Modus Reyhan

1998 Words
Reyhan kembali menelan salivanya sambil menatap d**a istrinya, entah siapa yang sudah membantu Reyhan mengangkat naik tangannya untuk berada di d**a istrinya lalu meraba buah d**a itu dengan sangat lembut. Marissa tidak jua bergeming dari duduknya karena sungguh dia tidak tau harus bersikap bagaimana pada Reyhan saat ini. Benar apa yang Reyhan ucapkan, Reyhan bisa melakukan itu padanya, jangankan hanya untuk memandikan Marissa, untuk melakukan hal yang lebih juga Reyhan bisa dan berhak untuk melakukan itu. Reyhan adalah suaminya, dan Marissa sebagai wanita yang berstatus istri tentu juga sadar jika seharusnya dia juga memberikan hak suaminya. Tidak peduli ada atau tidak adanya cinta di hati mereka, tanggung jawab tetapkan tanggung jawab yang harus tetep di laksanakan. Seperti Reyhan yang tetap bertanggung jawab atas dirinya, dan memberi segala kewajiban nya demi kenyamanan dirinya, seharusnya Marissa juga bisa menerima juga memberikan kewajibannya sebagai bentuk tanggung jawab atas keputusannya telah menerima Reyhan sebagai suaminya. Reyhan juga pelan-pelan mendekatkan wajahnya ke arah d**a Marissa dan mendarat tepat di antara kedua buah d**a istrinya. Hilang kontrol. Ya Reyhan hilang kontrol saat melihat tubuh tanpa busana istrinya, yang benar-benar sangat indah. Reyhan adalah laki-laki normal maka hal yang sangat wajar jika di juga akan bereaksi demikian saat di hadapkan dengan kondisi seperti saat ini. Reyhan benar-benar memeluk pinggang Marissa dengan wajah Reyhan yang tetap ada di d**a Marissa bahkan sebelah tangan Reyhan juga masih membelai lembut buah d**a itu hingga Marissa merasa tidak enak, lalu menahan kepala Reyhan agar tidak terlalu keras memeluk pinggangnya, karena dia sudah berasa sangat sesak. "Mas." Lirih Marissa tapi Reyhan masih tidak menanggapinya. Marissa masih menahan punggung Reyhan, bahkan kali ini Marissa juga menepuk pelan punggung Reyhan karena Marissa sudah kesulitan untuk sekedar bernapas. "Mas Rayhan." Ucap Marissa lagi dan saat itu lah Reyhan mendapatkan kesadarannya. "Oh. Maafkan mas, Icha. Sungguh mas khilaf. Maaf." Ucap Reyhan saat bangkit dari berjongkok-nya dan merasa sangat malu dengan dirinya sendiri. "Sungguh Icha, mas tidak bermaksud untuk melecehkan, Icha. Mas hanya,,," "Tidak apa-apa mas. Tidak apa-apa. Seperti yang mas katakan, mas adalah suami Icha, mas bisa melakukan ini, mas juga bisa melakukan apa saja dengan tubuhku. Tidak ada yang salah dengan apa yang mas lakukan saat ini!" Imbuh Marissa lembut juga dengan tatapan hampa. "Bukan begitu, Icha. Sungguh tadi mas tidak bermaksud untuk melakukan itu, tapi,,," "Tidak apa-apa, mas. Mas tidak salah. Stop mengatakan maaf terus menerus. Karena ini memang hal yang tidak satu orangpun akan berani mengatakan jika apa yang mas lakukan tadi adalah satu kesalahan." Tolak Marissa saat meraih sebelah tangan Reyhan untuk kembali dia letakkan di atas dadanya yang terasa hangat dan percaya atau tidak kali ini Reyhan malah terlihat kaku untuk sekedar menyentuh d**a itu. Akhirnya setelah drama tadi Reyhan juga benar-benar membantu Marissa untuk mandi dan berganti pakaian. Bahkan tadi Reyhan juga membantu Marissa untuk duduk di kloset karena Marissa terus saja menahan perutnya dan Reyhan yakin jika Marissa ingin menuntaskan atau mengeluarkan kotoran yang melilit di perutnya. Tentu Reyhan hanya membantu nya duduk di kloset karena untuk urusan lebih lanjutnya Marissa bisa melakukan itu sendiri, dan Reyhan mengangkat tubuh istrinya saat Marissa mengatakan sudah selesai. Reyhan membantu Marissa mengeringkan rambutnya, juga menyisir rambut itu dan tiba-tiba rasa ingin itu juga kembali Reyhan rasakan. Reyhan tiba-tiba menarik naik ujung dagu Marissa hingga Marissa mendongak, kemudian Reyhan merendahkan sedikit tubuhnya untuk menjangkau bibir tipis Marissa agar bisa dia cium. Hanya ciuman sebelah pihak, karena hanya Reyhan yang melakukan gerakan itu sementara Marissa hanya pasrah saat Reyhan melakukan itu di bibirnya. "Mulai hari ini, mas yang akan membantu Icha mandi dan berganti pakaian. Dan mas harap Icha tidak keberatan untuk sekedar menerima itu. Kita akan sama-sama belajar untuk saling mengerti, dan sungguh mas lagi-lagi berharap Icha mau mencobanya. Mencoba menerima takdir jika kita sekarang adalah suami istri. Mas tidak akan memaksa Icha untuk sepenuhnya memberikan cinta Icha pada mas, seperti mas yang juga tidak bisa menjanjikan Icha hati mas sepenuhnya. Tapi di sini kita akan sama-sama mencoba sedikit demi sedikit, dan mas yakin kita pasti bisa." Ucap Reyhan saat menarik ciumannya di bibir lembut dan dingin istrinya. Marissa juga langsung mengangguk dengan sangat cepat karena apa yang Reyhan ucapkan memang tidak sepenuhnya salah. Di hati Marissa memang belum ada nama Reyhan dan mungkin begitu juga sebaliknya, tapi mencoba seperti apa yang Reyhan sarankan tadi juga bisa menjadi alternatif untuk mereka maka Marissa juga tidak bisa egois untuk menolak saran suaminya, terlebih Reyhan sudah sangat baik dan bertanggung jawab pada dirinya. Marissa juga merasa di sayangi oleh keluarga Reyhan dan mustahil jika Marissa akan menjadi wanita yang egois untuk perkara yang sederhana seperti ini. Reyhan kembali mendaratkan ciumannya di bibir juga kening Marissa sebelum akhirnya mengatakan pada Marissa jika dia ingin mandi dulu lalu istirahat sebentar karena semalam Reyhan tidak begitu mendapatkan tidurnya. Dan lagi-lagi Marissa hanya asal mengangguk. Marissa menyentuh bibirnya sendiri. Bibir yang tadi Reyhan, suaminya cium. Rasanya sangat aneh untuk Marissa tapi kenapa malah Marissa merasa menyukai itu. Menyukai saat tadi Reyhan melakukan itu di bibirnya. Marissa masih duduk di tempat, dimana Reyhan tinggalkan tadi, hingga Reyhan juga terdengar kembali membuka pintu kamar mandi , dan Marissa yakin jika Reyhan juga sudah selesai dengan mandinya. Langkah Reyhan terdengar kembali mendekat ke arahnya dan tiba-tiba berhenti di depannya. "Apa yang bisa Icha lakukan untuk mas?" Tanya Marissa tiba-tiba, dan Reyhan hanya tersenyum manis karena dia juga tidak tau apa yang kiranya bisa dia mintai bantuan pada Marissa karena Reyhan juga yakin jika Marissa tidak akan bisa melakukan apa yang sedang dia pikirkan saat ini. Menyisir rambutnya, mengancingkan bajunya, oh tapi tiba-tiba Reyhan tau apa yang kiranya bisa Marissa lakukan untuknya agar Marissa tidak terus merasa jika hanya dia yang akan di bantu di sini, tapi Marissa juga bisa membantu nya tanpa harus membuat atau menyinggung perasaan wanitanya. "Mau kah Icha membantu mas untuk memijit kepala mas. Semalam mas kurang tidur, jadi sekarang kepala mas juga jadi pusing." Ucap Reyhan lembut karena sejatinya itu juga murni Reyhan rasakan saat ini. Sakit kepala karena kurang tidur , Marissa langsung mengangguk dengan sangat cepat. Reyhan memakai pakaiannya lebih dulu lalu mengangkat tubuh Marissa untuk duduk di bibir ranjang kemudian membantu menaikkan kaki Marissa untuk berselonjor di sisi sebelah ranjang itu sementara dirinya langsung mengambil posisi di sebelah kanan Marissa dengan meletakkan satu bantal di samping duduk Marissa untuk menahan kepalanya agar Marissa bisa lebih leluasa ketika memijit kepala. "Bagaimana kondisi kaki Icha, apa sudah lebih baik? Kapan dokter akan mulai memberi terapi agar Icha bisa berjalan lagi?" Tanya Reyhan karena sampai saat ini hanya Rani, ibunya yang selalu menemani Marissa pergi memeriksa perkembangan kesehatan kaki Marissa. "Ini sudah tidak terlalu sakit, mas. Sepertinya Minggu ini Icha juga akan mulai mencobanya. Bibik juga rutin memijit kaki Icha dan itu mungkin yang membuat rasa kaku itu sedikit demi sedikit mulai lentur, tapi tetap saja dokter mengatakan jika Icha tidak boleh memaksakan diri untuk berdiri meskipun Icha sangat ingin." Ucap Icha sambil memijit rambut tebal Reyhan yang masih terasa dingin karena sepertinya Reyhan juga mencuci rambutnya. "Tidak apa. Tahanlah sebentar. Mas yakin cepat atau lambat Icha pasti bisa berdiri dan berjalan sendiri. Oh, maafkan mas. Jika mas yang telah membuat Icha berada di kondisi seperti saat ini. Maaf." Ucap Reyhan lagi kali ini Reyhan malah tidur miring dengan sebelah lengannya melingkari pinggang Marissa, dan gerak Marissa juga langsung terasa kaku. "Itu tidak penuhnya salah mas, tapi mungkin ini juga salah Icha yang tidak hati-hati saat menyebrang." Tolak Marissa saat kambali mengingat insiden malam itu. Malam saat dia berlari lalu menyebrang tanpa melihat lampu lalu lintas dan berakhir seperti saat ini. Reyhan semakin mengeratkan pelukan di pinggang Marissa dan Marissa juga menyadari itu, tapi setelah itu Reyhan tidak lagi terasa memeluk pinggangnya karena pelukan Reyhan terasa longgar dan Marissa yakin jika Reyhan sudah terlelap karena napas Reyhan juga terdengar berhembus dengan sangat teratur. Setelah kejadian pagi itu, benar saja, hari-hari berikutnya bibik sudah tidak lagi membantu Marissa untuk mandi dan berganti pakaian, karena Reyhan juga mengatakan jika dia yang akan membantu istrinya untuk melakukan itu. Bibik juga langsung bercerita pada Rani dan ada senyum yang luar biasa yang ikut terbit di wajah Rani saat mengambil kesimpulan jika Reyhan putranya mungkin sudah mulai membuka hatinya. Sore itu, saat pulang dari rumah sakit, Reyhan juga langsung mencari istrinya yang kebetulan sedang berada di dapur dan sedang mencoba beberapa kue yang sedang Rani dan para asisten rumah tangga itu buat, tentu itu adalah resep kue yang Marissa berikan dan rasanya sangat enak. Reyhan juga langsung meraih kepala Marissa untuk dia cium ujung kepalanya lebih dulu lalu menyalami ibunya, mencium punggung tangannya. "Apa yang kalian buat?" Tanya Reyhan saat mengambil satu kue di piring Marissa untuk dia cicipi. "Em ini enak!" Imbuhnya lagi dan kembali mengambil satu lagi untuk dia makan. "Ini resep kue dari Icha. Rasanya benar-benar enak kan, Rey?" Tanya Rani dan Reyhan langsung mengangguk dengan sangat cepat. "Oh, ternyata menantu ibu pandai dalam hal ini, siap-siap lah Reyhan. Berat badanmu akan naik dalam waktu dekat!" Imbuh Rani dan Reyhan hanya asal mengangguk. "Oke. Baiklah. Tapi apa ibu sudah tidak lagi membutuhkan Marissa di dapur, karena kali ini Reyhan yang butuh dia." Ucap Reyhan saat mengambil satu lagi kue itu dari piring Marissa dan Rani langsung mengangguk di ikuti senyum terbaiknya dan Reyhan langsung membawa Marissa, istrinya untuk berbalik dari dapur dan mendorong kursi roda itu kearah tangga dan mengangkat tubuh istrinya untuk naik di anak tangga rumah itu , lalu kembali menurunkan tubuh Marissa di atas ranjang. Reyhan melepas dasi dan membuka berapa anak kancing bajunya karena rasa gerah di tubuhnya. "Kepala mas, akhir-akhir ini sering pusing, jadi mas ingin Icha memijitnya. Boleh ya?" Pinta Reyhan saat membuka sepatunya dan naik di ranjang dan mendaratkan kepalanya di samping pinggang istrinya untuk menerima pijitan tangan lembut Marissa, dan Marissa juga mulai terbiasa melakukan itu untuk Reyhan, juga mulai terbiasa menerima pelukan suaminya di pinggang rendahnya. Modus laki-laki kalo ada maunya mah gini. Up tapi gue gak dong. Saat tangan Marissa memijit tengkuk Reyhan, Reyhan malah mengukir perut juga paha Marissa dengan ujung jarinya, dan entah kenapa hasrat Reyhan tiba-tiba bangkit terlebih lagi saat Reyhan tidak sengaja mendaratkan tangannya di atas milik istrinya. Degup jantung Marissa juga kembali berdetak semakin cepat, begitu juga dengan Reyhan. Reyhan menahan tangan Marissa yang sedang memijit tengkuknya, lalu bangkit dari rebahnya karena rasa nyeri itu bukannya menghilang tapi malah semakin terasa nyeri, bahkan nyerinya saat ini jauh lebih nyeri dari biasanya karena tidak hanya kepada nya yang merasa nyeri tapi perasaan aneh di hatinya juga seolah membuat rasa itu semakin nyeri untuk dia rasakan. Reyhan duduk sambil menghadap Marissa dan Marissa menyadari itu. Marissa memang tidak bisa melihat, tapi bukan berarti dia juga tidak tau apa yang sedang Reyhan lakukan saat ini. Napas Reyhan terasa berhembus hangat lalu jari itu juga menarik dagunya, dan napas itu kini menyatu dengan napasnya dan rasa hangat juga lembut seketika menyatu menjadi satu. Ya Reyhan kembali mencium bibir tipis Marissa dengan rasa yang lembut juga hangat. Tidak hanya mencium bibir istrinya, tapi tangan Reyhan juga mulai merambat , menyentuh d**a juga leher istrinya dengan sentuhan lembut di ikuti remasan lembut di buah d**a istrinya yang belakangan ini selalu mengganggu konsentrasi Reyhan saat di kantor atau di rumah, dan kali ini Reyhan sudah sangat tersiksa dengan perasaannya sendiri. Perasaan seorang laki-laki normal dan ingin di tenangkan dengan cara yang lebih dan hangat. Hari masih sangat sore saat Reyhan mengatakan untuk yang pertama kali nya menginginkan tubuhnya tenggelam ke dalam tubuh istrinya, dan tiba-tiba Marissa merasa gugup untuk satu ucapan Reyhan tadi karena dia jadi tidak tau bagaimana dia akan melakukan itu dengan kondisi tubuh yang seperti ini, bahkan untuk mengerakkan kakinya sendiri saja dia kesulitan, lalu bagaimana dia akan melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan kondisi seperti ini. "Marissa Indah. Mas sedang sangat tersiksa dengan rasa ini, rasa berdenyut dan ingin melebur. Mas mohon, tolong tenangkan mas. Mas ingin tenggelam ke dalam tubuhmu. Maukah kau menampung tubuhku?" Lirih Reyhan dengan napas yang terasa tercekal di tenggorokan-nya karena hasrat itu benar-benar sudah tidak bisa Reyhan tahan dan kendalikan lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD