New Life

1165 Words
Beberapa tahun berlalu. Hari ini Reyhan sedang berada di Bandung untuk mengisi seminar kesehatan untuk salah satu universitas kedokteran di kota Bandung. Beberapa tahun ini Reyhan hanya fokus mengurus putrinya juga beberapa cabang rumah sakit milik keluarganya. Dewa memang tidak mengambil aset berupa rumah sakit tapi asetnya sudah Dewa pindahkan ke beberapa cabang perusahaan yang kini resmi menjadi miliknya. Reyhan sedang berada di satu restoran cepat saji di kota Bandung bersama tiga rekan nya sesama dokter, saat tiba-tiba ponsel di saku jasnya bergetar, dan buru-buru Reyhan merogoh saku jasnya dan menerima panggilan telpon dari salah satu perawat di salah satu rumah sakit di Denpasar Bali, dan mendapat kabar jika gadis yang dia tabrak lima Minggu lalu tadi sempat sadar. Dan tidak menunggu waktu lama, Reyhan langsung berangkat ke Bali. "Bagaimana kondisinya?" Tanya Reyhan saat dia baru sampai di rumah sakit di mana gadis yang dia tabrak itu di rawat. Sudah lewat satu bulan sejak insiden itu terjadi, gadis yang Reyhan tabrak malam itu masih belum sadarkan diri, namun tadi pagi, Reyhan, mendapatkan kabar jika gadis itu sudah sempat sadar dan Reyhan langsung berangkat ke Bali untuk melihat secara langsung korbannya. "Dokter harus mengeceknya sendiri, karena sepertinya ada kendala dengan fungsi penglihatannya," ucap salah satu perawat yang dia sewa untuk mengurus dan merawat gadis itu selama dia tidak berada di Bali. "Apa maksudmu?" Tanya Reyhan lebih karena sungguh dia tidak paham dengan apa yang sedang di sampaikan oleh perawat itu. Pasalnya ketika kemarin dia menabrak gadis itu yang Reyhan bisa simpulkan hanya gadis itu mengalami patah tulang dan entah kepalanya yang juga ikut terbentur, atau bagaimana hingga gadis itu tidak sadarkan diri dan berakhir koma hingga sebulan lebih. Reyhan membuka ruang rawat inap yang di tempati gadis itu, dan melihat jika gadis itu tengah duduk di atas brankar rumah sakit namun dengan tatapan kosong. Reyhan berjalan mendekati ranjang gadis itu namun gadis itu tidak merespon keberadaannya, hingga Reyhan berdiri tepat di depannya namun gadis itu masih tidak juga merespon kehadiran nya. "Selamat siang." Sapa Reyhan lebih dulu dan baru saat itu gadis yang dia tau bernama Marissa itu menoleh ke arahnya namun masih dengan tatapan kosong. Reyhan juga melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu namun sepertinya benar apa yang dia katakan perawat yang merawatnya, jika gadis itu kehilangan fungsi penglihatannya. Kembali Reyhan melambaikan tangannya di hadapan gadis itu dan gadis itu tetap tidak merespon, lalu Reyhan menoleh ke arah perawatan dan perawat itu hanya mengangguk lemah sambil mengedikkan bahunya. Reyhan memperkenalkan dirinya lebih dulu pada gadis itu berharap gadis itu tidak kehilangan ingatannya. "Hey. Kenalkan aku dokter Reyhan. Reyhan Fadilla." Ucap Reyhan sambil mengulurkan tangannya di depan gadis itu tapi gadis itu tidak menerima jabat tangan Reyhan dan Reyhan buru-buru meraih tangan gadis itu untuk dia genggam dan memperkenalkan diri. Gadis itu tersenyum namun kelopak matanya benar-benar tidak berkedip sedikitpun dan hanya tersenyum ke arah nya dengan tatapan hampa. "Marissa." Ucap gadis itu juga menyebut namanya sendiri, dan sungguh ada kelegaan luar biasa di hati Reyhan saat menyadari jika apa yang dia takutkan tidak terjadi juga. Gadis itu tidak mengalami amnesia dan itu akan mempermudah Reyhan untuk bernegosiasi dengan gadis itu. Bagaimanapun juga Reyhan sudah berjanji akan bertanggung jawab penuh pada gadis yang dia tabrak itu dan kali ini langkah pertamanya adalah menyampaikan pada gadis itu apa yang sudah terjadi dengan nya dan apa hubungan dirinya dengan semua itu. "Sebelumnya, aku mau minta maaf padamu." Ucap Reyhan menjeda kalimatnya. "Aku minta maaf karena kelalaian ku kau jadi seperti ini," sambung Reyhan sambil menggenggam tangannya sendiri dengan sebelah tangannya. Marissa masih menyimak apa yang akan Reyhan katakan setelah ini. "Maafkan aku. Karena akulah kau berada di situasi ini sekarang. Aku adalah orang yang sudah menambrak mu malam itu. Akulah orang yang sudah membuatmu cacat seperti ini. Jadi aku mohon maaf. Maafkan aku." Ucap Reyhan dengan bersungguh-sungguh. Kali ini Reyhan juga menggenggam tangan gadis itu sambil menunduk. Gadis itu langsung menarik tangannya saat Reyhan mengatakan jika dia adalah orang yang sudah menabrak nya dan langsung beringsut mundur dari duduknya, namun saat dia akan mengangkat kakinya, kaki itu malah tidak bergerak sedikitpun dan baru dia sadar jika dia tidak bisa menggerakkan tubuh bagian bawahnya dan gadis itu langsung menyingkap kain yang menutup kakinya dan buru-buru meraba nya, namun pahanya terasa di bebat dengan kain yang terasa mengeras dan tebal dan yakin jika itu adalah gips. Gadis itu terdiam. Hanya terdiam. Gadis itu menghela napasnya sambil mendongak dengan segala rasa hancur di hatinya. Reyhan menyadari ekspresi kekecewaan di wajah gadis itu, sangat menyadarinya. "Aku akan bertanggung jawab penuh dengan semua ini. Aku akan membuatmu bisa berjalan lagi, dan untuk penglihatan mu," ucap Reyhan menjeda kalimatnya, karena sungguh ini adalah bagian paling serius yang harus dia pertanggung jawabkan, dan sungguh Reyhan sendiri tidak tau harus berkata apa dengan semua itu. Meskipun selalu ada kemungkinan untuk gadis itu bisa kembali melihat tapi memang akan butuh waktu yang lama dan satu-satunya cara adalah dia harus mendapatkan donor mata untuk gadis itu dan sungguh itu bukanlah perkara yang bisa di katakan sederhana. Gadis itu hanya tersenyum tanpa bisa Reyhan artikan maksud dari senyum itu. "Ini sudah takdir. Takdir yang tidak bisa dokter hindari, begitu juga dengan ku," ucap Marissa masih dengan tatapan kosongnya. Reyhan semakin menunduk dalam dengan sejuta rasa sesal di hatinya. Dia tidak tau harus berkata apa sekarang, bibirnya tiba-tiba kaku dan lidahnya kelu. "Apa ayahku sudah tau jika aku berada di sini?" Tanya gadis itu dan Reyhan hanya mengangguk dalam diam. "Ya. Dia sudah tau. Karena aku sendiri yang sudah mengabari nya sehari setelah insiden itu," ucap Reyhan apa adanya karena benar adanya jika dia juga langsung menghubungi orang tua gadis itu dan ternyata gadis itu hanya tinggal bersama ayahnya dan ayahnya pun sudah sangat tua, dan hanya menggantungkan hidupnya pada putri semata wayangnya. "Aku juga sudah mengatakan jika akulah orang yang sudah menabrak mu malam itu." Jelas Reyhan namun sungguh bukan itu yang Marissa cemaskan. Marissa cemas jika dia dengan kondisi seperti ini, bagaimana dia bisa mengurus ayahnya yang juga tidak begitu sehat, dan bagaimana dia akan mencari nafkah untuk menghidupi ayahnya, karena mustahil dia akan bisa mengurus ayahnya dengan kondisi buta seperti saat ini. Patah tulang yang dia alami tentu masih bisa di pulihkan tapi kebutaannya? Tentu itu bukan perkara sederhana dan kali ini ada seribu kegundahan yang juga memenuhi pikiran Marissa. "Kau tidak perlu khawatir. Aku juga akan ikut bertanggung jawab atas ayahmu, aku akan mengurus nya dengan baik, sebagaimana kau yang juga merawatnya dengan sangat baik selama ini. Aku juga menyewa satu perawat untuk merawat ayahmu selama kau koma di sini. Juga mencukupi segala kebutuhannya." Jelas Reyhan dan sungguh kali ini Marissa ingin menemui ayahnya. "Aku ingin bertemu ayahku." Ucap Marissa sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan d**a dan Reyhan langsung mengangguk sebagai jawaban atas permintaan gadis yang sudah dia tabrak itu seolah-olah gadis itu bisa melihat anggukan nya. "Baik. Akan ku minta perawatnya untuk membawa ayahmu ke mari." Ucap Reyhan sambil menepuk tangan gadis itu seolah-olah dia ingin menyampaikan jika semua akan baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD