Sudah hampir dua jam Reyhan dan pak Yusup mengobrol banyak di ruangan yang sama di mana Marissa tertidur.
Hari ini gips di paha Marissa seharusnya sudah bisa di buka tapi karena tadi Marissa sempat syok dengan ke adannya dan sempat memberonta, para dokter mengatakan untuk menahan dulu gips di paha Marissa karena takut jiga persediaan nya kembali bergeser dan proses pemulihan akan semakin lama.
Mata Marissa sudah terbuka tapi hanya kegelapan yang tampak di dunianya saat ini. Sayup-sayup Marissa mendengar suara ayahnya dan langsung memanggil ayahnya saat Marissa yakin jika saat ini ayahnya ada di ruangan yang sama dengan nya. "Ayah. Apa itu kau ayah?" Panggil Marissa sambil menarik tubuhnya untuk duduk dan mencari sumber suara yang sayup-sayup dia dengar tadi.
Reyhan langsung menoleh ke arah Marissa yang baru saja memanggil ayahnya begitu juga dengan pak Yusup. "Ya. Ayah di sini, sayang." Jawab pak Yusup dan mencoba untuk mendorong kursi rodanya sendiri untuk bergulir sampai tepi ranjang putrinya sebelum akhirnya Reyhan juga ikut bangkit dan mendorong kursi roda pak Yusup untuk sampai di samping, Marissa putrinya.
Pak Yusup langsung menggenggam tangan putrinya, dengan Marissa yang juga langsung meraba tangan ayahnya. Kulit keriput dan dingin langsung Marissa rasakan saat mencoba untuk mencium punggung tangan ayahnya. Pak Yusup juga ikut berdiri dan duduk di brankar yang Marissa duduki. "Ayah. Apa ayah baik-baik saja?" Tanya Marissa lebih dulu. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti itu bisa lolos dari bibir seorang yang kondisinya jauh lebih buruk dari orang yang dia tanya. Pak Yusup hanya mengangguk dalam diam seolah putrinya bisa melihat jawaban yang berusaha dia utarakan lewat anggukan. Lalu beralih mencium kedua tangan putrinya.
"Ayah baik-baik saja. Ayah sangat baik saat ini." Jawab pak Yusup dengan suara yang dia tahan sebisa mungkin agar tidak terdengar bergetar.
Seperti yang pernah Reyhan jelaskan sebelumnya, pak Yusup juga di beri perawat yang profesional untuk menjaga paruh baya itu selama putrinya tidak sadarkan diri dan sepertinya akan tetap memberikan pak Yusup jasa perawat untuk merawat paruh baya itu karena mustahil Marissa bisa merawat ayahnya dengan kondisi seperti saat ini apa lagi nanti jika dia sudah benar-benar menikahi gadis itu, sudah pasti dia juga kan membawa pulang anak gadis pak Yusup karena Reyhan memang tidak bisa menetap di Denpasar Bali.
Professional kerja memang hal yang utama dan Reyhan tidak bisa seenaknya saja meninggalkan pekerjaan, jadi mau tidak mau dia akan membawa serta pulang istrinya dan melanjutkan perawatannya di rumah sakit tempat Reyhan bekerja sekaligus rumah sakit milik keluarga nya. Namun untuk saat ini Reyhan hanya akan menunggu apa perintah pak Yusup padanya. Termasuk permintaan atau kegundahan pak Yusup terkait pernikahan nya dengan putrinya pak Yusup sendiri, Marissa.
"Ayah. Icha takut, ayah. Icha takut!" Imbuh Marissa untuk kegelapan yang kini di rasakan nya, dan pak Yusup langsung bisa memahami apa yang ingin putrinya sampai kan karena untuk saat ini pak Yusup sendiri jauh lebih takut menerima kenyataan pahit yang putrinya dapatkan. "Icha tidak lagi bisa merawat ayah, Icha cacat ayah. Icha buta ayah. Icha hanya akan menambah beban ayah setelah ini." Rancau Marissa karena sungguh untuk saat ini dia benar-benar di selimuti rasa takut yang luar biasa. Selain kegelapan, ternyata ketakutan yang Marissa rasakan adalah tidak lagi bisa melihat ayahnya.
Pak Yusup menghela napasnya dengan cukup dalam lalu menoleh ke arah Reyhan yang hanya berdiri menyimak percakapan antara ayah dan putrinya lalu menghembuskan dengan sangat pelan agar putrinya tidak mendengar napas gelisah nya saat ini. "Kau tidak perlu takut. Ayah akan berada di samping mu sampai semua kembali baik-baik saja, dan ayah tidak akan membiarkan mu melewati semua ini sendiri. Ayah ada untuk tetap bersamamu, menemanimu sampai kau benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang kau inginkan. Apa kau meragukan ayah?" Tegas pak Yusup dan Marissa buru-buru menggeleng tanpa keraguan.
"Dokter Reyhan sudah bersedia mencarikanmu donor mata, dan berjanji pada ayah jika dia akan membuatmu kembali bisa melihat. Hanya saja, kau memang harus lebih bersabar untuk itu dan untuk ayah sendiri, kau juga tidak perlu khawatir karena dokter Reyhan juga membayar perawat untuk menjaga dan merawat ayah selama kau berada di sini." Jelas pak Yusup dan saat itulah Marissa bisa bernapas lega. Pak Yusup kembali menghela napas sambil menatap wajah cantik putrinya yang terdapat bekas kulit yang mengelupas akibat luka yang mungkin di alaminya saat insiden tabrakan itu terjadi. "Apa kau sudah makan?" Tanya pak Yusup karena menyadari nampan bubur di atas meja troli yang masih utuh. Marissa hanya kembali menggeleng karena dia memang belum makan dari tadi pagi.
Selain karena masih di dera rasa syok, Marissa juga tidak bisa mengambil makanannya sendiri. Rasa lapar juga belum Marissa rasakan karena perasaanya lebih di d******i oleh rasa takut dan putus asa hingga rasa lapar dan haus pun seolah enggan untuk menghampiri perasaan nya, padalah dia sudah hampir satu bulan tidak terbangun dari tidurnya, dan tidak mengisi perutnya.
Reyhan langsung meraih nampan dan menggeser meja troli untuk Marissa makan dan pak Yusup langsung menerima makanan itu untuk dia buka penutup plastiknya agar makanan itu tetap terjaga kebersihannya, lalu menyendok bubur dan sayur sup untuk dia suapkan untuk putrinya setelah meminta putrinya membuka mulutnya. Dengan tangan yang bergetar pak Yusup berhasil mendaratkan satu sendok sup ke mulut putrinya dan Reyhan semakin merasa di tumpuk dengan rasa bersalah pada dua orang yang kini di hadapannya.
Dengan isyarat Reyhan mengambil alih nampan yang pak Yusup pegang dan meminta pak Yusup untuk diam dan Reyhan yang menggantikan pak Yusup untuk menyuapi gadis itu.
"Apa kau sudah bertemu dengan orang yang menambrak mu, sayang?" Tanya pak Yusup pada akhirnya, karena bagaimanapun dia ingin mendengar cerita versi putrinya terkait insiden malam itu. Marissa mengangguk dalam diam dan menghentikan kunyahan di mulutnya usai Reyhan menyuapinya. "Apa yang terjadi malam itu?" Tanya pak Yusup dan Marissa terlihat menjatuhkan air yang buru-buru dia hapus.
Marissa menghela napasnya saat kembali mengingat insiden malam itu. "Icha tidak tau bagaimana kejadiannya, karena itu benar-benar sangat cepat. Yang Icha ingat hanya saat Icha berlari menyebrang jalan usai bertemu Sammy dengan seorang wanita yang juga sangat Icha kenal dan mereka tengah bercum,,,,," ucap Marissa menggantung kalimatnya dan pak Yusup dan Reyhan langsung saling menatap dengan tanda tanya yang cukup mendera pikiran mereka.
"Mereka mengkhianati Icha, ayah. Sammy dan Siska, mereka,,,, " Icha tidak sanggup lagi meneruskan ucapan nya karena tiba-tiba hatinya terasa di hantam bongkahan batu hingga membuat dadanya terasa nyeri dan sangat sakit. Reyhan hanya diam menyimak ucapan Marissa kepada ayahnya dan tentu dia tau bagaimana rasanya, dan apa yang di rasakan Marissa saat itu. Gadis yang sedang di dera rasa kecewa dan terluka karena pengkhianatan orang yang dia cintai dan entah kenapa Reyhan yang justru kembali merasa di tampar dengan kenyataan itu. Kenyataan jika dia kehilangan Alea, istri pertamanya karena pengkhianatan yang dia lakukan dengan sengaja, dan membuat nya terpuruk sampai saat ini karena kembali menerima kenyataan jika Alea kembali menikah dengan adik kandung Reyhan sendiri.
"Sudahlah. Jangan di ingat lagi. Itu artinya dia memang bukan yang terbaik untukmu. Dan seharusnya kau bersyukur jika pada akhirnya kau tau itu sebelum kau benar-benar memutuskan untuk hidup bersamanya." Sambung pak Yusup dengan kembali menatap Reyhan yang masih berdiri di sampingnya, dan Marissa hanya bisa mengangguk dalam isak nya. "Apa kau percaya pada ayah?" Tanya pak Yusup lagi setelah sebelumnya dia menarik napasnya karena tiba-tiba dia bingung ketika ingin mengutarakan apa yang sebelumnya dia dan dokter Reyhan sepakati beberapa jam lalu pada putrinya.
Marissa kembali mengangguk, dan benar-benar hanya mengangguk. "Sungguh ayah ingin segala yang terbaik untuk mu baik sekarang ataupun nanti jika ayah sudah tidak ada. Ayah hanya ingin kau mendapat kebahagiaan tidak peduli bagaimana pun caranya, ayah hanya ingin melepasmu hanya pada orang yang tepat, dan ayah yakin dia adalah orang yang tepat untukmu. Ayah tidak ingin kau menolak. Cukup kau percaya pada ayah karena ini hanya untuk kebaikanmu." Ucap pak Yusup sambil terus menggenggam tangan putrinya, dan Marissa hanya mengangguk pasrah tanpa kata. "Kau akan menikah dengan dokter Reyhan, orang yang sudah menabrak mu dan ayah harap kau tidak menolak nya untuk menjadi suamimu dan menjadi ibu sambung untuk satu putrinya." Sambung pak Yusup dan lagi-lagi Marissa hanya bisa mengangguk tidak berdaya, dengan hati rapuh dan terluka.