Bab 47

1365 Words
Kedua insan tersebut kini berada di cafe` yang sangat terkenal dengan disuguhi pemandangan sunset indah yang membuat mata siapapun jelas terpana dan terpesona. Mereka telah berganti pakaian melepas seragam sekolah yang tadinya melekat ditubuh mereka. "Lu mau ngomong apa?" tanya Tia to the point yang mebuat Alex sontak terdiam sejenak sambil bersandar di sofa yang ia tempati. "Pesan makanan dulu," kata Alex yang membuat Tia jelas mengernyitkan dahinya lalu ikut bersandar di sofa memandang langit yang mulai mengoren saat itu. Laki-laki tersebut mengangkat tangannya seolah memanggil pelayan, beberapa detik kemudian pelayan menghampiri mereka membawa buku menu dan langsung memberikan untuk kedua insan tersebut lihat. Tia melihat-lihat buku menu tersebut untuk ia pilih apa yang akan ia nikmati. "Mas, menu recommend disini apa saja?" tanya Tia sambil menatap mas pelayang yang dihadapan meja mereka berdua, Alex yang melihat jelas tidak suka ia menutup buku menu tersebut dengan sedikit kasar. "Bawain menu recommend dan cemilan recommend yang enak disini, minumannya es lemon tea saja dua," ujar Alex sambil memberikan buku menu tersebut, Tia yang melihat jelas menoleh dengan sorot mata yang tidak percaya lalu mencetus, "Ih gue kan belum milih." Dengan raut wajah yang heran. Alex terdiam sejenak menatap pelayam tersebut yang tak kunjung pergi dari hadapannya. "Catat saja pesanan yang tadi," kata Alex seolah menyadarkan pelayan tersebut untuk mencatat, yaps pelayan tersebut terdiam terpesona menatap Tia yang cantik dengan tampilannya. "Tambah air mineral dingin satu ya Mas," ucap Tia yang membuat pelayan tersebut mencatat kembali tambahan menu mereka berdua. Pelayan tersebut mengulang kembali pesanan yant recommend menurut cafe` dan selalu dipesan pasangan muda-mudi lalu berkata, "Tunggu sebentar ya Kak." Tia tersenyum manis sambil mengangguk membuat Alex menatap dengan sorot mata yang sengit lalu berdehem. "Kenapa lu? Keselek?" tanya Tia sambil mengernyit dahinya bingung, laki-laki tersebut hanya terdiam saja lalu sibuk menatap lurus ke arah langit yang cantik, Tia terdiam memandang lalu beberapa detik kemudian ia menghendikkan bahunya. "Jangan senyum kaya gitu ke semua cowok," cetus Alex tiba-tiba. Tia menoleh sambil mengerutkan keningnya heran ke aeah laki-laki tersebut. "Terus gue harus jutek gitu?" tanya Tia dengan sarkas yang membuat laki-laki tersebut menoleh lalu dengan sorot mata yang teduh sambil berkata, "Apapun asal jangan senyum, gue enggak suka cowok lain lihat senyum manis lu." "Lu cemburu?" tanya Tia sambil tertawa pelan membuat Alex melihat dengan tatapan serius. "Iya emang gue cemburu," jawab Alex membuat gadis tersebut yang sedang menikmati langit cantik langsung reflek menoleh dengan sorot mata yang terkejut. Terjadi keheningan di antara mereka berdua hingga pesanan mereka kini telah datang, pelayan tersebut menaruh pesanan mereka tepat di meja. "Sudah semua ya Kak pesanannya," kata Pelayan tersebut yang membuat Tia ingin tersenyum langsung disela oleh Alex, "Terimakasih." Membuat gadis tersebut sontak terdiam menoleh ke laki-laki disampingnya yang kini mulai mengaduk minumannya. "Terimakasih ya Mas," ucap Tia dengan lembutnya membuat Alex melirik dengan sorot mata yang tidak suka, pelayan tersebut membalas dengan senyuman tipis sambil menunduk sopan. Alex menatap lurus dengan sengit ke arah pelayan yang tak kunjung pergi dari meja mereka malah semakin memperhatikan Tia. "Bukannya sudah semua pesanan kita? Kenapa masih disini?" tanya Alex dengan sedkit sarkas. Pelayan tersebut terdiam menatap menunduk lalu berlalu begitu saja dari hadapan mereka, Tia yant melihat sontak menepuk pelan paha laki-laki tersebut lalu berkata, "Ish! Jangan kek gitu apa lu!" "Dianya aja enggak jelas, udah selesai masih aja berdiri disini," cetus Alex yang membuat Tia sontak menoleh sambil mengernyitkan dahinya lalu memutar bola matanya dengan jengah. Gadis tersebut kini menikmati minuman yang dipesan oleh Alex dengan sangat nikmat. Mereka menikmati makanan yang dipesan dengan pemandangan langit yang sangat indah nan cantik, Tia tiada hentinya kagum akan langit yang dilihat. "Senja itu cantik, tapi sayang cuman sebentar," gumam Tia, Alex melihat arah pandang gadis tersebut dengan terlihat. "Tapi lu enggak sebentarkan?" tanya Alex yang membuat gadis tersebut menoleh sambil mengerutkan keningnya bingung. "Kalau nyatanya gue sebentar gimana?" tanya Tia kembali dengan sorot mata yang menunggu jawaban. Alex terdiam sejenak bersandar sambil menatap lurus ke arah langit yang menampilkan senja cantik. "Berarti lu sama kaya senja, cuman ngasih kesan sebentar tapi pergi meninggalkan bekas kenangan," ujar Alex yang membuat Tia menoleh dengan sorot mata yang heran. "Kata-kata lu boleh juga, seorang Alex puitis banget ternyata," cetus Tia sambil tertawa pelan sambil sesekali melahap makanan dan cemilan yang ada dihadapannya. "Yang tadi dikantin telepon lu siapa?" tanya Alex to the point yang membuat gadis tersebut jelas tersedak, menelan salivanya dengan sangat kasar. Tia menoleh dengan raut wajah terkejut. "Kok lu tiba-tiba nanya gitu?" tanya Tia dengan penasaran, Alex yang kini menoleh sambil menikmati cemilan kentang gorengnya. "Ya enggak papa, nanya saja. Emang enggak boleh?" tanya Alex dengan sorot mata yang menelusuk serius. "Ya boleh saja si, cuman aneh saja lu ngajak gue kesini masa cuman nanya hal itu," balas Tia yang kini mengalihkan pandangannya lurus ke depan, tidak lupa ia juga memvideo untuk mengabadikan senja yang masih terlihat dengan matanya. Alex bertanya, "Jadi siapa yang telepon lu?" Gadis tersebut terdiam sejenak menyudahi aktifitas memvideonya, ia meletakkan ponselnya di atas meja sebelum berkata, "Orang enggak di kenal." "Jangan bohong," balas Alex dengan sorot mata yang menelusuk penuh curiga meminta jawaban, gadis tersebut terdiam menoleh ke arah laki-laki disampingnya. "Serius," kata Tia. Laki-laki menatap dengan sendu lalu menghela nafasnya dengan kasar. "Gue tahu lu bohong Ti, kalau itu orang enggak dikenal enggak mungkin ekspresi lu kaya muram pas di kantin tadi," jelas Alex yang membuat Tia menatap sendu menelan salivanya dengan susah payah. "Itu orang yang udah enggak mau gue lihat lagi di hadapan gue," kata Tia sambil menatap lurus ke arah langit yang mulai sedikit gelap, Alex menatap lurus ke arah gadis di sampingnya dengan sorot mata yang sendu memperhatikan raut wajah Tia yang juga mulai berubah sendu. Alex hanya manggut-manggut saja lalu mengalihkan pembicaraan yang sepertinya tidak etis untuk dilanjutkan. "Makan tuh, keburu dingin nanti," kata Alex yang membuat Tia kini tersenyum tipis lalu perlahan melahap makanan yang dipesan oleh laki-laki disampingnya. "Lu enggak makan?" tanya Tia sambil melirik ke arah Alex yang malah memainkan korek api menggelengkan kepalanya pelan membuat Tia menyudahi aktifitas makannya lalu berkata, "Terus buat apa gue makan kalau lu enggak makan. Ish!" Dengan nada yang sedikit kesal. Alex sontak terdiam menatap lekat ke arah gadis yang kini mulai memainkan ponselnya, laki-laki tersebut sontak mengambil ponsel gadis tersebut yang membuat Tia sedikit terkejut. "Habisin dulu makanannya," kata Alex dengan nada serius yang membuat Tia menatap sengit lalu mencetus, "Enggak mau, lu aja enggak makan malah nyuruh-nyuruh gue." Laki-laki tersebut kini memegang sendok yang membuat Tia kini tersenyum tipis melihatnya, mereka berdua melanjutkan makan bersama sambil sesekali berbincang menatap langit yang sedikit gelap. "Makan yang benar sampai belepotan gitu," ucap Alex sambil mengelap sudut bibir sang gadis, Tia yang mendapat perlakuan tersebut jelas terdiam sejenak hingga tanpa sadar kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain. "Gue bisa sendiri," kata Tia yang membuat Alex menarik kembali tangannya, jantung gadis tersebut sontal berdegup atas kejadian tadi, tatapan sebentar namun seolah membuatnya merasa salah tingkah. Hingga tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, langit juga semakin gelap, malam semakin larut membuat Alex kini melirik ke arah jam di tangannya lalu berkata, "Kita pulang, gue enggak mau ngajak lu pulang malem banget." "Lex, ini masih jam 9 loh," ujar Tia dengan raut wajah yang merajuk. Laki-laki tersebut beranjak berdiri membuat Tia hanya mengerucutkan bibirnya lalu mengambil tas selempangnya, tidak lupa Alex kini melangkah ke arah kasir untuk membayar pesanan mereka. "Gue yang ngajak gue yang bayar," kata Alex ketika melihat Tia ingin mengambil beberapa lembar uang yang ada di dompetnya. "Tap–" "Ini Mas uangnya," kata Alex memberikan total yang tertera di bill makan mereka, kasir tersebut lantas langsung mengembalikan kembalian totalan mereka. "Ayuk," kata Alex sambil melangkah keluar cafe` tersebut yang membuat Tia hanya mendengus kasar saja sebelum akhirnya ia mengikuti langkah kaki laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut memberikan helm tersebut kepada Tia yang raut wajahnya masih cemberut. "Lex, jalan-jalan keliling dulu deh, masih sore tahu ini," kata Tia dengan nada merajuk membuat laki-laki tersebut yang sedang memakai helm fullface-nya hanya terdiam saja dan malah menaiki motornya. Tia menghela nafasnya dengan gusar, raut wajahnya benar-benar bete akan Alex yang tidak menanggapi keinginannya. Gadis tersebut memakai helmnya lalu menaiki motor sambil memegang bahu laki-laki tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD