Bab 48

2143 Words
Motor melaju di bawah langit yang gelap namun diteriangi beberapa bintang yang bersinar, Tia masih merasakan kesal bin bete karena Alex tidak menuruti permintaannya, berulang kali ia menghela nafas kasarnya membuat laki-laki yang sedang melajukan motornya sontak tersenyum tipis. "Emang enggak boleh apa keliling dulu gitu, seenggaknya lihat citylight gitu," cetus Tia dengan nada yang sedikit kesal. Alex hanya terdiam sesekali tersenyum menyeringai mendengar ocehan yang tiada henti dari gadis yang ada dibelakangnya. "Lex, enggak mau keliling dulu gitu? Bosen tahu kalau jam segini pulang," kata Tia dengan sedikit lantang supaya didengar laki-laki yang sedang fokus melajukan motornya. "Enggak!" seru Alex yang membuat Tia sontak menghela nafasnya dengan gusar, namun tanpa disadari laki-laki tersebut memang mengarahkan motornya untuk melaju keliling hingga Tia tersadar ketika melihat banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi berada di kanan kirinya. "Nikmatin aja," ucap Alex ketika seolah tahu kalau gadis tersebut akan berkata-kata, Tia menikmati pemandangan cantik yang bahkan ia abadikan dalam video terlebih Alex sengaja melaju pelan untuk gadis tersebut menikmati. "Lex, terimakasih ya. Gue kira tadi bakal langsung pulang," kata Tia dengan perasaan yang senang, tanpa sengaja gadis tersebut memeluk Alex yang membuat laki-laki tersebut sontak terdiam mendapat perlakuan tersebut. "Eh sorry," kata Tia sambil melepas pelukannya tersebut yang mmebuat Alex kini malah menarik kembali agar gadis tersebut memeluknya lagi yang membuat Tia terdiam bingung. "Biar lu enggak jatuh," ucap Alex, ya jelas ia hanya basa-basi saja. Alex tersenyum tipis begitu juga dengan Tia yang tidak memberontak akan hal tersebut, hingga dimana mereka menghentikan laju motornya tepat di angkringan yang berads di pinggir jalan dan sangat ramai akan pengunjung. "Kita makan dulu,"kata Alex yang kini melepas helm fullface-nya. Gadis tersebut hanya mengikuti saja, ia turun setelah Alex menghentikan laju motornya, ia melepas helmnya yang ternyata susah hingga membuatnya ngedumel, "Ish ini helm ada masalah apasi sama gue!" Laki-laki tersebut yang melihat terkekeh pelan, ia turun dari motor lalu membantu Tia membuka helm yang ia gunakan. "Besok gue ganti helmnya," ujar Alex ketika berhasil melepas helm dari kepala gadis tersebut. Tia hanya menatap dengan orot mata datarnya sambil menampilkan wajah gemasnya yang merajuk. "Maaf ya," kata Alex yang melihat gadis tersebut, ia mengacak-ngacak pelan rambut Tia. "Ish! Rambut gue berantakan Lex!" seru Tia yang kini membenarkan rambutnya, semua yang berada disana melihat dengab gemas bagaimana kedua insa tersebut berinteraksi. "Ayuk," kata Alex yang membuat gadis tersebut hanya memandang kesal lalu melangkah mendahului laki-laki tersebut, Alex yang melihat jelas terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan dengan gemas melihat gadis tersebut. Mereka berdua memilih sate-satean yang terlihat menggugah selera tidak lupa juga mereka berdua memesan minuman, setelahnya kedua insan tersebut melangkah mencari tempat lesehan yang kosong. "Disini saja ya," kata Tia yang langsung duduk membuat Alex sontak hanya memandang lucu saja, dan laki-laki tersebut lantas langsung duduk tepat di depan gadis tersebut. Dering telepon membuat Alex terdiam saja, sedangkan Tia melihat layar ponselnya yang ternyata dari sang abang pertama. "Siapa?" tanya Alex yang penasaran, gadis tersebut menunjukkan layar ponselnya yang membuat laki-laki tersebut hanya mengangguk. Tanpa pikir panjang Tia mengangkat teleponnya. "Halo selamat malam, dengan Queen cantik kesayangan Bang Rey disini," kata Tia dengan gemasnya yang membuat Alex melihatnya sambil tersenyum tipis. "Kamu dimana? Jam segini belum pulang? Mau abang diamin lagi?" Tia yang mendengar sontak terdiam sambil mengerucutkan bibirnya, Alex yang melihat sontak menatap dengan raut wajah penasaran. "Di angkringan Bang, sama Alex nih," kata Tia. "Benaran sama dia?" Tia sontak nenghela nafasnya dengan gusar lalu menatap lurus ke arah Alex sebelum menjawab, "Iya Bang, enggak percayaan banget si. Mau ngobrol nih sama dia?" "Yasudah mana." Tia lantas langsung memberikan ponselnya kepada Alex yang sedikit bingung. "Bang Rey mau ngomong sama lu," kata Tia, tanpa pikir panjang laki-laki tersebut langsung mengambil ponsel gadis tersebut. "Iya Bang, kenapa?" tanya Alex to the point. "Enggak papa, gue kira Queen bohong. Kalau perginya sama lu gue percaya." Alex tersenyum tipis membuat Tia sontak mengenryitkan dahinya bertanya. Alex berkata, "Habis makan, gue langsung anter pulang." "Oke kalau gitu, gue tunggu." Alex berdehem saja, setelahmya ponsel tersebut ia kembalikan kepada Tia. "Yeuh udah dimatiin saja," cetus Tia ketika melihat teleponnya sudah tidak tersambung lagi. "Ngomong apa abang gue?" tanya Tia sambil menatap dengan raut wajah penasaran. Alex melirik sejenak sebelum akhirnya berkata, "Lu disuruh nikah sama gue." Gadis tersebut sontak terkejut atas perkataan Alex, laki-laki tersebut hanya tertawa pelan melihat raut wajah kaget yang menggemaskan dari Tia. "Ih lu bohong ya?!" seru Tia dengan nada kesal, Tia sontak memutar bola matanya dengan jengah. Kini pesanan mereka telah datang, mereka berdua menikmati di temani kendaraan yang lewat dan suara nyanyian dari live musik yang tersedia di angkringan tersebut. "Mau request lagu?" tanya Alex ketika melihat gadis tersebut mengikuti lagu yang dinyanyikan. Tia menoleh ke arah laki-laki dihadapannya sambil mengerutkan keningnya. "Tapi lu yang nyanyi ya?" tanya Tia sambil menaikkan kedua alisnya, gadis tersebut seolah menantang akan laki-laki tersebut. "Perasaan yang harus minta permintaan gue, kenapa jadi lu," cetus Alex yang membuat gadis tersebut hanya menyengir kuda saja menanggapinya. "Yasudah mau request lagu apa?" tanya Alex membuat Tia terdiam seolah memikirkannya. Tia menyahut, "Enggak usah." Laki-laki tersebut mengerutkan keningnya sebelum akhirnya beranjak berdiri membuat Tia mengernyitkan dahinya bingung, terlebih Alex kini melangkah ke arah live musik tersebut. "Lex, ngapain?" tanya Tia dengan raut wajah bingungnya. Kini Alex berada di bangku yang tadi di duduki oleh penyanyi live musik tersebut, semua mata tertuju kepada laki-laki tersebut ketika suara ketukan dari mic terdengar ditelinga mereka. "Ya Allah tuh cowok mau ngapain si?" tanya Tia yang sedikit malu karena semua pengunjung jelas memperhatikan Alex. Laki-laki tersebut menatap lekat ke arah Tia yang seolah memintanya untuk turun dan bertanya sedang apa ia disana, hingga suara petikan gitar mulai terdengar membuat para pengunjung memperhatikan dengan sangat lekat. "Dia seriusan mau nyanyi?" tanya Tia dengan sorot mata yang melotot, terlebih ia melihat Alex mulai memegang mic dan menarik nafas dalam-dalam. Suara laki-laki tersebut mulai terdengar, semua terpaku terpesona akan suara nyanyian yang berasal dari laki-laki tersebut, Tia terdiam memandang tidak percaya akan hal tersebut. "Eh ini benaran suara dia?" tanya Tia sambil sesekali mengusap telinganya, bahkan menyapu rambutnya kebelakang telinga. Gadis tersebut tersenyum manis menatap ke arah Alex yang kini juga tersenyum tipis ke arahnya, pandanganna terfokus ke arah Tia yang membuat para gadis yang lain iri akan hal tersebut. "Ihhh sweet banget si." "Ya Allah romantis banget, kapan ya guw diposisi tuh cewek." "Udah ganteng, pinter nyanyi pula." "Beruntung banget si ceweknya dapet cowok.kaya dia." "Mereka cocok banget si." "Satu ganteng satu cantik, kalau nikah anaknya sempurna banget pasti." Ocehan-ocehan berbisik mulai terdengar membuat Tia kini hanya terdiam sambil menatap ke arah Alex yang sudah ada diujung lirik, genjerengan gitar menyudahi perfom dadakan laki-laki tersebut, tepuk tangan dari para pengunjung mengiringi Alex yang turun dari kursi panggung. "Aaahh Alex! Keren banget!" seru Tia dengan gemasnya, gadis tersebut bertepuk tangan dengan raut wajah senangnya. Alex tersipu malu akan tingkah gadis tersebut yang menggemaskan tersebut, ia duduk kembali tepat di hadapan Tia. "Udah, gue malu nih," kata Alex yang membuat Tia hanya tersenyum tipis namun menyudahi tepuk tangannya. "Suara lu keren banget ihhh," kata Tia yang dengan gemasnya membuat Alex yang tengah menyeruput minumannya sontak mendongak menatap ke arah Tia yang sedari tadi senyan-senyum saja. Alex berkata, "Tadi disuruh request enggak mau." "Gue kira lu berdiri mau pesan lagi, tapi gue lihat makanan lu juga belum habis," kata Tia, Alex hanya tersenyum simpul mendengarnya gadis tersebut berkata. Tak terasa mereka telah menghabiskan makanan mereka masing-masing, malam juga semakin larut menggelap. "Kita pulang dan kali ini jangan nolak," kata Alex, ia lalu beranjak berdiri membuat gadis tersebut juga ikut berdiri. "Berapa Mas totalnya?" tanya Alex. "56 ribu Mas," kata Penjualnya. Alex bertanya, "Punya dia juga sudah di itung?" Pedagang tersebut menoleh ke arah gadis yang melangkah mendekat. "Iya Mas, sudah semuanya." Alex lalu mengambil dompet lalu memgeluarkan selembar uang seratus ribuan yang lalu ia berikan kepada pedagang. "Sebentar ya Mas." Alex hanya terdiam saja. "Berapa totalan gue Lex?" tanya Tia yang kini mengambil dompet yang berada di tas selempangnya, laki-laki tersebut tidak menjawab membuat Tia jelas mengerutkan keningnya. "Ini Mas kembaliannya, 44 ribu ya," kata pedagang tersebut. Alex tanpa pikir panjang langsung saja mengambil kembalian tersebut. "Bang punya saya berapa ya?" tanya Tia yang kini sudah menyediakan dompetnya untuk ia bayar, pedagang tersebut sontak menatap bingung lalu menjawab, "Sudah dibayar Kak sama Masnya." Tia menoleh ke arah Alex yang masih berdiri tepat disampingnya. "Sudah? Ayuk," kata Alex yang membuat Tia sontak menatap dengan raut wajah tidak percaya. "Alex ih! Kebiasaan banget si," ujar Tia yang kini mulai melangkahkan kakinya karena melihat sang laki-laki sudah melangkah membelakanginya. Laki-laki tersebut kini sudah berdiri tepat di depan motornya, gadis tersebut masih saja ngedumel akan kejadian tadi. "Besok-besok mah gue duluan dah yang berdiri, biar kaga di duluin," cetus Tia yang ngedumel tanpa melihat kedepannya hingga tanpa sadar menubruk tubuh bidang Alex. "Awkhs." Tia meringis sambil mengusap pelan keningnya, gadis tersebut lalu mendongak ke arah Alex yang kini menatap sambil menaikkan kedua alisnya. "Udah ngedumelnya?" tanya Alex dengan nada datar membuat Tia hanya mengerucutkan bibirnya. Tia berkata, "Kalau berhenti tuh kasih tahu gitu loh, jadi gue enggak nubruk." "Lu aja yang ngedumel mulu sampai enggak lihat ada gue," ujar Alex yang membuat Tia menatap dengan raut wajah yang cemberut, gadis tersebut kini mengambil helm yang ia tadi kenakan. "Sini," ucap Alex yang langsung mengambil helm tersebut lalu memakaikan kepada gadis tersebut. Tia berkata, "Padahal gue bisa sendiri." Laki-laki tersebut hanya terkekeh saja mendengarnya, Alex terdiam sejenak lalu memakaian jaketnya kepada gadis tersebut. "Biar enggak dingin," ucap Alex yang kini memakai helm fullface-nya. "Lu gimana?" tanya Tia ketika melihat laki-laki tersebut hanya memakai kaos hitam pendek saja, udara yang ia rasakan terasa dingin. Alex memundurkan peelahan motornya lalu menjawab, " Gue enggak papa, asal jangan lu." Gadis tersebut terdiam sejenak memperhatikan Alex yang kini menatap dengan datar. "Kenapa diam? Naik. Lu mau di telepon sama Bang Rey lagi?" tanya Alex yang membuat Tia kini memegang bahu laki-laki tersebut untuk membantu naik ke motor sportnya. Alex melajukan motornya dengan kecepatan standar menjauh dari area angkringan tersebut, banyak pasang mata yang melihat kepergian kedua insan tersebut. 20 menit kemudian, Alex kini telah sampai dirumah gadis tersebut tepat berada di depan gerbangnya. "Pak Yunus tolong bukain gerbangnya," teriak Tia, Bang Yunus selaku satpam lantas memicingkan matanya ketika melihat siapa yang meneriakinya pria gagah tersebut langsung memberi hormat dan membukakan pintu gerbangnya. "Terimakasih Bang," kata Tia sambil tersenyum manis. "Sama-sama Non," balas Bang Yunus. Alex kini melajukan kembali motornya lalu menghentikan motornya tepat di depan pintu rumah sang gadis. Tia turun dari motor bertepatan pintu rumah terbuka yang menampilkan laki-laki dengan wajah tampah dan berawakan badan yang benar-benar membuat siapapun melihat menelan salivanya. Alex yang melihat sontak turun dari motornya. "Alex! Ini susah lagi helmnya," cetus Tia dengan sedikit kesal membuat laki-laki tersebut sontak langsung membantunya untuk membukakan helm. "Astaga Queen buka helm saja kamu masa enggak bisa," kata Rey sambil menggelengkan kepalanya pelan, gadis tersebut menghela nafasnya lalu setelah helmnya terlepas. "Susah Bang, helmnya enggak suka sama aku kayanya," ujar Tia dengan sedikit kesal, gadia tersebut kini melangkahkan kakinya tepat berada di samping sang abang. Rey tersenyum tipis lalu menatap ke arah Alex yang kini berdiri teoat di hadapannya. "Makasih ya Lex sudah bawa Tia pulang dengan selamat," ucap Rey dengan senyuman tipis dibibirnya. "Iya Bang, kalau gitu gue pamit pulang ya. Sudah malam juga," kata Alex yang kini berjabat tangan dengan Rey dengan sopan. "Bilang makasih ke Alex," kata Rey kepada sang adik yang kini mendongak dengan raut wajag cemberutnya, mata Rey melotot membuat Tia menghela nafasnya lalu menatap ke Alex sambil berkata, "Lex terimakasih ya." Alex tersenyum tipis lalu menyahut, "Iya, terimakasih juga untuk hari ini." Gadis tersebut terdiam membisu mendengar ucapan laki-laki tersebut yang kini sudah menaiki motor lalu memakai helm fullface-nya. Laki-laki tersebut mengangguk sopan seolah berpamitan sebelum akhirnya ia melajukan motornya keluar dari area perumahan tersebut, sedangkan Rey kini menatap sang adik yang masih saja menatap ke arah gerbamg rumahnya padahal motor yang mengantarnya sudah tak terlihat. "Enggak salahkan keluarga kita jodohin sama dia?" tanya Rey sambil menaikkan kedua alisnya. "Apaan si Bang, ish!" Tia lantas melepas rangkulan tangannya lalu melangkag masuk meninggalkan sang abang yang terdiam melongo, namun setelahnya ia tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah sang adik. Gadis tersebut kini melangkahkan kakinya menaiki anak tangga untuk menuju kamar tidurnya, dengan senyuman tipis dibibirnya seolah ia mengingat bagaimana hari ini bersama dengan Alex. "Oke, lu enggak boleh terlalu tergiur akan kesan dia yang baik, kita enggak tahu bagaimana kedepannya," gumam Tia yang lalu menarik nafasnya dalam-dalam lalu ia hembuskam secara perlahan. Tia langsung masuk ke kamar tidurnya dan langsung menuju kamar mandinya untuk membersihkan mukanya, hingga ia tersadar jaket yang ia kenakan adalah milik Alex. "Eh ya Allah jaketnya, mana udaranya dingin banget lagi. Kalau anak.orang masuk angin gimana? Masa iya gue kerokin si," cetus Tia yang kini menatap ke arah jaket yang telah ia lepas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD