Cora menatap nanar undangan yang terbuat dari kaca tipis berbentuk segi empat yang dilapisi pita emas pada bagian pinggirnya dan tinta berwarna senada menuliskan semua informasi di sana. Undangan itu dibungkus amplop perpaduan warna krem dan merah. Mewah dan juga unik. Charista memberikan sekitar dua ratus undangan kepadanya, untuk karyawan di perusahaan, dan juga teman-temannya. Cora menghela napas panjang dan menatap kosong undangan yang saat ini berada di dalam tangannya. Ia seakan tidak percaya dengan nama yang tertulis sana; Cora Dianthe dan Anthony eul Collin. Nama yang menurutnya sangat tidak pantas bersanding, bukan karena status keluarga. tetapi karena memang ia tidak menginginkan pernikahan itu.
“Ma … bisakah aku mengganti nama mempelai prianya dengan nama Brad Pitt atau Tom Cruise?” Cora menatap sedih ke arah ibunya, sedangkan Charista terkekeh mendengarkan permintaan putrinya itu.
“Bagaimana jika kamu minta Brad Pitt atau Tom Cruise datang menemui Mama dan Papa untuk melamarmu seperti yang Tony lakukan.” Charista tersenyum lebar, Cora mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Jika salah satu dari mereka datang, apakah Mama akan merestui pernikahan kami?” Cora sudah tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini, ia hanya ingin mencari alasan apa saja untuk membatalkan pernikahannya. Charista terkekeh mendengarkan khayalan putrinya itu.
“Mengapa kamu tidak tanyakan langsung kepada Tony, apakah dia mau namanya digantikan dengan nama Brad Pitt ataupunTom Cruise?” Cora menautkan kedua alisnya saat mendengarkan jawaban dari ibunya itu. Untuk apa kalau hanya mengganti nama tapi tidak sekalian mengganti mempelai prianya.
“Ok … aku akan tanyakan langsung kepada Tony.” Cora mendengus kesal dan meninggalkan ibunya yang sedang asyik menyusun undangan pernikahannya. Charista terlihat bahagia mempersiapkan pernikahan puterinya itu. Cora hanya diminta hadir di atas altar dan mencoba gaun pengantin, untuk urusan gedung, makanan, undangan dan semua keperluan acara pernikahannya adalah tugas ibunya. Ia adalah calon pengantin yang terlihat santai dan tidak peduli dengan acara pernikahannya sendiri.
z z z
“Apakah aku boleh mengganti namamu dengan nama Brad Pitt atau Tom Cruise di undangan kita?”
Tony terkekeh membaca pesan singkat yang tertera di layar ponselnya. Bagaimana bisa calon istrinya itu memintanya untuk mengganti namanya dengan nama pria lain diundangan mereka. Ia tidak mengerti dengan wanita itu, wanita yang tidak terlihat tertarik sedikit pun dengannya. Wanita yang melupakannya begitu saja, wanita yang menganggapnya sebagai orang asing.
Tony mengeraskan rahangnya saat mengingat bahwa wanita itu sudah melupakannya, melupakannya begitu saja dan menganggapnya hanya sebagai orang asing yang baru ditemuinya. Wanita yang berhasil membuatnya bahagia dan sakit secara bersamaan saat bertemu dengannya.
“Kamu bisa mengganti nama pada undangan itu, tapi kamu tidak akan pernah bisa mengganti mempelai prianya dengan lelaki manapun”
Dengan terampil ia mengetik sebuah pesan, ia menekan tombol ‘send’. Ia tersenyum memandangi ponselnya saat membayangkan wajah wanita yang akan terlihat cemberut saat menerima pesannya itu. Begitulah Cora yang dikenalnya, wanita itu selalu mengerucutkan bibirnya saat kesal. Ia mengingat setiap detail tentang Cora, kenangan itu membuatnya merasa sakit saat mengetahui wanita itu telah melupakannya. Semenjak ia mengetahui bahwa wanita itu telah melupakannya, Ia berjanji di dalam hatinya bahwa ia akan membuat wanita itu jatuh cinta kepadanya, sehingga wanita itu lupa bagaimana cara melupakannya.
z z z
“Apa gunanya jika aku tidak bisa mengganti mempelai prianya.” Cora mengerucutkan bibirnya, ia bergumam pelan saat melihat balasan dari lelaki yang akan menjadi suaminya itu. Ia menghela napas panjang dan mencoba menerima kenyataan yang ada di hadapannya, kenyataan bahwa ia tidak bisa menikah dengan lelaki lain selain Tony.
“Kamu ngedumel mulu dari tadi, sebenarnya ada keperluan apa sama aku, Dara dan Lisa? jarang-jarang wanita karir yang sukses seperti kamu ini bisa ngumpul sama kami seperti sekarang.” Aurel menaikkan sebelah alisnya memandang tajam ke arah Cora.
Aurel, Dara, dan Lisa adalah sahabat baik Cora, sahabat yang sudah dikenalnya semenjak masa SMA mereka. Sahabat yang sampai saat ini masih berhubungan baik dengannya walaupun mereka sudah sangat jarang bertemu. Cora mendengus kesal dan mengeluarkan tiga amplop undangan dari dalam tasnya. Aurel, Dara dan Lisa mengerutkan kening mereka secara bersamaan saat melihat amplop yang saat ini sudah berada ditangan mereka, amplop yang bertuliskan ‘UNDANGAN’ itu membuat mereka heran.
“Jangan bilang ini undangan pernikahanmu?” Lisa terkekeh, ia merasa tidak percaya bahwa sahabatnya yang dingin itu akhirnya dapat menemukan seorang pasangan hidup.
“Kamu baca aja nama yang tertulis di situ, nggak mungkin kalau saat ini yang aku kasih ke kalian semua itu adalah undangan pernikahan Papa dan Mamaku?” Cora berkata sarkastis.
“Gila … kayaknya aku kenal sama pengantin wanitanya, nggak salah cetak nih undangan?” Dara memandang undangan ditangannya dengan wajah yang terkejut.
“Sialan!” Cora mendengus kesal.Inilah alasan utama mengapa ia tidak ingin memberikan undangan pernikahannya kepada sahabat-sahabatnya itu. Ia akan menjadi bahan lelucon bagi mereka semua. Bagaimana sahabatnya tidak akan meledek Cora jika selama ini Cora sangat sulit untuk berkomitmen serius dengan seorang pria dan dengan cara yang ajaib saat ini ia memberikan mereka undangan pernikahannya.
Sahabat-sahabatnya mengerti bahwa Cora tidak mudah untuk jatuh cinta dan ia tidak akan mau menikah tanpa perasaan cinta, tetapi kenyataan yang ada di hadapan mereka saat ini berhasil membuat mereka semua terkejut setengah mati.
“So … who is the lucky guy? apa aku kenal sama Anthony ini?” Aurel yang paling waras di antara semua sahabatnya mengalihkan pembicaraan mereka, ia mencoba menyelamatkan Cora yang sudah menjadi bahan lelucon sahabat-sahabatnya itu.
“Ya sesuai dengan yang tertulis disitu, namanya Anthony eul Collin.” Cora mengendikkan bahu tak acuh.