang saya akan sebutkan nama. Saya datang ke tempat ibu Bhanurasmi dan ibu Fianni untuk menegur keduanya, saat itu ibu ANIN datang. Ibu Anin melaporkan pak Utkas yang sedang menarik bu Pelangi entah mau diajak makan siang atau apalah. Pokoknya sejak awal katanya miss Lala sudah tidak pernah menerima ajakan apa pun dari pak Utkas.” “Begitu ditegur oleh ibu Ani dan ibu Anin, pak Utkas mengusir mereka dari ruangan ibu Ani, dari teritorialnya ibu Ani, dan ibu Lala. Bagaimana tuan rumah kok diusir sama tamu?” “Saya tekankan sekali lagi, sampai di sini sampai pagi ini Miss Pelangi sama sekali tidak pernah lapor pada saya! Begitu pun miss Ani. Tidak pernah sekali pun. Jadi dia sama sekali tidak tahu, juga tidak bersalah.” “Ini bukti apa yang saya katakan barusan,” lalu Adnan memperlihatkan rekaman saat dia bertanya pada ibu Anin. “Dari awal jelas ya pertanyaan saya pada bu Anin, bagaimana ibu Anin jawabnya apa dan seterusnya. Oke sampai sini selesai. Kita flashback ke belakang apa yang dilakukan Pak Utkas di ruang bu Ani dan bu Lala,” Adnan memutar rekaman saat Utkas menarik Pelangi yang sudah menolak dengan sopan tapi tidak digubris. “Ini benar-benar bukan jiwa pendidik. Kalau Anda mencintai ibu Pelangi, kalau Anda menyukai ibu Pelangi, mau ngajak makan, ya bujuk dengan manis. Bukan digeret-geret seperti itu.” “Orang juga ketakutan lah. Orang bisa trauma. Diajak makan siang kok kayak begitu caranya. Tidak ada romantis-romantisnya.” “Coba saya mau tanya kepala sekolah yang lain, kepala unit yang lain bagaimana penilaian kalian terhadap perilaku pak Utkas kali ini,” Andan melempar pertanyaan pada semua. Maka semua pun menilainya emang tidak etis dan ada yang bilang juga ini bukan penolakan pertama dari Pelangi, karena selama ini memang Pelangi tidak pernah merespon apa pun yang Utkas lakukan. Pelangi sering dibawakan makanan pun tidak mau menerimanya. Semua ternyata sepakat tidak ada yang membela pak Utkas sama sekali. tidak ada satu pun. “Baik, tak ada pembelaan atau yang membenarkan tindakan pak Utkas sama sekali. Dan memang sejak semalam saya sudah tetapkan saya sudah keluarkan SK. Nanti sebentar sekretaris saya akan mengantar SK tersebut.” “Dengan terpaksa, dengan berat hati atau dengan istilah apa pun saya susah mengatakannya, yayasan memecat Anda! Tindakan Anda tidak bermoral. Kami tidak mentolelir tindakan guru yang mengintimidasi guru lainnya!” “Bukan karena Miss Pelangi, atau siapa pun. Pokoknya siapa pun yang melakukan tindakan tidak terpuji tetap akan mendapat sanksi seperti itu. Tidak ada SP sama sekali untuk kesalahan seperti ini. Jadi mulai detik ini Anda sudah saya PHK. Silakan Anda bereskan semua barang Anda. Silakan Anda selesaikan administrasi yang terhutang di yayasan. SK akan saya tandatangi sekarang,” kata Adnan saat sekretarisnya datang. Adnan tentu saja kaget dapat persidangan pagi seperti ini. Dia tak percaya disidang di depan semua kepala unit juga semua kepala sekolah dan tanpa SP langsung di PHK! ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Tanpa membuang waktu saya lanjut ke persoalan ketiga yaitu teguran untuk kepala unit keamanan. Kemarin ada tamu yang sudah berkali-kali Pak Biru bilang jangan sampai orang itu masuk ke dalam yayasan. Tapi orang tersebut masih bisa masuk!” “Itu teguran langsung kedua dari saya, jadi sekali lagi kesalahan tidak ada ampun semuanya saya PHK. Kita ganti semuanya baru termasuk kepala unitnya. Ini benar-benar membuat saya takut karena kalau sampai itu terjadi nasib saya pun kena sebagai manager pelaksana yayasan.” “Keamanan yayasan bisa kecolongan itu kan keterlaluan. Itu tidak ada ampun sama sekali. Kalau saya nurutin maunya Pak Biru kemarin semuanya sudah dipecat.” “Tapi saya bilang tidak semudah itu mencari keamanan loh ya, jadi akhirnya saya dengan berat hati meminta pak Biru untuk memaafkan kalian, sehingga kalian hanya diberi SP2, walaupun suratnya belum pernah ada. Saya baru katakan di sana. Tapi nanti administrasi sekretaris saya akan menuliskan ini termasuk SP2 utnuk ibu kepala TK dan kepala unit TK. “Ingat, unit TK itu kecil loh. Tidak seluas SMA. Anda kecolongannya di TK itu terlalu kelewatan. Formasi Anda menjaga keamanan anak-anak, menjaga keamanan guru-guru terlalu minus. Anda kecolongannya di lingkup paling kecil.” “TK dan PAUD itu hanya berapa kelas. Bagaimana bila SMA? Coba dipikirkan. Sekali lagi saya tekankan kalau maunya Pak Biru semuanya dia PHK.” “Anda sekalian tahu kalau dia sudah marah, saya yang mengatakan tunda dulu. Ingat ya saya mengatakan tunda dulu jadi satu kali lagi ada kesalahan seperti tadi baik di SD, entah di SMP mau pun di SMA, semua saya hancurkan,” “Kalau Anda mau selamat berpikir dan bertindak cermat, karena saya pun ingin selamat.” “Sekarang silakan semuanya keluar, kecuali masih ada yang ingin Anda bahas lagi. Waktu saya hanya 20 menit lagi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD