“Mbak Arsy, itu suami Mbak?” tanya sang sopir karena biar bagaimanapun, meski ia satu kampung dengan Arsy, ia juga tidak pernah melihat wujud Daven termasuk saat menjemput tadi. Seperti yang Arsy khawatirkan, cepat atau lambat hubungannya dan Yama pasti akan tercium dan tentu saja melahirkan dampak. Hujan mendadak mengguyur dan selain Yama yang otomatis basah terguyur hujan, para penumpang juga makin merasa terganggu dengan keberadaan Yama di sana. “Itu mau ikut apa bagaimana?” “Ada perlu mungkin. Suaminya, bukan sih, Mbak?” “Kasihan ih, hujan, Mbak.” Iya, batin Arsy juga tak tega. Arsy merasa sangat kasihan kepada Yama. Ia merasa bersalah sekaligus berat. Bahkan, Arsy sampai merasa sakit sekalipun Arsy sadar keadaan sekaligus kondisi. Mengenai statusnya yang biar bagaimanapun teta