08. TERCENGANG

1558 Words
"Ya ampun Kana, muka lo pucat banget. Lo udah makan belum sih?" Dengan raut wajah panik, Ralin menatap Kana sambil memeriksa tubuh sahabatnya itu. "Ini pasti kerjaan nyokap tiri lo, ya?" Berusaha memaksakan sebuah senyuman tipis, Kana menggeleng lemah. "Nggak usah khawatir gitu Lin, gue nggak pa-pa kok. Sehat gini." Setelah ucapannya selesai, Kana menyengir lebar. "Lo lihat sendiri, kan, kalo gue nggak pa-pa?" "Kana, lo nggak usah pura-pura tegar sama kita. Lo jujur, sebenarnya lo kenapa? Ralin betul kok, muka lo kelihatan pucet banget. Nggak usah sungkan cerita." Merasa seperti ada yang ditutupi, Fika berucap panjang lebar, dan Ralin pun mengangguk setuju, disusul oleh Dara. "Ini nyokap lo nggak ada akhlak banget sumpah, kesel gue! Gue yakin lo pasti habis diapa-apain lagi nih sama nenek tua bangka itu," ucap Dara seraya mengepalkan tangannya kuat karena sudah geram. "Gue nggak pa-pa, jangan berlebihan gitu deh." "Terus aja ngelak, itu lihat tangan lo juga masih diperban karena nyokap lo yang kejam banget itu. Gue curiga kalo tadi pagi lo pasti diapa-apain nih. Ngaku Na," ujar Ralin, tangannya bergerak dan menggenggam tangan Kana erat-erat. "Itu nyokap lo kenapa kejam banget sih. Kesel gue jadinya!" Fika mendengkus kasar dan memukul meja dengan kepalan tangannya. "Ibu baik kok, jangan ngomong gitu. Ibu ngelakuin ini ke gue karena gue yang salah, jadi nggak ada alasan buat gue marah atau lebih parahnya benci sama ibu." Dara langsung menjawab, "ya tapi, kan, ibu lo itu emang kejam Kana. Kalo anaknya buat salah, harusnya diingetin, ngomong baik-baik agar nggak ngulang kesalahan lagi. Lah ini, boro-boro gitu, nyokap lo malah masukin tangan lo ke baskom isi sup panas. Emangnya salah kalo gue ngomong nyokap lo nggak ada akhlak?" Diakhir kalimatnya, Dara mendengkus kuat dan memutar bola matanya. "Betul banget tuh!" balas Ralin sambil mengangguk setuju. "Kenapa jadi bahas ibu sih, udah dong," ucap Kana sambil mengatur napasnya yang entah kenapa, tiba-tiba saja dadanya terasa sakit. Menghirup udara saja ia butuh tenaga yang kuat. "Kana, lo jangan bohong dong! Jujur aja apa susahnya sih sama kita? Lo jangan pendem masalah lo sendiri, masih ada kita yang bakal nemenin dan bantuin. Kalo lo diem, kita nggak ngerti apa yang lo rasain sekarang," ucap Fika menggebu-gebu. "Udah ya jangan bahas lagi, gue mau ke toilet dulu," pamit Kana dengan suara lemah. Tanpa basa-basi lagi, cewek itu langsung keluar dari dalam kelas. Kana menyeret langkahnya lemah menuju kantin, bukan ke toilet seperti apa yang ia katakan pada sahabatnya. Dari tadi sore Kana belum makan sama sekali, tidak salah jika ia terlihat pucat dan lemas. Perutnya belum di isi. Karena mengerjapkan tugas matematika milik Luna dan Lana tadi malam, ia berakhir telat bangun lagi. Alhasil ibunya marah dan ia tidak diijinkan menyentuh makanan. Bukan hanya itu, uang jajan Kana bahkan di potong untuk satu bulan ke depan. Mungkin apabila malam tadi kedua saudari tirinya tidak membangunkannya tidur, tentu saja Kana tidak akan terlambat bangun. Tapi Kana tidak mau menyalahkan mereka atas nasib yang ia terima ini. Bukan salah mereka, ini salah dirinya yang lalai dan tidak disiplin waktu. Kana memegangi dadanya yang sakit karena napasnya tidak teratur, namun ia berusaha agar sampai di kantin untuk membeli roti. Bagaimanapun juga ia butuh sesuatu untuk mengganjal perutnya. Sesampainya di sana, Kana langsung mencari roti. Ia meneliti harga yang pas karena uang yang ia bawa sangatlah minim. Sampai akhirnya, penjual kantin pun mulai malas akan keberadaan Kana yang sedari tadi memandangi roti dan memeganginya, tapi tidak kunjung membelinya. "Neng, sebenarnya mau beli apa kagak?" tanya ibu kantin. Kana tergelak, ia nyengir kecil, kemudian membalas kikuk. "Ada roti yang harganya tiga ribu nggak Bu?" Sempat terdiam beberapa detik, ibu kantin mendesah dan menggeleng pelan. "Dengan sekolah sebesar ini, mana ada yang jualan roti harganya murah gitu. Paling murah cuma lima ribu, itu juga jarang ada yang beli." Mendengar penjelasan itu membuat Kana mendesah lemah. Ia memandangi uang ditangannya, lalu kembali menatap ibu penjual kantin dan tersenyum tipis. "ya udah saya nggak jadi beli Bu, makasih." Kana membalikan tubuhnya dan langsung berjalan keluar dari area kantin dengan membawa segudang perasaan kecewa. Ia menunduk lesu, sementara perutnya semakin terasa sakit. Kana tidak mau merepotkan teman-temannya, ia lebih baik diam dan menyimpan masalahnya sendiri. Kana hanya belum siap menceritakannya semuanya. Mereka hanya sekadar tahu bahwa Kana mempunyai saudara kembar dan ibu tiri. Hanya sekadar itu. Kana melanjutkan langkahnya, masih dalam keadaan kepala menunduk. Ia begitu lemas, sampai akhirnya tanpa sadar ia menabrak seseorang. Kana terlonjak kaget, kemudian ia langsung mendongak. "Kebetulan banget gue ketemu lo, ayo ikut gue." Tanpa ada sapaan terlebih dahulu, tangan Kana sudah ditarik oleh seseorang. Kana tidak punya kesempatan untuk menolaknya. Ia sudah tertarik menjauh. Dan keterkejutan Kana semakin berlipat ganda ketika sadar bahwa orang yang sedang memegang lengannya adalah Elang. "Lo mau bawa gue ke mana?" tanya Kana pelan, ia tidak memberontak minta di lepaskan karena sadar bahwa ia tidak memiliki energi sama sekali. Tubuhnya lemas, berbicara pelan saja ia sudah sangat kelelahan, napasnya terasa tidak teratur. Bibirnya sangat kering. Elang menoleh ke samping, lalu menyengir lebar. "Mau bawa lo ke pelaminan, kita nikah sekarang sebelum lo di rebut cowok lain," jawab Elang enteng sembari menggoda Kana dengan cara menaikturunkan alisnya. Kana mendesah panjang, "jangan becanda," ujarnya. "Siapa yang becanda? Gue emang niat bawa lo ke KUA, tapi nggak sekarang sih. Ada waktunya sendiri. Sekarang gue mau bawa lo ke suatu tempat," ujar Elang sok misterius. "Suatu tempat?" "Iya, pelaminan," jawab Elang. Dan langsung dihadiahi Kana pukulan ringan di lengan cowok itu. "Lo emang nggak jelas banget, ya?" "Udah, lo nanti juga tahu kok gue mau bawa lo ke mana." "Kasih tahu sekarang," sahut Kana cepat. Elang menggeleng, "nggak mau." Kana menghentikan langkah kakinya, dan otomatis Elang ikut berhenti dan menatap Kana terkejut. Kana menatap Elang malas. "Kalo lo nggak jelas, gue mending balik ke kelas." "Eh jangan dong," ujar Elang cepat. "Ya udah jawab pertanyaan gue dulu." Elang menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata pelan, "gue mau bawa lo ke taman," jawabnya setengah tidak ikhlas. Kening Kana langsung bergelombang ketika otaknya tengah berpikir, satu alisnya naik ke atas, dan tatapan menyelidik sudah ia perlihatkan mengarah ke manik mata Elang. "mau ngapain?" "Ada deh, intinya lo pasti bakal suka," sahut Elang, kemudian ia kembali menggenggam tangan Kana dan membawa cewek itu kembali berjalan. Kana sudah pasrah, ia menggeleng pelan. Tidak lama setelah itu, akhirnya mereka sudah sampai di tujuan, Elang yang sudah tersenyum senang segera menuntun Kana menuju sebuah meja. Kana duduk di kursi dengan pikiran yang masih bingung, kemudian ia menatap Elang yang kini sudah duduk di sampingnya. "Lo mau apa sih sebenarnya?" tanya Kana penasaran karena tidak kuat membendung segala kemungkinan-kemungkinan yang ia pikirkan terkait dengan perilaku Elang yang menurutnya sedari tadi sangat aneh. Elang tidak menjawab, ia hanya melirik Kana sembari tersenyum lebar, setelahnya cowok itu mengambil sebuah plastik yang tergeletak di atas meja. Kana memperhatikan apa yang Elang lakukan, ia sedikit terbelalak karena baru menyadari keberadaan plastik berwarna putih yang entah apa itu isinya. "Untung aja masih di sini," gumam Elang lega, ia membuka plastik tersebut dan mulai membuka isinya. Sementara itu pandangan Kana tak lepas dari gerak gerik cowok disampingnya itu. "Kejutan!" ujar Elang dengan suara yang membuat Kana terkejut. Elang mengangkat sebuah kotak bekal berwarna biru. Kemudian ia menyerahkannya ke Kana, "buat lo," lanjutnya semangat. Kana masih memandangi Elang bingung, "bu-buat gue?" tanyanya terbata. "Iya buat Kana, tadi malam Elang udah ngomong sama emak buat dibuatin nasi goreng khusus buat orang spesial. Dan karena orang spesial yang Elang maksud itu Kana, jadi ini buat Kana. Jangan lupa di makan, ya?" Entah kenapa tiba-tiba Kana merasa pelupuk matanya terasa berat, ia menatap Elang berkaca-kaca. Ia tidak tahu harus berkata apa selagi perasaanya sedang melambung tinggi. Bolehkah Kana menyebut Elang malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan untuknya? Cowok itu seolah tahu keadaan Kana sekarang yang sangat membutuhkan sesuatu untuk mengganjal perutnya, dan tiba-tiba ia datang bak seorang pahlawan. Rasanya Kana ingin menangis. Dan, tanpa sadar bulir air matanya turun membasahi pipinya. Membuat Elang tiba-tiba melotot lebar. "Eh kenapa nangis? Tenang aja kok, emak Elang nggak buat nasi gorengnya kebanyakan micin. Dijamin pasti rasanya enak," ucap Elang menjelaskan ketika ia sudah panik melihat air mata Kana keluar dari pelupuk mata. Padahal Elang tidak melakukan apa-apa, ia hanya ingin membuat Kana senang karena dirinya sudah membawa sesuatu untuknya. "Elang ...." ujar Kana lirih. Kemudian dengan refleks ia memeluk Elang dari samping. Kana masih menangis sambil melingkarkan tangannya di pinggang Elang. Membuat Elang bingung sekaligus terkejut karena mendapatkan pelukan secara mengejutkan dari Kana. Ini sama sekali di luar ekspektasinya. Tapi Elang hanya menampilkan raut wajah datar, dan secara perlahan tangannya bergerak ke punggung Kana, ia mengeluarkan suara pelan. "Kana, kenapa nangis? Maafin Elang kalo buat salah sama Kana," ujarnya merasa bersalah, meskipun Elang belum tahu letak kesalahan dirinya ada di bagian mana. Tangis Kana semakin terdengar keras, membuat Elang menelan ludahnya. Kabut kebingungan sudah menyerangnya. Elang menyentuh kepala Kana, kemudian mengelusnya dengan sangat lembut. "Kana nggak suka nasi goreng? Elang nggak tahu, maafin Elang, ya? Besok Elang bawain makanan yang Kana suka deh, Kana suka makanan apa?" Kana perlahan melepaskan pelukannya, kemudian ia menatap Elang dan buru-buru membersihkan pipinya yang penuh dengan air mata, senyuman Kana mulai bangkit, sebelum akhirnya ia berkata sesuatu yang membuat Elang langsung tercengang di tempat. "Kana suka Elang."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD