"Hati-hati dijalan, ya?" Kana menunjukkan senyuman tipisnya kepada Elang yang masih nangkring di atas motornya. Kana kemudian menambahkan sebelum Elang berucap. "Dan makasih karena lo udah nganterin gue pulang."
Elang yang belum memakai helmnya, menggeleng sambil mengerucutkan bibirnya. "Makasih doang nih? penginnya lebih sih padahal."
Kening Kana berkerut, ia memandangi Elang tidak paham. "Gu-gue nggak punya duit," ujarnya setengah gugup.
Ucapan Kana membuat Elang tertawa cukup keras. Kana semakin tidak mengerti dengan pacarnya ini. Elang selalu main-main dan jarang serius, membuat Kana bingung.
"Elang nggak minta dibayar dengan uang," ujar cowok itu seraya mencubit pipi Kana. Membuat Kana langsung menepisnya karena cubitan Elang terasa sakit.
"Terus?"
"Bayarnya gampang, nanti malam Kana cukup welcome di mimpi, ya? Jam dua malam nanti Elang bakal jelajah ke mimpi Kana. Kita ketemu di mimpi kayak biasa. Setuju cantik?"
Kana menunduk sambil menahan senyumannya. Hal-hal kecil seperti inilah yang membuatnya merasa nyaman bersama Elang. Cowok itu sangat hebat membuat perasaan Kana jadi lebih baik.
"Gimana Kana? Setuju nggak nih?" tanya Elang ceria.
"Boleh," jawab Kana singkat. Ia mengangguk kecil dan tersenyum. "Entar malam gue bakal buka pintu dimimpi gue biar lo bisa masuk."
Bola mata Elang nampak berbinar, seolah sedang melihat sesuatu barang yang langka dan unik. Elang terlihat antusias. "Serius? Deal ya?"
"Iya serius, gue janji."
"Janji nggak boleh diingkari loh," ucap Elang."
"Iya bawel, nggak bakal lupa. Gue janji sama lo."
"Assiiikkk! Seneng banget bisa ketemu Kana terus. Jadi kangennya bisa terobati dengan cepat kalo gini." Elang bertepuk tangan dengan cepat seraya terkekeh senang. Bibirnya sedari tadi membentuk senyuman merekah.
Kana tertawa melihat tingkah lucu Elang. Ia geleng-geleng tidak habis pikir. Ada juga manusia spesies aneh seperti Elang. Benar-benar ajaib dan langka.
Kana berdehem. "Ya udah lo pulang sana, gue mau masuk."
"Siap nyonya Pradipta!" Elang menjawab semangat sambil hormat dengan sigap. Kana tersipu malu mendengar ucapan Elang.
"Udah sana buruan pulang," desak Kana.
"Kana kok gitu? Sabar dong, siapa tau masih kangen. Jahat nih ya sama papa."
"Elang ih!" Kana mendengus sambil menyubit lengan Elang. "Buruan pulang!"
"Ck, iya-iya."
Kana mengangguk. "Gue nyuruh lo pulang cepet biar lo makin kangen sama gue Lang. Pertemuan kita di mimpi nanti juga bakal semakin spesial. Sekarang paham?"
"Oh gitu rupanya." Elang bergumam. Kepalanya bergerak naik turun. Ia memandangi wajah Kana lagi. "Ide Kana boleh juga. Pantes aja Elang tambah sayang."
"Ngomong terus perasaan, nggak capek itu mulut?" tanya Kana.
"Nggak bakal dong," jawab Elang santai. Lalu ia memakai helm dan menyalakan motornya hendak melaju ke rumahnya. Tapi sayang, starter motornya tidak mau bekerja. Elang sudah mencobanya sebanyak tiga kali. Tapi tetap saja hasilnya nihil.
"Kayaknya mogok," ujar Elang.
"Bensinnya habis?" sambung Kana.
"Kayaknya iya deh."
Kana berpikir sejenak. "Terus gimana dong?"
"Kayaknya ngambek nih si jamet karena di kacangin mulu dari tadi," oceh Elang. Lalu menatap Kana yang terlihat sedang kebingungan. Elang tersenyum, "kayaknya Elang punya ide."
"Ide apa?"
"Coba deh Kana ngomong."
"Ngomong apa?"
"Ngomong Elang ganteng cuma sayang sama Kana cantik." Elang membuka helmnya lagi dan menatap Kana seraya tersenyum jahil.
Kana mengerutkan keningnya sambil memandangi Elang bingung. Kana terkekeh kecil. "Mana bisa gitu! Nggak bakal mempan lah."
"Coba aja dulu," sahut Elang.
"Harus banget gitu?"
"Wajib hukumnya."
"Nggak usah kebanyakan tingkah ah, buruan dicobain lagi tuh siapa tau udah nyala," saran Kana. Elang berdecak sebentar dan menuruti ucapan Kana, cowok itu kembali mensetater motornya tapi tidak mau nyala juga.
Elang mengembalikan fokus matanya kepada Kana. "Udah lihat kan, nggak bisa. Kana ngeyel. Udah ikut aja saran Elang, ngomong kayak tadi gih."
"Nggak mau ah," tolak Kana.
"Kenapa?"
"Alay Lang."
"Udah dicobain dulu. Kalo nggak, Elang bakal di sini terus loh, emangnya Kana mau nemenin Elang dan nggak masuk ke rumah?" Elang membujuk Kana.
Tidak ada pilihan lain, Kana pun akhirnya mengangguk dan menyetujuinya ucapan Elang meskipun dengan hati setengah terpaksa.
"Elang masih nungguin Kana."
Kana menggigit bibir bawahnya, lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya ke telinga Elang. Cowok itu menunggu. Sampai akhirnya embusan hangat napas Kana menggelitik daun telinga Elang. Tapi Elang hanya diam, merasa nyaman dengan itu.
Mulut Kana terbuka sedikit, kemudian mulai merangkai kalimat yang beberapa saat lalu disebutkan Elang. Jantung Kana tidak terkendali, ia merasa gugup.
"Elang ganteng cuma sayang sama Kana cantik," bisik Kana lirih. Setelah selesai, Kana tidak langsung memundurkan wajahnya, ia masih setia pada posisinya. Menatap wajah Elang dari samping.
Kana melihat sudut bibir cowok itu berkedut. Kana ikut tersenyum, lesung pipit Elang terlihat dengan jelas.
Entah kenapa Kana masih ingin menatap wajah Elang dari jarak sedekat ini. Ia merasakan hangat yang menjalar di tubuhnya. Diluar kendalinya, Kana tiba-tiba saja mencium sekilas pipi Elang, membuat Elang terkejut. Tidak hanya Elang, Kana sendiri juga mengerjapkan matanya, baru sadar jika dirinya melakukan hal memalukan seperti itu.
Kana langsung bergerak mundur dan mengigit bibir. Dalam hati ia sudah merutuki dirinya. Kana menundukkan malu.
Sedangkan Elang menatap Kana dalam, tidak yakin jika baru saja Kana menciumnya. Tapi tentu saja Elang sangat senang. Mendapatkan kecupan tidak terduga dari Kana.
"Pipi Elang udah nggak perawan lagi nih kayaknya, tadi siapa ya yang udah ambil?" Elang pura-pura tidak tahu, ia bermaksud menyindir Kana. Elang tersenyum lebar melihat pipi Kana yang memerah. Telinga Kana juga sama.
Masih menunduk, Kana berujar cepat. "Jangan diingetin!"
"Siapa ya yang tadi ambil start duluan."
"Elaaaang ... udah ih!" Kana malu, kakinya menghentak beberapa kali ke tanah.
"Siapa ya yang tadi nyebut Elang ganteng?"
"Elaaaang ... Diem dong!" Kana merengek karena sungguh merasa sangat malu. Wajahnya sudah merah padam. Elang terus menggoda membuat Kana semakin tidak tahan untuk berada di dekat cowok itu.
"Boleh dong cium pipi yang satunya biar adil, nanti pipi satunya iri loh karena nggak dapetin kecupan manja kayak tadi."
"Elaaangg ...." Kana gemas sendiri, ia memberanikan diri menatap Elang yang sedang tertawa lepas. "Kalo nggak diem gue bakal marah sama lo."
"Apa? Kana mau cium Elang lagi?!" Elang berteriak cukup keras sambil membentuk bola matanya lebar-lebar. "Serius? Kapan ciumnya?"
Kana memberenggut kesal. Lalu ia menampol pipi Elang dengan cepat. "Nih cium!"
"Kana udah mulai aktif ya Bun," kekeh Elang.
"Buruan deh lo pulang aja, jangan bikin gue tambah kesel."
"Tambah kesel atau tambah sayang nih?" goda Elang seraya menaikturunkan alis tebalnya.
Kana merona untuk yang sekian kalinya. Elang memang jago membuat Kana salah tingkah seperti ini. Kana menggaruk pipi dan pangkal hidupnya untuk menghilangkan rasa gugup yang sedari tadi menyergapnya.
Menyadari Kana yang salah tingkah, membuat Elang menggelengkan kepalanya. Kana terlihat menggemaskan dimata Elang.
"Iya Elang pulang sekarang," jawab cowok itu akhirnya. Kemudian mencoba untuk menyalakan motornya lagi. Dan rupanya berhasil, membuat mulut Kana terbuka tidak percaya, sedangkan Elang tersenyum lagi.
"Nah bener kan berhasil setelah Kana ngomong Elang ganteng?"
"Iya iya terserah lo deh," jawab Kana. "Buruan pulang sana, nunda mulu dari tadi."
Elang mengangguk. Kemudian ia memakai helmnya. Setelah selesai, Elang menjulurkan tangannya ke arah Kana.
Bingung dengan apa yang Elang lakukan, kedua mata Kana menyipit curiga. "Ngapain?"
"Salim dulu, papa mau berangkat," jawab Elang ngasal. Kana mendengkus dan memutar bola matanya. Setan satu ini benar-benar memilih tingkah yang ajaib.
Kana menepis tangan Elang. "Nggak usah aneh-aneh," pungkasnya sebal. Elang tertawa mendengar respons jutek Kana.
"Iya maaf," jawab Elang. "Kalo gitu Elang Sangga Pradipta yang paling ganteng sejagat raya ini mau pulang dulu, ya? Dadah Kana cantik."
Motor Elang pun melaju, dan Kana masih setia pada posisinya. Ia menatap punggung Elang yang semakin menjauh dari pandangannya. Kana kemudian menunduk setelah Elang tidak terlihat lagi. Kana tersenyum dan tersipu akan tingkah pacarnya itu.
Kana kemudian menggeleng dan berjalan membuka gerbang rumahnya. Setelah sudah masuk ke pekarangan rumah, langkah Kana terhenti. Sorot mata Kana terpaku kepada sebuah mobil. Kening Kana berkerut bingung.
"Itu mobil siapa?" gumamnya, "ibu beli mobil baru lagi?"