When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Mari masuk, Khanza. Ini kediaman, Ibu. Kamu tunggu sebentar, Ibu masuk dulu mau ambil kunci kosannya." "Ya, Bu silakan." Sepeninggal Widya, Khanza memindai sekeliling ruangan. Rumahnya terasa asri dan nyaman meski hanya memiliki satu lantai, tapi rumahnya sangat luas dengan dekorasi modern. Mata Khanza terfokus pada sebuah bingkai poto, dimana gambarnya menunjukan dua orang pria tengah duduk menghadap ke danau. Wajah keduanya tak jelas karena sama-sama membelakangi kamera. hanya saja dari punggung tubuh pria itu Khanza seperti mengenali salah satunya. Namun, dia tak yakin dengan apa yang di lihatnya. Tak berselang Widya telah kembali dengan membawakan nampan berisi cemilan. Wanita paruh baya yang berwajah teduh itu meletakkan cemilan tersebut di meja. "Ayo, Khanza silakan di cicip