Aya membuka pintu rumahnya dengan lemas. Begitu ia masuk, ia langsung berjalan ke arah sofa. Aya duduk dan menggiring Nala untuk menyuruhnya ikut duduk juga. Di dalam rumah, sepi. Untung saja, hari ini bude Aya mengajak Nadia main ke rumah Prisa. Sedangkan bapaknya masih di kebun. Jadi, Aya merasa lega karena orang rumah tidak ada yang tahu kejadian ini, sehingga tidak membuat mereka khawatir. Setelah Aya duduk dengan Nala, ia langsung memeluk Nala erat. Nala juga membalas pelukan mamanya. Tubuhnya masih terasa gemetar. Sama dengan hal yang dirasakan Aya tadi. Nala memang sudah tidak menangis, namun ia masih setengah sesenggukan. "Sayang. Kamu tidak apa-apa, kan? Kenapa kamu menangis tadi?" tanya Aya sambil mengusap punggung putrinya. "Aku takut, papa datang, Ma," kata Nala. "Apa p