Aya mengusap kening Nala yang tertidur dengan lelap. Saat melihat wajah Nala, sepertinya ia sedang damai dalam tidurnya. Namun, siapa yang tahu jika mungkin saat ini ia sedang bermimpi buruk? Nala terlihat seperti anak normal pada umumnya. Padahal, jarang ada yang tahu jika ia memiliki trauma yang cukup dalam. Itulah yang menyebabkan Nala menjadi sering diam dan tidak banyak berbicara. "Aku mau jalan-jalan dengan om nathan lagi." Aya tiba-tiba teringat permintaan Nala tadi siang, ketika ia ingin bertemu dan bermain dengan Nathan lagi. Sangat jarang sekali, Nala bisa dekat dengan seseorang. Apa lagi, sedekat Nala dan Nathan. "Padahal Nala sudah mulai bisa menghilangkan traumanya. Tapi, kenapa ayahnya justru datang untuk merusaknya?" gumam Aya berbicara sendiri sambil menghela nafas.