When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Sebentar saya angkat telpon dulu. Silakan Anda makan duluan saja." Kenzo mempersilakan Reno juga Dimas untuk makan terlebih dulu. Pria itu berjalan menjauh. Khanza bersikap seperti tak acuh padahal dalam hatinya kesal parah. Di mana-mana bayang-bayang Karina selalu menghantui. Reno mengambil kesempatan untuk mengajak ngomong Khanza. Kepergian Kenzo dari tempat itu benar-benar dia manfaatkan. Tak peduli ada Gavin dan Dimas diantara mereka. "Khanza, apa kabarmu?" tiba-tiba Reno menanyakan kabar tentang Khanza. Khanza yang akan menyuapkan sendok ke mulut, urung dia lakukan. Wajahnya mendongak, manik mata dirinya bertubrukan dengan Reno. Dia melihat tatapan Reno begitu dalam padanya, sorot matanya menyiratkan kerinduan. Gadis itu melengos memutus pandang. Andai tidak ada Gavin di sana