8

513 Words
“Apa yang kamu buat hah? Kamu tidak lihat itu selokan tidak bisa di buka?!” teriak Qisti dengan marah, membuat semua orang yang berlalu lalang melewati mereka melihat ke arah mereka. “Maaf, saya tidak bermaksud-“ “Jadi lelaki itu harus beretika sedikit! Kalau tidak, percuma saja kamu seorang ustadz!” maki Qisti tepat di hadapan wajah Nizam. “Saya benar-benar minta maaf, saya akan bertanggung jawab!” “Tidak perlu!” “Minggir! Saya mau pulang!” ucap Qisti sambil menyenggol Nizam. “Biarkan saya antar, untuk menebus kesalahan saya.” “Tidak perlu!” “Saya mohon, untuk menebus rasa salah saya.” “Seharusnya kamu mikir sebelum bertindak, sudah, saya mau pulang, jangan halangi jalan saya,” ucap Qisti yang sudah berhasil menyetop taksi dan berlalu pergi dari sana. Nizam memandang selokan tempat kunci motor Qisti berendam, dia memperhatikan dengan seksama selokan itu, terlihat memang tidak bisa di buka, kecuali dengan cara menghancurkan beton pinggiran besi. “Eh Mas, kunci motor saya jatuh ke sini, bagaimana ya caranya saya bisa ambil kembali?” tanya Nizam pada tukang parkir. “Oh, itu bisa dengan di pancing Mas, lain tidak ada caranya.” “Di pancing?” tanya Nizam penasaran. “Iya, sebentar ya, saya ambilkan kawat dulu,” ucap tukang parkir itu yang pergi untuk dari hadapan Nizam. “Ini Mas, bisa pakai ini,” ucap lelaki itu sambil memberikan kawat yang sudah di buat seperti mata pancing. “Terima kasih banyak Pak ya,” ucap Nizam sambil menerima kawat tersebut. “Sama-sama, kebetulan ada beberapa orang yang mengalami hal yang sama, makanya saya juga menyimpan kawat itu, mungkin sewaktu-waktu dibutuhkan kembali.” “Iya Pak,” jawab Nizam yang mulai mencari kunci motor Qisti dengan kawat. “Tik!” suara ujung kawat bersentuhan dengan kunci motor Qisti. “Wah, sepertinya hampir dapat Pak,” ucap Nizam dengan girang. “Mas lanjutkan dulu ya, saya mau mengeluarkan motor di ujung sana.” “Iya Pak.” Sudah hampir 1 jam Nizam memancing kunci motor Qisti, akhirnya perjuangan dia berhasil. “Yey! Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga ini kunci!” ucap Nizam dengan girang. “Ketemu Mas?” “Ketemu Pak, Alhamdulillah.” “Saya ke sana sebentar Pak, mau cuci kunci motor ini.” “Iya Mas.” Nizam mencuci kunci yang terlihat hitam karna air jamban, setelah mencuci kunci itu dengan bersih, dia kembali ke parkiran. “Pak, siapa di sini yang bisa bantu saya membawa pulang motor ini?” tanya Nizam pada tukang parkir. “Biar saya panggilkan teman saya dulu.” “Edi! Edi! Kemari sebentar.” “Iya Bang, ada apa?” “Kamu bantu Mas ini untuk mengantar motor temannya sampai ke rumah sebentar.” “Oh boleh, lalu saya kembali ke sini pakai apa?” tanya Edi. “Kembali sama saya boleh, kembali pakai taksi juga boleh, nanti saya yang bayarin ongkos pulang,” jawab Nizam. “Oke, kalau begitu kita langsung jalan sekarang juga.” Nizam memberitahukan alamat rumah, dan menyuruh Edi untuk jalan di depan, karna Nizam tidak bisa percaya sepenuhnya sama lelaki yang belum di kenalnya ini. “Terima kasih banyak Bang ya sudah mau membantu saya,” ucap Nizam setelah mereka sampai di d3pan rumah Qisti. “Sama-sama Mas.” “Apa Mas pulang naik taksi saja?” tanya Nizam kembali. “Boleh Mas, terserah sama Mas Ustadz saja.” “Kalau begitu, saya kasih uang saja, saya harus masuk ke dalam untuk mengembalikan motor ini,” ucap Nizam yang memberikan uang 500 ribu untuk Edi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD