Salah Sangka

1051 Words
Keesokan harinya Rani ibunya Reyhan menelpon dan mengatakan sudah berada di depan rumah, Reyhan. Tentu Rani ingin bertemu dengan Reyhan, dan Reyhan mengatakan akan segara pulang dan meminta ibunya menunggu sebentar, karena jarak rumah sakit tempat Reyhan bekerja tidak begitu jauh dari rumah yang Reyhan tempati saat ini. Hanya butuh lima belas menit perjalanan menggunakan mobil. Rani belum tau jika Reyhan dan Alea, istrinya akan bercerai, sungguh Reyhan tidak tau, apakah Reyhan harus bercerita pada ibunya atau membiarkan semua berjalan seperti air mengalir dan suatu saat nanti Rani tau dan saat itu Reyhan akan coba untuk menjelaskan semua itu pada ibunya. Saat Reyhan sampai di depan gerbang rumahnya, Reyhan melihat ibunya sudah berdiri di depan gerbang rumah itu dan raut wajahnya sangat tidak terlihat baik-baik saja, pikir reyhan mungkin ibunya sedang kurang sehat , atau mungkin sedang banyak pikiran, jadi Reyhan tetap berusaha bersikap tenang. Reyhan membuka gerbang rumah miliknya dan mempersilahkan ibunya untuk masuk dan duduk di ruang tengah rumahnya. Tentu rumah yang di tempati nya dengan Alea istrinya. Rumah itu cukup besar meski mereka memang hanya tinggal berdua saja, dan mereka tidak menggunakan asisten rumah tangga karena Alea yang memang mengatakan bisa mengurus rumah juga suaminya sendiri, walaupun sesekali Alea meminta tukang taman untuk memangkas rumput juga menata tanaman hidroponik di halaman depan rumah mereka karena memang semua tidak sepenuhnya bisa kita kerjakan secara bersamaan, dan Alea akan meminta bantuan pada yang memang sudah ahlinya. Baru saja kaki Reyhan masuk selangkah ke ruang tengah rumah itu, saat Rani ibunya sudah menyerangnya dengan pertanyaan yang selama ini Reyhan hindari dan tutupi dari ibunya juga dari ayahnya. Bukannya Reyhan ingin menutup sepenuhnya apa yang terjadi antara dia dan Alea, tapi Reyhan hanya ingin mencari waktu yang pas untuk mengungkap kemudian menceritakan semua masalah yang sedang terjadi antara dia dan Alea. "Jelaskan apa maksud semua ini?" Ucap Rani ibunya sambil melempar surat dari pengadilan agama yang berisi gugatan cerai dari sang menantu kesayangan nya, Alea Azuria Mahespati. "jadi ibu sudah tau?" Tanya Reyhan dengan suara serak yang terdengar pilu, dan sungguh itu tidak bisa di katakan baik-baik saja. "Jika ibu sudah tau, ibu tidak akan bertanya padamu Rey," ucap Rani ibunya dengan suara yang dia naikkan dua oktaf. Kali ini Reyhan bisa melihat kemarahan yang begitu besar dalam diri ibunya, dan Reyhan sendiri tidak tau harus memulai bercerita dari mana. Haruskah Reyhan mengatakan jika Reyhan sudah menikah siri dan Alea tidak bisa terima dan berakhir menggugat cerai dirinya, ataukah ,,,,,,, aaaaah Reyhan sendiri juga sudah merasa bosan dengan jalan pikirannya sendiri yang tetap tidak bisa konsisten dengan apa yang dia pikirkan dan apa yang akan dia ucapkan. "Alea menggugat cerai aku secara tiba-tiba ibu," ucap reyhan pada akhirnya dengan penuh sesal. Reyhan menyesal karena pada akhirnya Reyhan sadar jika hanya Alea yang bisa membuatnya merasa hidup, meski tidak di pungkiri Reyhan juga bahagia ketika bersama Devina, tapi jika dia di suruh memilih antara keduanya sudah pasti Reyhan akan memilih, Alea. Karena Alea jauh lebih bisa menghormati dan menjaga harkatnya sebagai seorang suami. Alea tipe wanita yang ramah, tapi jika Alea sudah diam seperti kemarin itu artinya semua sedang tidak baik-baik saja, dan di titik inilah sekarang mereka berada. Titik menunggu keputusan untuk benar-benar mengakhiri. "Ya. Tapi apa alasan Lea melakukan itu? Sungguh itu adalah tindakan memalukan, dan ini adalah pertama kalinya dalam keluarga kita seorang laki-laki di ceraikan oleh istrinya," murka Rani ibunya, sementara Reyhan, lagi-lagi memilih diam. Sungguh Reyhan sendiri juga sebenarnya tidak menyalahkan Alea jika sampai Alea menggugat dirinya seperti ini tapi kali ini Reyhan pun tidak bisa membela dirinya sendiri. Sedangkan Rani ibunya mulai dengan pikiran-pikiran yang mencaci Alea. Alea yang sudah kurang ajar, Alea yang tidak tau di untung, sudah dapet suami seorang dokter yang baik, apa yang kurang dari putranya hingga anak menantunya itu sampai menggugat cerai putra kebanggaannya? Rasa kemarahan dan kecewa Rani benar-benar besar hingga untuk memikirkan sesuatu yang positif tentang Alea pun sudah tidak bisa dia lakukan lagi, apalagi hanya untuk sekedar memaafkan tindakan menantunya yang menurutnya sangat memalukan dan mencoreng nama baik keluarga besar nya. Rani terus saja memaki Alea dengan pikiran-pikiran buruknya. "Persidangan itu jadwalnya besok, ibu mau kamu menghadiri persidangan itu, ibu tidak mau harga diri keluarga kita di rendahkan oleh seorang wanita, apalagi wanita kampung seperti Alea, sungguh ibu tidak terima." Ucap Rani tang jauh lebih terdengar seperti perintah pada putranya, Reyhan. Tapi Reyhan malah merasakan dadanya yang ikut nyeri karena itu artinya Rani ibunya mendukung keputusan Alea yang ingin bercerai, sementara Reyhan sendiri tidak ingin bercerai dengan Alea istrinya, tapi apa yang harus Reyhan lakukan saat ini? Reyhan sendiri tidak tau, dan akan mencoba pasrah. Rani benar-benar murka pada menantunya, Alea. Dia tidak habis pikir wanita yang selama ini dia sayang seperti putrinya sendiri, ternyata kini mempermalukan keluarganya, sungguh rani sangat terluka sekaligus terhina, kurang lebih itu yang Rani katakan di hadapan Reyhan putranya. Saat Rani pulang dia langsung menceritakan semua itu pada Burhan suaminya. Meski Burhan terkejut dan sempat tidak percaya Burhan tetap bisa bersikap tenang. Kecewa, terluka, marah, juga sudah pasti di rasakan Burhan tapi dia tetap akan mengambil jalan tengah. Dia tidak ingin mendengar hanya dari satu pihak, dia juga harus mendengarkan penjelasan dari Alea langsung, atau jika sekiranya takdir masih bisa dia selamatkan, Burhan berharap jangan sampai ada perpisahan. Sore itu juga Burhan langsung menelpon Alea dan memintanya untuk datang ke rumahnya nanti malam, Burhan tidak mengatakan jika dia akan membicarakan perihal gugatan cerai yang wanita itu layangkan pada suaminya, putranya, Reyhan Fadila. Burhan juga meminta pada Reyhan putranya untuk datang di jam yang sama. Niat Burhan murni ingin meluruskan masalah antara putranya dengan menantunya, karena sejatinya itulah peran orang tua sebagai penengah untuk anak-anaknya dengan tidak memihak satu pihak saja, meskipun Alea hanya sebatas anak menantunya, tapi sesungguhnya Burhan juga sudah terlanjut menyayangi Alea menantunya. Bukan perkara sulit untuk Reyhan bisa mencari pengganti Alea , tentu itu sangatlah mudah, mengingat jika putranya bukan laki-laki yang buruk, dan nilai plusnya adalah mapan, sedang untuk minusnya Burhan sendiri tidak bisa mengatakan dan menyimpulkannya sendiri, jadi biarlah orang yang menilai bagaimana putranya layak untuk mendapat wanita yang baik, tapi tidak akan ada asap jika tidak ada api, jadi mustahil Alea tidak akan punya pembelaan sendiri ketika memutuskan untuk menggugat cerai putranya, dan inilah yang ingin Burhan luruskan dengan mempertemukan keduanya dan berbicara dengan hati dan kepala dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD