BAB 19: Kenangan

2194 Words
“Aku bisa jadi simpananmu dan menjadi apa yang kau suka.” “Aric, berhenti bermain-main!. Ini tidak lucu.” “Aku serius. aku tidak keberatan menjadi simpananmu.” Calla melongo kaget, matanya bergetar hebat melihat kesungguhan di mata Aric yang tidak dapat Calla mengerti mengapa pria itu sampai bisa menawarkan diri untuk bisa menjadi simpanan Calla. Plak Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aric dan membuat permukaan kulit tangan Calla terasa kebas. Calla tidak mampu menahan amarah dan kejengkelannya lagi dengan semua yang terjadi. Calla tidak peduli apapun yang akan terjadi kepadanya karena sudah menampar Aric, bahkan memukul wajah yang sudah di hiasi lebam dan luka yang beberapa jam yang lalu Calla obati. Sesekali Calla juga harus bertindak kasar jika Aric tidak bisa mendengarkan apa yang di ucapkannya. Mereka baru saling mengenal tidak lebih dari dua minggu lamanya, dengan mudahnya Aric meminta Calla untuk menjadikan Aric simpanannya. Aric tidak menghargai apa yang di namakan cinta. Napas Calla berubah dengan cepat, andaikan Aric Hemilton mengatakan itu kepada gadis lain, mungkin mereka akan histeris senang dan langsung menerima apa yang Aric minta. Namun tidak dengan Calla. Sikap Aric sangat kekanak-kanakan dalam mengganggunya. “Jangan mudah berbicara hal yang berharga kepada orang lain Aric. Aku tidak tahu apa yang membuatmu menjadi bersikap aneh kepadaku akhir-akhir ini, namun jangan melakukannya lagi, hiduplah dengan bahagia tanpa mengusik kebahagiaan orang lain.” Tolak Calla dengan tegas seraya melepaskan tangannya dari genggaman Aric. Aric terdiam seketika, sorot matanya ada yang berubahm, Aric menatapnya semakin dalam. Ada sesuatu yang semakin mempengaruhi hatinya dari ucapan Calla. “Kau sungguh sudah memiliki pacar?” bisik Aric dengan serius, dalam satu langkah kecil dia semakin mengikis jaraknya dengan Calla dan tidak menggubris dorongan gadis itu.  Wajah Aric semakin mendekat menatap bibir  Calla yang sedikit terbuka dengan wajah memerah. “Aku sudah mengatakannya kepadamu bahwa aku memiliki kekasih dan aku sangat mencintainya.” Jawab Calla dengan suara bergetar. Tangan Aric bergerak menangkap tangan Calla dan menggenggamnya dengan kuat tidak memberikan kesempatan kepada gadis itu bergerak. “Bagaimana jika kekasihmu selingkuh darimu Calla, apakah kau juga akan selingkuh darinya?.” “Dia tidak sepertimu.” “Ya, dia tidak sepertiku karena kau belum mengetahui seperti apa kekasihmu yang sebenarnya saat kalian berjauhan.” Jawab Aric yang mempengaruhi. Mata Calla terbelalak kaget, tanpa sadar dia mendorong Aric lebih kuat hingga pria itu mundur dalam satu langkah. “Itu bukan urusanmu! Urusi saja urusanmu sendiri!” Calla hampir berteriak keras karena marah, gadis itu lansung pergi meninggalkan Aric sendirian. Aric menarik napasnya dalam-dalam memandangi kepergian Calla, pria itu bersandar di dinding dan termenung dalam remang cahaya. Pria itu berpikir keras dengan perasaan dan pikirannya sendiri yang tiba-tiba berubah dan berbeda dari biasanya.  “Ada apa denganku?. Apa karena dia berbeda dengan wanita sialan itu makanya aku seperti ini?.” Bisik Aric dalam kebingungan. Aric selalu memperlakukan wanita dengan buruk, mempermainkan mereka dan membuang mereka seperti sesuatu yang tidak ada artinya. Semua yang Aric lakukan bukan tanpa alasan. Aric melakukannya karena sebuah dendam dan kebencian kuat yang dia miliki kepada ibunya. Setiap kali melihat wanita cantik, kebencian Aric terhadap wanita menjadi meningkat tajam. Ibu Aric adalah seorang superstar, wanita karier yang kini memiliki nama besar di dunia acting. Saat masih masih muda, ibu Aric hanya wanita biasa yang cantik penuh ambisi dengan dunia. Ibu Aric dan ayah Aric saling jatuh cinta lalu menjalin hubungan. Ketika menjalin hubungan dengan ayah Aric, ibu Aric mengandung Aric tanpa ikatan pernikahan. Ibu Aric sangat frustasi dan berniat menggugurkan kandungannya karena menganggap kehamilannya adalah penghalang jalan kariernya yang baru di rintis. Ayah Aric berjuang mengajaknya menikah, namun ibu Aric menolaknya karena pernikahan dan kehamilan akan semakin mempersulit kariernya. Ibu Aric suka suasaa glamour dan kemewahan dunia hiburan di bandingkan menjadi ibu rumah tangga. Ayah Aric berusaha meyakinkan ibu Aric dengan mempertaruhkan banyak uang dan membantu menjadikan dia menjadi bintang besar, asalkan ibu Aric tetap mau mengandung Aric. Akhirnya ibu Aric mempertahankan bayinya karena dia juga membutuhkan uang dan karier besar untuk menjadi superstar. Satu hari setelah melahirkan, Ibu Aric langsung pergi meninggalkan Aric bersama ayahnya dan membawa uang ayahnya untuk melanjutkan kariernya. Sejak saat itu ayah Aric sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan ibu Aric. Ibu Aric melanjutkan mimpinya yang akhirnya memiliki banyak uang, karier besar karena kontrak film luar biasa yang mengantar dia menjadi bintang besar. Sementar ayah Aric memilih mengurus Aric dengan cintanya meski dia adalah seorang mafia yang terbiasa dengan dunia yang keras. Aric tidak mengenal sosok ibunya meski sering melihatnya di berbagai media. Bagi Aric ibunya sudah tiada meski kini ibunya sering menghubungi Aric karena ingin memperbaiki kesalahannya. Bagi Aric, wanita yang berada di sekeliling Aric tidak ada bedanya dengan ibunya. Mereka baik karena mereka hanya tertarik kepada uangnya saja. Namun, saat melihat Calla yang pekerja keras dan melihat bagaiamana gadis itu di tinggal ayahnya membuat Aric merasakan ada getaran yang berbeda pada gadis itu. Aric terbayang setiap ucapan dan pandangan Calla mengenai kehidupan. Tanpa sadar Calla mengajarkan Aric bahwa sesungguhnya kehidupan jauh lebih baik jika di lakukan tanpa kebencian. Aric terbayang ucapan Calla. “Aku pernah di kecewakan pria yang sangat berharga untukku. Namun aku tidak memiliki alasan untuk membenci semua pria di dunia ini karena kekecewaanku hanya pada satu pria. Tidak adil jika aku membenci semua pria,  karena tidak semua pria sama dengan pria yang pernah mengecewakanku.” Ucapan Calla mengguncang pikiran dan perasaan Aric, tidak seperti biasanya Aric memiliki kesan yang mendalam hanya karena ucapan seseorang. Aric mengusap belakang kepalanya dengan sedikit pijatan, pria itu terlihat kesal dengan pikiran dan perasaannya sendiri. Aric merasa bahwa apa yang di lakukannya selama ini salah, Aric boleh membenci ibunya. Namun Aric tidak boleh membenci semua wanita karena tidak semua wanita seperti ibunya. *** Malam itu terlihat cerah dan cantik, bintang-bintang dapat terlihat dengan jelas, bulan sabit tidak tertutup awan lagi. Kepala Calla mendongkak duduk membuang napasnya dengan berat. Tangannya terkepal memukul bahunya untuk melepaskan pegal. Tubuh Calla terasa cukup pegal kesakitan karena lelah bekerja dan sekolah juga belajar. Calla butuh sedikit meredakan rasa lelahnya. Calla duduk di bangku kosong menikmati sedikit waktu beristirahat sebelum berjalan kaki lagi untuk pulang. Kaki Calla terasa sangat pegal luar biasa, karena banyak berlari melayani tamu. Sangat beruntung dia mendapatkan banyak uang tips dan Aric tidak menampakan dirinya lagi untuk mengganggu setelah Calla menamparnya. Calla membuang napasnya dengan berat, pikirannya sedikit berkecamuk memikirkan ucapan Aric yang mengatakan seadainya Harry selingkuh darinya. Calla tidak percaya itu, namun ucapan Aric sangat terngiang-ngiang di kepalanya apalagi kini Aric mengganggunya dengan cara yang lain. Entah apa yang sesungguhnya Aric inginkan dari Calla. Calla sungguh tidak mengerti. Calla dan Harry sudah saling mengenal sejak kecil, pria itu adalah cinta pertama Calla yang selalu mengajarkan Calla bagaimana caranya agar terus selalu bangkit dan terus mencoba meski kehidupan yang di jalaninya berat. Harry tidak seperti Alex ayahnya. “Kau tidak akan menghiantiku kan Harry?.” Bisik Calla dengan sedih, “Jika aku tidak bisa menghindar dari gangguan Aric, apakah itu artinya aku yang berselingkuh darimu?.” Tanya Calla lagi dengan nada sedihnya. Suara deringan telepon membuat Calla segera duduk dengan tegak dan mengambil handponenya. Calla tersenyum lebar menatap layar membaca nama ibunya yang tengah memanggil, tanpa pikir panjang Calla langsung menerima panggilannya. “Ibu” sapa Calla seraya beranjak dari duduknya dan melanjutkan perjalanannya. “Calla, kau sudah pulang?.” “Aku dalam perjalanan pulang” senyum Calla merasa senang mendengar nada suara ceria ibunya, sudah sangat lama Calla tidak mendengarnya. “Calla, bisakah kita bertemu sebelum kau nanti pergi ke Belanda?.” “Ada apa?.” “Ibu tidak tahu harus berkata apa kepadamu saat ini. Ibu sendiri tidak menyangka ini akan terjadi.” Merlin berhenti berbicara dan menarik napasnya dalam-dalam. “Calla, dia melamar ibu. Dia ingin hubungan yang pasti, yaitu pernikahan.” Kening Calla mengerut heran, kurang dari dua puluh empat jam ini Calla mendengar perkataan ibunya bahwa dia dekat dengan seorang pria dan ingin memperkenalkannya kepada Calla.  Kini ibunya kembali berbicara,  jika pria yang ingin dia kenalkan kepada Calla sudah melamarnya. Calla tidak tahu dia harus bereaksi seperti apa. Calla merasa khawatir jika ibunya juga akan berubah seperti ayahnya Alex. Ayah Calla berpaling dengan cepat darinya ketika dia menemukan kehidupan barunya hingga merasa lebih bangga jika dia memiliki Zea anak tirinya, di bandingkan dengan Calla anak kandungnya sendiri. Bahkan Alex tidak ingin memberikan pengakuan bahwa Calla anaknya karena dia tidak ingin Zea merasa bersedih. Calla tidak ingin ibunya berpaling darinya karena ada kehidupan baru, namun Calla tidak bisa mencegah kebahagiaan untuk ibunya yang selama ini sudah berjuang untuknya dan tetap berusaha bangkit dalam keterpurukan. Ibu Calla tidak pernah mengeluh dan berjuang sendirian untuk memberikan kehidupan dan masa depan yang layak untuk Calla.  “Ibu” Calla kembali mengurungkan ucapannya untuk menasihati ibunya agar tidak terburu-buru mengambil keputusan. “Bagaimana keputusan ibu?.” “Calla, ibu jatuh cinta kepadanya. Namun kebahagiaan ibu harus menjadi kebahagiaanmu  juga, ibu belum memberikan jawaban kepadanya karena kau belum bertemu dengannya. Karena itu Calla, maukah kau datang di akhir pekan ke rumah?. Ibu tidak akan menuntut apapun darimu selain memperkenalkan kalian dan memberikanmu kesempatan untuk menilainya. Dia sudah setuju dengan apa yang ibu inginkan. Ibu tidak ingin memikirkan perasaan ibu saja, jawabanmu juga penting untuk ibu.” Mata Calla sedikit berkaca-kaca mendengarnya, Calla merasa terharu karena ibunya masih memikirikan dirinya. Andaikan Alex, ayahnya bisa bersikap seperti ibunya meski tidak memberikan tanggung jawab kepada Calla. Mungkin hubungan mereka tidak akan sekacau ini sekarang. “Akhir pekan aku akan pulang ke rumah” jawab Calla dengan nada suara yang sedikit bergetar. “Terima kasih Calla. Sampai jumpa.” “Sampai jumpa” Calla memasukan kembali handponenya ke tas dan menyeka air matanya dengan cepat. *** “Tidak terduga” komentra Prada yang kini duduk di mejanya melihat Calla yang berdiri di hadapannya. Prada tersenyum melihat Calla yang terlihat polos dan percaya diri secara bersamaan. “Apa yang membawamu datang ke sini?. Berubah pikiran?. Duduklah.” “Terima kasih” Calla segera duduk dengan gugup, dia memberanikan diri untuk datang menemui Prada secara langsung karena Calla ingin memastikan sesuatu. Calla berdeham tidak nyaman. “Potensi apa yang Anda lihat dari saya?. Saya harus mengetahuinya. Saya tidak memiliki bakat yang bisa saya tawarkan untuk menyukseskan pentas Anda.” Prada tersenyum puas mendengarnya. Calla gadis yang cerdas, namun dia rendah hati dan tidak besar kepala. Tidak semua orang yang memiliki bakat memiliki hati yang besar. Prada bersedekap dan menatap Calla dengan serius. “Ada sesuatu yang hilang di dalam dirimu. Ku pikir kau tahu apa bakatmu.” Kening Calla mengerut bingung, gadis itu terdiam dan berpikir keras hingga akhirnya bola mata indahnya itu terbelalak kaget. “Piano?.” Prada mengangguk. “Bagaimana… bagaimana bisa Anda tahu saya bisa bermain piano?” Calla terbata di antara kesedihan dan terkejut. “Tiga setengah tahun yang lalu aku melihat pentasmu secara langsung di acara pentas seorang pianis, kau melakukan pekerjaanmu dengan sangat baik dan membuat beberapa media tertarik untuk meliputmu. Namun setelah itu aku tidak melihatmu lagi, aku bertanya-tanya kemana sebenarnya gadis muda berbakat itu.” Calla terdiam dengan bibir menekan, matanya terasa memanas di penuhi kesedihan.  Sejak kecil Calla sangat menyukai musik, bahkan Calla sempat sekolah musik secara khusus.  Calla suka memainkan semua alat musik sejak dia mengetahui kakaknya pandai bernyanyi. Kakak Calla yang bernama Riana, dia adalah gadis yang cantik dan periang, namun memiliki keterbatasan mental yang membuat  Riana harus selalu meminum obat secara teratur dan duduk di kursi roda sepanjang hidupnya. Riana tidak pernah mau sekolah maupun bermain dengan orang asing, namun dia sangat bahagia setiap kali bersama dengan Calla. Riana menghabiskan waktunya untuk bernyanyi dan Calla bermain piano untuk mengiringinya. Riana  selalu mendukung Calla yang memiliki banyak potensi dan bakat dalam musik. Riana selalu mendorong  Calla untuk mendalami bakatnya hingga akhirnya Calla di percaya oleh seorang guru besar menjadi muridnya. Tanpa terduga Riana jatuh sakit, satu ginjal Riana sudah di angkat, sementara satu ginjalnya Riana hanya berfungsi sebanyak dua puluh lima persen. Keadaan Riana sangat buruk, dia harus mencari pendonor ginjal dan mengantre dengan pasien yang lainnya. Alex sebagai seorang ayah menolak mendonorkan ginjalnya kepada Riana, meski ginjal mereka di nyatakan cocok. Alex menolak memberikan ginjalnya meski Calla dan Merlin sudah  bersujud-sujud di bawah kakinya. Keadaan Riana yang memburuk membuat Merlin semakin harus bekerja keras mencari biaya pengobatan untuk Riana hingga membuat Merlin memutuskan menjual mobil hingga semua isi rumah mereka. Merlin tidak akan pernah menjual rumah yang mereka tempati karena di sana banyak kenangan tentang dirinya dengan Calla dan Riana. Merlin menyewakan rumah itu hingga membuat Calla dan Merlin harus tidur di penampungan dalam waktu yang lama. Kondisi Riana yang semakin memburuk membuat Calla dan Merlin sangat bersedih, namun Riana masih menyemangati Calla untuk belajar musik. Riana ingin melihat penampilan terakhir Calla dalam hidupnya. Guru Calla yang mendengar kejadian itu akhirnya memberikan Calla kesempatan untuk melakukan sebuah pertunjukan di pentasnya. Akhirnya Calla melakukan pertunjukan itu, beberapa jam setelah terjadinya pentas, Riana meningal dunia. Dunia Calla dan Merlin hancur karena kepergian Riana. Kehancuran hati Calla semakin sesak karena ke tidak pedulian Alex. Alex tidak pernah datang ke rumah sakit di saat Riana sedang sangat kritis. Alex tidak datang di saat-saat hembusan napas terakhir Riana, Alex tidak datang di hari pemakaman Riana. To Be Continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD