BAB 3

1058 Words
"Dia masih hidup, My lady."   Lady Elizabeth Lington yang menggemari olahraga berburu mengira baru saja memanah seekor rusa yang sedang bersembunyi di bawah semak cemara.   Sampai seorang pengawalnya berteriak jika ternyata Nonanya baru saja memanah seorang pemuda.   Sang Lady segera menghampirinya dengan kudanya untuk memastikan, dan benar saja dia menyaksikan wajah pucat dan genangan darah dari perut sebelah kiri pemuda tersebut.   "Bawa dia pulang."   Ditengah badai salju yang sudah kembali mulai turun rombongan kereta dan pengawal berkuda tersebut segera membawa tubuh pingsan Nicholas kembali ke Lockwood palace.   Sepertinya Nicholas masih sangat beruntung karena rumah bangsawan tersebut memiliki cukup banyak tungku penghangat, selimut tebal dan seorang dokter tentunya. Seorang dokter langsung menangani Nicholas begitu mereka tiba, meski masih berkejaran dengan nyawa tapi sepertinya pemuda itu juga memiliki keinginan hidup yang sangat tinggi.   "Apa dia akan selamat?"   "Dia akan segera siuman, My Lady."   Wajah Nicholas nampak sangat pucat dan kusut dengan bekas keringat dingin yang membuat sebagian ikal rambutnya terlihat lengket di dahi, meski dengan kondisi seburuk itu ternyata tetap sama sekali tak mengurangi wajah rupawannya dan sang Lady menyadari hal itu . . .   Wajah cantik sang Lady pun mulai terlihat cemas, bagaimana jika pemuda itu tidak selamat, dia sudah kehilangan banyak darah dan hampir mati karena anak panahnya.   "Dia bukan orang Skotlandia," kata sang Lady setelah memperhatikan Nicholas dengan lebih teliti.   "Sepertinya dia seorang bangsawan, My Lady," kata salah seorang pengurus rumahnya.   Nicholas yang terlalu mencolok dengan wajah rupawan aristokratnya memang sama sekali tidak seperti pemuda yang pernah hidup susah.   "Kuharap begitu, kita akan segera mencari tau siapa keluarganya nanti."   Sepertinya sang Lady juga berharap jika pemuda tampan yang di temukannya itu benar-benar berasal dari keluarga bangsawan.   "Bersihkan tubuhnya," Lady Elizabeth menyuruh beberapa pelayannya sebelum dia pergi meninggalkan kamar tersebut, "beri tau aku jika dia sudah siuman."   Setelah hampir dua hari tidak sadarkan diri, akhirnya Nicholas mulai sadar dan agak bingung. Nick mendapati dirinya terbangun di dalam ruangan yang hangat, di atas ranjang besar dengan empat tiang yang di lilit sutra lembut berwarna emas dan maroon. Sesuatu yang mengingatkan nya pada kamar pribadinya di mansion Stanley yang sudah lama di sita.   Nicholas langsung terkesiap oleh kesadaran baru, mustahil dirinya masih hidup dan bernafas, namun rasa perih yang seketika menyengat sisi perutnya seolah memberi tau jika semuanya nyata dan bukan mimpi.   Lantas di mana dirinya kali ini?????? pikir Nicholas mulai panik.   Nicholas coba kembali memperhatikan kesekeliling, dirinya berada di sebuah kamar luas yang di tata dengan sangat berkelas. Sebuah sofa yang nyaman dengan tumpukan bantal berlapis bulu di letakkan di dekat perapian yang sudah menyala, pantas dirinya merasa hangat. Nick melihat keluar dari bingkai jendela besar yang tirainya sudah di buka, salju sedang turun di luar dan dirinya merasa begitu nyaman di atas ranjang yang empuk dan hangat.   Nick menemukan lonceng kecil di samping ranjangnya, pemuda itu coba menggeser tubuhnya sedikit untuk meraih benda tersebut, dan Nicholas sudah hampir mengumpat akibat rasa sakit yang ikut menyengat perutnya.   Lonceng kecil itu berhasil berbunyi saat Nicholas mulai meringis. Tak lama seorang pelayan memasuki kamar dari pintu besar yang menghadap tepat ke ranjang utaman.   "Saya akan memanggil dokter jika Anda sudah sadar, Tuan." Pelayan itu sudah keburu pergi sebelum Nicholas sempat bertanya, dan mulai kembali meringis karena sisa perih yang masih bergumpal di perutnya.   Tak lama pelayan itu kembali bersama seorang pria dengan rambut ikal dan dahi agak lebar, pria berperawakan kecil itu nampak sangat lincah diusianya yang sudah tidak muda lagi. Nick bisa menebak jika dokter itu berdarah prancis, dan benar saja logat prancisnya juga masih sangat kental.   "Jangan terburu bergerak anak muda, "Cegah sang dokter saat Nicholas coba untuk bangkit.   "Dokter Morel akan memeriksa Anda, t Tuan," pelayan itu membantu Nicholas kembali berbaring dan membiarkan dokter Morel mulai memeriksa lukanya yang sudah di perban.   Setelah memeriksa perkembangan lukanya dokter tersebut segera membuat resep yang di serahkan pada pelayan.   Beberpa pelayan kembali memasuki ruangan mengiringi seorang wanita muda berambut merah.   Seorang wanita yang cantik, sangat cantik , sedang berjalan mendekati Nicholas.   "Apa Anda sudah merasa lebih baik, Tuan? " suaranya terdengar lembut dengan logat scotlandia yang sangat kental, seorang wanita bangsawan yang masih sangat muda dan mempesona.   "Kurasa begitu, My Lady," Nicholas masih terpaku pada kecantikan sang Lady.   Wanita muda itu pun kembali menilai Nicholas lebih dekat, "Maaf aku tidak sengaja melukai Anda."   Nicholas benar-benar tidak percaya jika luka di tubuhnya di buat oleh seorang wanita muda yang ternyata begitu sangat menawan.   "Aku Elizabeth Lington, mungkin aku juga bisa tau siapa naman Anda, Tuan?"   "Nicholas Stanley," jawab Nick cepat saat coba sedikit mengangkat bahunya untuk memberi salam hormat untuk sang Lady.   "Jangan terlalu banyak bergerak jika Anda ingin segera sembuh, Tuan Stanley," senyum sang Lady terlihat begitu manis.   "Terima kasih atas perhatian Anda, My Lady."   "Maaf, apa Anda kerabat Marquez Stanley?"   "Sebenarnya aku cucunya, putra dari Viscount Stanley."   Tak mengherankan jika nama besar kakeknya itu jadi lebih di kenal. Meski dalam sejarah Negeri mereka pernah tidak akur tapi sejak Britania Raya menjadi satu kemakmuran hubungan antara Inggris dan Scotlandia mulai berangsur-angsur membaik.   "Lizzy, panggil saja aku, Lizzy," kata sang Lady tiba-tiba, suaranya terdengar ceria dan akrab. Selain cantik Lady Elizabeth juga terlihat cerdas dan berpendidikan.   Sungguh Nick masih terkejut saat sang Lady membolehkan nya menyebut nama singkatnya, karena bisa jadi itu berarti sesuatu yang manis, dan sepertinya Nicholas juga menyukainya... Tanpa sengaja mereka masih saling menatap satu sama lain, ada mulai ada perasaan hangat yang ikut menulari mereka satu sama lain. Nicholas melihat wanita muda itu kembali tersenyum, menggambarkan pribadi yang sangat terbuka dari seorang Lady.   Nicholas memang memiliki ketampanan yang sulit untuk di abaikan, pemuda itu sangat menyadari potensi dirinya dan kadang tak segan mengambil manfaat dari kelebihan nya itu, tapi kali ini sepertinya Nick benar-benar menyukai wanita di depannya dalam kombinasi yang tepat untuk di sebut cantik, cerdas, dan berani.   Nick kembali meringis saat menahan perutnya.   "Apa aku harus kembali memanggil dokter untuk Anda, Tuan Stanley?" reflek Lady Elizabeth terlihat benar-benar khawatir, dan perhatian kecil itu membuat Nick senang.   Lizzy masih menyentu bahu Nichols dengan lembut, Nicholas dan otak berengseknya tentu sangat menikmati hal itu, meski dalam hati Nicholas sendiri mulai mengumpat kebejatannya. Lady Elizabeth sepertinya bukan gadis sembarangan, cantik dan kayaraya adalah jenis kriteria yang sulit untuk di temukan dalam satu paket, tapi sang Lady sepertinya lebih dari itu, sepertinya Nicholas merasa dirinya sedang sangat beruntung kali ini.    JANGAN LUPA LIKE YA, KARENA LIKE SANGAT BERARTI UNTUK AUTHOR            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD