Plak!
Satu tamparan sudah mendarat sempurna di pipi kiri Sam, saat pria itu mendatangi Jin pagi ini ke apartemennya.
Ryu meringis ngilu melihatnya, tangannya reflek terangkat untuk mengusap pipinya sendiri. Layaknya ia lah yang sedang menerima tamparan dan merasakan sakit yang sama.
Semalaman Ryu lah yang menemani kemanapun Jin pergi. Ryu hanya tidak ingin Jin berbuat gegabah yang nantinya bisa merugikan citra kedua belah keluarga besar. Karena hal itu nantinya, pasti berimbas dengan performa perusahaan. Saham dari perusahaan kedua belah pihak bisa saja anjlok sewaktu-waktu kalau mendengar isu yang tidak baik.
Jin berdecak angkuh, mengangkat dagu dengan tinggi menatap Sam. "Harusnya kamu bilang dari awal kalau kamu cinta sama perempuan lain Sam." Telunjuk Jin tak henti menekan d**a bidang Sam dengan keras berulang kali. Meskipun begitu, tubuh pria itu tetap bergeming, tidak bergerak sedikitpun.
Manik Sam dan Ryu kompak melebar dengan sempurna mendengar ocehan Jin. Mereka juga kompak bertanya-tanya di dalam hati, dari mana Jin tau semua hal itu. Seolah punya indra keenam dan tau apa yang tengah dipikirkan oleh Sam, Jin pun kembali melanjutkan kalimatnya dengan sinisme yang begitu dominan. "Heran? Bagaimana aku bisa tau semuanya semuanya? Kamu lupa profesi aku apa? Aku wartawan, kalau aku mau cari kebobrokan kamu sekarang juga, aku pasti bisa Sam!"
Sam tidak berkomentar, karena apa yang dikatakan oleh Jin benar adanya.
“Tapi mengingat kamu sekarang suami aku, aarrghhhh…!!!” Jin mengacak-acak rambutnya menggeram dengan kesal. Kalau ia sampai membuka semua hal minus tentang Sam, yang baru semalam tadi ia dapatkan. Maka tidak hanya perusahaan Sam saja yang akan kacau, tapi perusahaan keluarga Sultan juga akan kena imbasnya.
Kalau sudah seperti itu, semua kesalahan pasti akan bertumpu pada Jin.
“But it’s end Jin, hubunganku dengan dia sudah berakhir.” Akhirnya Sam membuka suara. Yang paling menjengkelkan untuk Jin adalah, Sam belum meminta maaf atas apa yang telah dilakukannya semalam.
“End katamu? Lalu untuk apa kamu tinggalkan aku dan malah lebih pergi datangin dia.”
“Jin, Listen—”
Jin membuka telapak tangannya tepat di depan wajah Sam untuk menyela kalimatnya. “Mulai saat ini, semua akan jadi benar-benar bisnis semata Sam. Semua hanya untuk perusahaan. Jangan pernah sekalipun mencampuri ranah pribadiku dan aku pun akan berlaku hal yang sama denganmu. Mari kita berpura-pura menjalani pernikahan yang manis di depan semua orang.”
“Jin, we need to talk,” Sam menoleh pada Ryu. “Ryu, pergilah.” Pintanya.
“No, we don’t!” Jin mengambil tas ranselnya, kemudian menyambar ponsel menelepon seseorang sembari berjalan tergesa menuju pintu. “I need private jet!”
“…”
“Nanti tunggu kiamat! Ya sekarang lah!”
Manik Sam dan Ryu kembali melebar dengan kompak. Mereka sungguh tidak dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh salah satu pewaris bisnis keluarga Sultan itu.
So unpredictable!
Ryu dengan cepat berlari menutup pintu yang sudah dibuka oleh Jin. “Jin, gak bisa begini, apa kata orang kalau kamu pergi sendiri di saat waktunya kalian bulan madu?”
Jin melangkah menghabiskan jaraknya dengan Ryu, dan pria itu sontak mundur seiring langkah Jin yang terus menghimpitnya ke dinding. “Itu urusan kamu untuk nutupi pemberitaan yang ada, kepergian Sam malam tadi juga bisa gak ketahuan media kan? Jadi sekarang pikirkan sendiri alasannya agar gak ada yang tau aku pergi.”
Tubuh Jin berbalik dengan cepat karena Sam menarik lengannya. “You’re not going anywhere!”
Jin mengerjab takut melihat wajah Sam yang baru saja menghardiknya. Rahang pria itu mengeras dengan tatapam tajam menusuk ke dalam sanubari Jin.
“Ma-mau apa?” Mulut Jin tiba-tiba saja terbata.
Sam menengadahkan tangannya di hadapan Jin. “Your phone.”
“Ck! Buat—”
“Your phone, Jin.” Pinta Sam sekali lagi, tapi dari nada bicaranya pria itu sudah terlihat melunak.
Dengan ragu Jin mengangkat tangan untuk meletakkan ponselnya di tangan Sam.
Pria itu dengan cepat menyerahkan ponsel Jin kepada Ryu. “Call the last number, Ryu! Cancel the jet.”
Ryu mengangguk segera menjauh untuk masuk ke dalam apartemen sembari menghubungi nomor yang baru saja di telepon oleh Jin untuk membatalkan penerbangannya.
Sam meraih tangan Jin, membawa gadis itu untuk kembali ke dalam. Mendudukkannya di ruang tengah. Mereka duduk bersebelahan, Ryu lebih memilih menghabiskan waktunya di balkon apartemen, sembari menikmati sekaleng soda yang diambilnya dari lemari pendingin tanpa permisi.
AKhirnya Sam membuka suara untuk memulai kembali pembicaraan. “Aku gak bermaksud meninggalkanmu begitu saja—”
“Tapi kamu sudah meninggalkanku, Sam.” Jin lalu berdecak keras. “Ah ya, just forget it, aku baru ingat kalau pernikahan ini hanya bisnis semata, gak ada perasaan apapun di dalamnya. Semua hanya untuk keuntunga kedua be—”
Sam segera menyela ocehan Jin yang tidak berhenti itu dengan bibirnya. Memegang tengkuk Jin dengan satu tangan lalu memagut bibir kemerahan itu dengan lembut untuk beberapa saat. “Aku sudah bilang kan, jangan menilaiku terlalu cepat.”
Sam menarik diri, menempelkan dahi mereka. Nafas Sam berhembus begitu hangat pada pori wajah Jin. “Kamu istriku sekarang, Jin, dan jangan pernah membantahku atau aku tutup perusahaan Metro dan menyabotase semuanya agar kamu tidak bisa lagi meneruskan apa yang sudah kamu kerjakan. Aku bisa mengubur semua mimpimu itu.”
Suara Sam terdengan lembut namun tidak dengan tatapan matanya yang sangat mengancam dan mengintimidasi. Hal itu sontak membuat Jin bergidik. Orang seperti apa sebenarnya yang Jin nikahi saat ini.
“Tetap diam dengan semua yang kamu tahu, atau perusahaan keluargamu yang saat ini aku kelola akan beralih begitu saja ke tanganku. Dan, kamu tau akibatnya? Kalian sekeluarga akan hidup di jalan.” Sam mengancam Jin sekali lagi dengan berseringai kecil.
“b******k!” Maki Jin mendorong kuat tubuh Sam, namun sekali lagi pria itu bergeming, tidak bergeser sedikitpun. Tangan Sam sedari tadi masih setia berada di belakang leher Jin.
Sam meletakkan ibu jarinya pada bibir Jin, mengusapnya dengan lembut. Wajahnya kini datar menatap Jin tanpa ekspresi. “Sekali lagi, jangan terlalu cepat menilaiku. Karena yang kamu tau itu belum seberapa, Jin.” Sam menarik diri kemudian berdiri memanggil Ryu. “Mulai hari ini kamu tinggal di rumahku Jin, dan kamu Ryu bereskan barang-barang Jin yang masih dia perlukan, bawa semua ke rumah.”